Ke Museum Jenderal Soedirman Purbalingga

Hari ini giliran ayah dan bunda menepati janji kepada si kecil Fawwaz. Ketertarikan Fawwaz terhadap tentara, perang, dan jenderal Soedirman makin kentara tiap hari.
Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi permainan nya tak pernah lepas dari hal hal tersebut.
Hal ini tentu jadi perhatian serius ayah dan bunda. Tugas kami adalah memberi kesempatan, memberi peluang, mendukung hal apa yg menjadi ketertarikannya.
Tempo hari saat berdiskusi tentang jenderal Soedirman, kami bercerita bahwa beliau berasal dari Purbalingga. Kota kecil disebelah tempat tinggal kami. Dan ayah bunda berjanji akan membawanya ke rumah yang menjadi rumah kelahiran sang Jenderal besar.
Dan pagi ini kami menepati janji itu. Kami bermotor bertiga menuju kecamatan Rembang Purbalingga.
Perjalanan dengan kendaraan motor ditempuh sekitar 2 jam. Melewati desa, bukit, sawah, dan sungai. Pemandangan di sepanjang jalan begitu menakjubkan. Dipenuhi hijaunya tumbuhan yang segar dipandang mata.
Dan akhirnya kami sampai di kecamatan Rembang. Museum berada tepat di tengah kecamatan. Ada sebuah lapangan alun alun di depannya. Roda roda penjaja makanan berada diseberang  museum. Kami menyempatkan diri membeli sedikit makanan dan minumam sebelum masuk ke dalam. Penjual yg ramah khas masyarakat pedesaan. Harga yg dijajakan pun murah meriah.
Tak sabar rasanya untuk segera masuk ke dalam museum. Di pintu masuk kami membayar tiket. Hanya 5 ribu rupiah untuk bertiga plus biaya parkir. Sangat murah tentunya.
Pemandangan pertama yang menyambut kami adalah sebuah relief berwarna keemasan. Relief panjang yag di tengahnya ada burung Garuda bertengger gagah. Relief tersebut menggambarkan kehidupan jenderal besar Soedirman sejak kelahirannya hingga wafatnya.

Dibelakang relief kami mendapati sebuah replika rumah yang menjadi rumah kelahiran sang Jenderal . Rumah sederhana yang hangat. Di sana ada beberapa kamar kecil. Kamar paling depan disebutkan sebagai kamar tempat dimana Jenderal dilahirkan. Ada sebuah ayunan rotan disana. Juga foto diri jenderal beserta 2 buah meja.
Kamar disebelahnya diisi sebuah amben yang biasa menjadi tempat tidur di jaman dulu.
Lalu di tengah ruangan terdapat satu set tempat duduk rotan khas jaman dulu.
Di dinding paling belakang nya terdapat beberapa kotak diorama yang menggambarkan perjalanan hidup sang jenderal. Diorama pertama saat sang jenderal lahir di rumah itu. Kemudian saat beliau mulai sekolah HIS  di Purwokerto. Ada juga diorama saat jenderal mulai aktif di kepanduan. Kemudian beliau melanjutkan sekolahnya. Hingga kemudian masuk PETA di Bogor. Beliau sempat mengajar dan jadi guru di Cilacap. Hingga kemudian mejadi komandan TKR di Kroya. Dan jadi komandan TKR di karesidenan Banyumas.
Karir nya melonjak saat palagan ambarawa. Diorama selanjutnya saat beliau dilantik menjadi panglima besar. Kemudian saat perang gerilya padahal beliau sedang sakit dan baru keluar dari RS Panti Rapih. Beliau sampai harus ditandu dalam peperang tersebut.
Sampai Beliau kembali ke Jogja untuk mengembalikan pimpinan RI pada pemerintahan yang sah. 

Keluar dari replika rumah kelahiran jenderal kita masuk ke bangunan berikutnya. Sebetuknya isinya hanya ada replika tandu. Lalu replika tongkat dan jubah jenderal. Disana juga ada beberapa catatan perjalanan Jenderal soedirman.

Banguanan lain yang menarik adalah adanya perpustakaan. Sebuah banguanan yg tidak terlalu besar. Tapi ketika kita melihat koleksi buku bukunya, maka kita akan berkata lain.
Perpustakaan itu adalah harta katun yang besar. Buku buku di dalamnya dipenuhi buku buku yang sangat berharga. Banyak juga diantaranya yang termasuk buku langka.
Ah...
Seandainya saja dekat, pasti saya akan betah berlama lama duduk di sana...

Sore hari kami pulang kembali menuju Purwokerto. Dengan rasa bahagia yang memenuhi rongga dada Fawwaz. 

Posting Komentar

0 Komentar