Mengasah Rasa dan Perasaan

Pemateri: Ust Adriano Rusfi
Tema:  *Madrasatul Walidain  4*
*"Mengasah rasa dan perasaan"*

Admin: Ummu Rahiel/ Bunda Cut
Host : Bunda Ira
Co host: Ummu Rahiel
Notulen: Bunda Puput

🎓 Profil

👤 Nama : Adriano Rusfi
🔹Tempat & Tanggal Lahir: Bukit tinggi, 4 Maret 1964
🔹Pendidikan Terakhir: Psikologi, UI
🔹Domisili: Yogyakarta
🔹Ayah dari 4 orang anak
🔹SME Utama HEbAT Community

🔻Aktivitas Beliau antara lain :
* 1989 – 1992  Pimpinan Umum Majalah Wanita UMMI
* 1994 – 1995  Ka. Div Program P3UK
* 1995 – 1998  Direktur Program Sinergi Indonesia
* 1998 – 2002  Direktur Program INVENTRA
* 2002 – 2004   Direktur Utama PT. Sajadah Edutama Indonesia
* 2005 – 2007   Learning Manager PT. NSI Edukomunikasi
* 1995 – skrng  Konsultan SDM & Pendidikan independen
* 2000 - sekarang Konsultan Senior @PPSDM Consultant
* Anggota Dewan Pakar Masjid Salman ITB

📗*Materi*📗

Bunda sekalian, salah satu kekuatan utama yang dimiliki oleh para Bunda adalah rasa dan perasaan. Jika nalar dan pemikiran adalah aset generik kaum laki-laki, maka sebenarnya yang lebih luar biasa lagi adalah kepemilikan atas aset rasa dan perasaan.

Orang-orang yang lemah dalam rasa dan perasaan akan memiliki sejumlah masalah dalam hidup ini. Mereka menjadi tumpul dalam mencium aura. Andai kita memiliki penciuman dan perasaan yang tajam, sungguh kita dapat merasakan auranya orang jahat, auranya orang baik, auranya orang tulus, aura orang-orang yang memiliki hidden agenda, dan sebagainya

Mungkin banyak diantara kita yang kurang paham bahwa penolakan terhadap sang penista agama bukan semata-mata karena ia kafir dan bersuku Tionghoa, tapi lebih banyak disebabkan karena pancaran aura psikologisnya begitu tak sedap untuk dicium. Dalam bahasa agama, aura tersebut dinamakan sebagai ruh atau spirit.

Kemudian, dengan perasaan yang tajam kita bahkan bisa merasakan sesuatu yang janggal, atau sesuatu yang tak pantas yang dilakukan di sekitar kita. Mungkin Secara indrawi kita tak dapat mengetahuinya, tapi dengan menggunakan rasa kita bisa mencium dan mengantisipasinya.

Misalnya ketika tetangga di sebelah kita ternyata adalah orang-orang yang berniat buruk untuk menebar teror. Bisa saja mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, tapi ketajaman rasa akan membuat kita bisa mengetahui sesuatu yang tak baik di balik tembok.

Rasa juga sangat berguna pada saat panca indra kita tak dapat lagi diandalkan. Misalnya, saat malam gelap dan kita harus mencari sesuatu yang hilang. Saat itu kita tak dapat lagi menggunakan mata, tapi kita masih bisa mengandalkan rasa. Pada saat kita pilek, mungkin kita tak bisa mencium bau busuk. Tapi percayalah, rasa yang tajam masih bisa menggantikan hidung yang pilek.

Di sisi lain, ketika kita telah menumpulkan rasa dan perasaan kita akibatnya adalah kita gagal merasakan, tak punya perasaan, atau bahkan hilang kepekaan.

Rasa dan perasaan sangat berguna dalam hidup ini untuk membaca tanda-tanda dan isyarat-isyarat semesta. Karena sebagian besar informasi semesta kepada kita adalah lewat tanda dan isyarat. Sedangkan tanda dan isyarat itu seringkali tidak dapat kita tangkap lewat panca indra. Kita hanya bisa menangkapnya lewat rasa.

Kedua, rasa dan perasaan dapat kita gunakan pada fase-fase pra logika. Sebelum logika dapat kita gunakan untuk memahami sesuatu, maka sebenarnya merasa sudah dapat kita andalkan untuk memahaminya.

Banyak Orang beranggapan bahwa benar dan salah adalah urusan logika. Padahal dalam banyak hal benar dan salah itu dapat kita rasakan. Kadang-kadang kita bisa menyaksikan bahwa dengan logika orang dapat menyampaikan argumentasi argumentasi yang ia sebut sebagai kebenaran. Tapi kita dapat merasakan :  walaupun pendapat tersebut penuh dengan argumentasi perasaan kita mengatakan ada yang tak tepat dari pernyataan dan argumentasinya

Yang ketiga, dalam hidup ini kita sebenarnya menjalaninya lewat kepercayaan dan keyakinan. Kita makan di sebuah restoran karena kita yakin makanan didalamnya tak beracun. Ketika kita naik kendaraan kita yakin bahwa kendaraan itu baik dan akan membawa kita ke tujuan. Ketika kita duduk disebelah orang lain, kita sebenarnya bermodal yakin bahwa orang tersebut bukan orang jahat.

Kemudian yang keempat, dengan perasaan kita jadi memiliki kepekaan dan sensitifitas terhadap sesuatu. Kita bahkan bisa memberi tanpa diminta, memenuhi kebutuhan sebelum diucapkan. Kita dapat membaca bahasa tubuh  raut muka  tatapan mata, dan sebagainya. Sehingga dengan rasa kita menjadi lebih responsif dan lebih antisipatif.

Perasaan dapat membuat kita terhindar dari marabahaya. Ketika kita memiliki ketajaman rasa untuk melakukan antisipasi atas sesuatu yang akan terjadi

Dan pada akhirnya terlalu banyak dalam hidup ini hal-hal yang bersifat non empirik dan materialistik. Hal-hal tersebut pada akhirnya akan lebih tepat kita sikapi dengan rasa dan perasaan.

📖 *Pertanyaan dan diskusi*

1⃣ *Merie di ulee* kareng(anak 2 tahun)
Suka banget nyakar2 muka yg gendong, dan suka cakar kawan mainnya yg lebih pendiam atau yg usianya dibawah dia, sudah dibilang berkali2 untuk sayang sama sesama tapi tetap seperti itu juga belum ada perubahan, bagaimana cara menumbuhkan *rasa* sayang itu?
Apakah dengan hukuman boleh? Hukuman seperti apa?

*Ust. Adriano Rusfi*
Pada dasarnya anak yang berusia 2 tahun perilakunya lebih banyak dipengaruhi oleh contoh-contoh yang ada di sekitarnya. Dia juga berkembang menjadi agresif karena ada ketidakseimbangan di dalam dirinya

Oleh karena itu yang pertama kali harus dikembangkan rasanya  terutama rasa sayang  adalah lingkungan terdekatnya, terutama kedua ayahbundanya.

Terkadang anak yang berusia 2 tahun menampilkan perilaku agresif lebih karena berkembangnya konsep diri dan egonya. Biasanya pada anak semacam ini agresivitas itu akan memudar dengan sendirinya.

Agresivitas pada anak berusia 2 tahun juga dapat saja disebabkan karena kecemburuannya terhadap saudaranya sendiri, baik kakaknya maupun adiknya. Ia merasa terabaikan atau mendapatkan saingan, sehingga memunculkan perilaku-perilaku marah dalam bentuk agresi terhadap orang lain

Apakah anak semacam ini dapat dimarahi atau dihukum  ?

Secara umum belum dapat. Namun jika fitrah ayah dan bunda mulai merasa jengkel terhadap perilakunya, maka silakan dimarahi. Tapi tidak perlu menggunakan hukuman-hukuman yang bersifat fisik.

Sedangkan hal terbaik yang dapat dilakukan adalah : penuhilah rumah kita dengan rasa cinta

2⃣ *Laila, pango raya*
1.Gimana cara mengasaha RASA kita dan anak usia 3 thn.

2.Gimana cr bedain rasa dan prasangka😊

*Ust. Adriano Rusfi*
1. Mengasah rasa anak adalah dengan mengijinkannya untuk mengembangkan kekayaan rasanya. Untuk menjadi manusia yang ekspresif, biarkan ia tertawa ketika senang, menangis ketika sedih, geram ketika kecewa, marah terhadap sesuatu yang dianggapnya tidak adil. Ini adalah bagian dari pendidikan untuk memperkaya rasanya.

Rasa anak juga akan menjadi lebih kaya, kalau kita sebagai orang tua juga mengekspresikan rasa kita terhadap mereka dan lingkungan. Jangan menjadi orang tua robot yang selalu menyimpan rasa dan tak berani mengekspresikannya. Ayahbunda yang baik adalah ayahbunda yang marah jika memang merasa perlu untuk marah, senang jika memang merasa perlu untuk senang, mau mengucapkan terima kasih ketika ada hal baik yang ia terima, dan seterusnya. Termasuk berkata jangan kepada anak, ketika dia melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya

2. Prasangka adalah bagian dari rasa, dan itu adalah hal yang positif untuk dikembangkan. Namun yang harus kita kembangkan adalah baik sangka, bukan buruk sangka

Sebagaimana yang telah saya sampaikan pada materi pendahuluan di atas  prasangka adalah sesuatu yang bersifat pra-logika, dan itu adalah bagus. Tinggal bagaimana kedepannya kita lebih mampu mengembangkan sangka-sangka yang positif alias baik sangka.

Untuk mengasuh rasa pada diri sendiri, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.

Pertama, jangan pernah terlalu bergantung kepada panca indera. Dalam banyak kesempatan cobalah gunakan rasa sebelum menggunakan panca indra. Terkadang tutuplah mata kita agar kita mengakses lingkungan hanya dengan rasa

Kita juga bisa memanfaatkan malam untuk mengasah rasa. Karena pada saat itu mata kita tak terlalu tajam berfungsi. Kemudian rajin-rajinlah melakukan kontemplasi, perenungan,penghayatan terhadap sebuah peristiwa. Orang yang rajin melakukan kontemplasi rasanya akan baik. Makanya Islam menyatakan malam hari adalah saat yang tepat untuk melatih jiwa.

Selanjutnya kita juga dapat menjadikan kulit kita sebagai panca indra sekaligus alat perasa kita. Mari kita rasakan saat kulit kita merinding, saat bulu roma kita berdiri, dan sebagainya

Hal lain yang dapat kita lakukan adalah membiasakan diri untuk membaca tanda-tanda dan isyarat isyarat semesta. Kebiasaan untuk melakukan hal ini akan membuat rasa dan perasaan kita menjadi lebih peka.

Lalu beraktivitaslah di alam bebas, melalui kegiatan berkemah, outbound, penjelajahan dan sebagainya. Di alam bebas rasa kita lebih terasah

Jangan juga dilupakan bahwa rasa dapat dikembangkan lewat bahasa. Mereka,-mereka yang bahasanya bagus, tutur katanya santun, bahkan menguasai bahasa sampai level sastra, akan memiliki rasa dan perasaan yang baik.

Dan yang terakhir : sering-seringlah bersentuhan dengan dunia seni, karena dunia seni adalah dunia yang sangat mendidik rasa

3⃣ *Mely, Ulka.*

Bagaimana memenej prasangka.Kadang kala bagi orang yang deleberative nya tinggi kerap berpangsangka yg tidak baik duluan. Meski hal itu tidak terlanjur untuk disampaikan pada orang lain, tapi sering mengganggu emosional nya sendiri.

*Ust. Adriano Rusfi*
Prasangka itu merupakan bagian dari rasa. Dia bersumber dari hal yang satu, kemudian dia berkembang menjadi baik sangka dan buruk sangka.

Itu lebih tergantung dari nilai-nilai yang kita miliki. Jika nilai-nilai yang kita miliki positif, maka yang berkembang adalah baik sangka. Namun jika nilai-nilai yang kita miliki adalah negatif, maka yang berkembang adalah buruk sangka.

Jadi sekali lagi, bukan rasa dan prasangkanya yang harus kita benahi, tapi bagaimana nilai-nilai itu terbentuk dalam diri kita.

Nilai-nilai yang positif dan negatif itu juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidup kita, dan kesimpulan kita terhadap pengalaman tersebut itu. Maka membangun prasangka yang positif harus kita mulai dari :

Pertama : berbaik sangka kepada Allah

Kedua berbaik sangka kepada diri sendiri, dan

Yang ketiga : berbaik sangka terhadap kehidupan

4⃣ *Laila_Ateuk Jawo*

1.Bagaimana mengajarkan anak sulung mengelola ego-nya?.
Ego ingin dihargai, dinomorsatukan, kompetitif?.

2. Wajarkah jika sebagai ibu yg peka "rasa" kita pernah luka oleh sikap dan kata ananda?. Walaupun dalam hati kecil kita menghiba pada   Rabb kita bahwa sesungguhnya kita Ridho pada ananda?.
Atau si ibu yg baperan?

*Ust. Adriano Rusfi*
1. Jika si sulung usianya masih dibawah 7 tahun, biarkan dia mengekspresikan egonya. Jika egonya memang berlebihan, biarkan dia berinteraksi dengan ego-ego orang lain, termasuk dengan ego orangtua dan saudara-saudaranya sendiri.

Ingin dihargai  dinomorsatukan, kompetitif, bukankah pada dasarnya itu adalah hal yang positif. Jangan sampai kita merusak ego anak yang berusia dibawah 7 tahun, karena ego tersebut kelak sangat penting untuk mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil beda, tandang ke gelanggang walau seorang,  mampu berkata tidak, mempengaruhi orang lain dan sebagainya.

Seorang ibu yang peka rasa adalah wajar, bahkan kepekaannya itu perlu ditularkan kepada anak-anaknya. Karena rasa sangat penting bagi masa depan anak-anak kita dalam menjalani kehidupannya

Ada perasaan terluka terhadap sikap anak kepada kita adalah hal yang wajar. Dan kalau perlu kita ekspresikan rasa terluka tersebut.

Tapi jangan lupa juga : betapa kita juga sering sadar atau tak sadar telah melukai anak-anak kita. Akan sangat berbahaya ketika luka itu kita ciptakan saat dia berada di bawah 5 tahun.

Oleh karena itu, belajarlah memaafkan, agar kita pun dimaafkan. Tak tertutup kemungkinan luka yang kita buat jauh lebih banyak daripada luka yang kita terima.

Dan luka luka itu hanya akan dapat terobati ketika kita banyak memaafkan.

Diantara cara-cara untuk lebih mempertajam rasa dan perasaan adalah dengan melakukan tarbiyah ruhiyah.

Beberapa Tarbiyah ruhiyah yang dapat kita lakukan di antaranya adalah mahabbatullah, atau semakin mencintai Allah. Karena cinta kepada Allah akan menyebabkan kita menjadi pecinta kepada makhluk makhluk Allah.

Kemudian banyak-banyak dzikrullah, karena dzikrullah itu adalah cara untuk menghidupkan hati kita

Yang ketiga, adalah melakukan tazkiyatun nafs atau pembersihan jiwa. Jiwa yang bersih akan menjadi jiwa yang peka, menjadi jiwa yang perasa.

Jangan juga lupa : rajin-rajin untuk melakukan ibadah nafilah sesuai dengan pilihan dan kecenderungan kita.

Sempatkan diri kita untuk melakukan qiyamul Lail, kemudian menjalani kehidupan bersama orang-orang shaleh, karena perasaan orang-orang sholeh itu juga akan memancar dan menular kepada kita.

Dan yang terakhir jangan lupa senantiasa menjadi Ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang berjalan dimuka bumi dengan rendah hati, yang ketika dia disapa dan diejek oleh orang-orang bodoh dia kan menjawabnya dengan jawaban-jawaban keselamatan : Salaamaa

Semoga bermanfaat. Mohon maaf atas khilaf 🙏.  Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

*HEbAT Community Aceh*
*Banda Aceh, 17 Juli 2018*

💐💐💐💐💐💐💐💐Pemateri: Ust Adriano Rusfi
Tema:  *Madrasatul Walidain  4*
*"Mengasah rasa dan perasaan"*

Admin: Ummu Rahiel/ Bunda Cut
Host : Bunda Ira
Co host: Ummu Rahiel
Notulen: Bunda Puput

🎓 Profil

👤 Nama : Adriano Rusfi
🔹Tempat & Tanggal Lahir: Bukit tinggi, 4 Maret 1964
🔹Pendidikan Terakhir: Psikologi, UI
🔹Domisili: Yogyakarta
🔹Ayah dari 4 orang anak
🔹SME Utama HEbAT Community

🔻Aktivitas Beliau antara lain :
* 1989 – 1992  Pimpinan Umum Majalah Wanita UMMI
* 1994 – 1995  Ka. Div Program P3UK
* 1995 – 1998  Direktur Program Sinergi Indonesia
* 1998 – 2002  Direktur Program INVENTRA
* 2002 – 2004   Direktur Utama PT. Sajadah Edutama Indonesia
* 2005 – 2007   Learning Manager PT. NSI Edukomunikasi
* 1995 – skrng  Konsultan SDM & Pendidikan independen
* 2000 - sekarang Konsultan Senior @PPSDM Consultant
* Anggota Dewan Pakar Masjid Salman ITB

📗*Materi*📗

Bunda sekalian, salah satu kekuatan utama yang dimiliki oleh para Bunda adalah rasa dan perasaan. Jika nalar dan pemikiran adalah aset generik kaum laki-laki, maka sebenarnya yang lebih luar biasa lagi adalah kepemilikan atas aset rasa dan perasaan.

Orang-orang yang lemah dalam rasa dan perasaan akan memiliki sejumlah masalah dalam hidup ini. Mereka menjadi tumpul dalam mencium aura. Andai kita memiliki penciuman dan perasaan yang tajam, sungguh kita dapat merasakan auranya orang jahat, auranya orang baik, auranya orang tulus, aura orang-orang yang memiliki hidden agenda, dan sebagainya

Mungkin banyak diantara kita yang kurang paham bahwa penolakan terhadap sang penista agama bukan semata-mata karena ia kafir dan bersuku Tionghoa, tapi lebih banyak disebabkan karena pancaran aura psikologisnya begitu tak sedap untuk dicium. Dalam bahasa agama, aura tersebut dinamakan sebagai ruh atau spirit.

Kemudian, dengan perasaan yang tajam kita bahkan bisa merasakan sesuatu yang janggal, atau sesuatu yang tak pantas yang dilakukan di sekitar kita. Mungkin Secara indrawi kita tak dapat mengetahuinya, tapi dengan menggunakan rasa kita bisa mencium dan mengantisipasinya.

Misalnya ketika tetangga di sebelah kita ternyata adalah orang-orang yang berniat buruk untuk menebar teror. Bisa saja mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, tapi ketajaman rasa akan membuat kita bisa mengetahui sesuatu yang tak baik di balik tembok.

Rasa juga sangat berguna pada saat panca indra kita tak dapat lagi diandalkan. Misalnya, saat malam gelap dan kita harus mencari sesuatu yang hilang. Saat itu kita tak dapat lagi menggunakan mata, tapi kita masih bisa mengandalkan rasa. Pada saat kita pilek, mungkin kita tak bisa mencium bau busuk. Tapi percayalah, rasa yang tajam masih bisa menggantikan hidung yang pilek.

Di sisi lain, ketika kita telah menumpulkan rasa dan perasaan kita akibatnya adalah kita gagal merasakan, tak punya perasaan, atau bahkan hilang kepekaan.

Rasa dan perasaan sangat berguna dalam hidup ini untuk membaca tanda-tanda dan isyarat-isyarat semesta. Karena sebagian besar informasi semesta kepada kita adalah lewat tanda dan isyarat. Sedangkan tanda dan isyarat itu seringkali tidak dapat kita tangkap lewat panca indra. Kita hanya bisa menangkapnya lewat rasa.

Kedua, rasa dan perasaan dapat kita gunakan pada fase-fase pra logika. Sebelum logika dapat kita gunakan untuk memahami sesuatu, maka sebenarnya merasa sudah dapat kita andalkan untuk memahaminya.

Banyak Orang beranggapan bahwa benar dan salah adalah urusan logika. Padahal dalam banyak hal benar dan salah itu dapat kita rasakan. Kadang-kadang kita bisa menyaksikan bahwa dengan logika orang dapat menyampaikan argumentasi argumentasi yang ia sebut sebagai kebenaran. Tapi kita dapat merasakan :  walaupun pendapat tersebut penuh dengan argumentasi perasaan kita mengatakan ada yang tak tepat dari pernyataan dan argumentasinya

Yang ketiga, dalam hidup ini kita sebenarnya menjalaninya lewat kepercayaan dan keyakinan. Kita makan di sebuah restoran karena kita yakin makanan didalamnya tak beracun. Ketika kita naik kendaraan kita yakin bahwa kendaraan itu baik dan akan membawa kita ke tujuan. Ketika kita duduk disebelah orang lain, kita sebenarnya bermodal yakin bahwa orang tersebut bukan orang jahat.

Kemudian yang keempat, dengan perasaan kita jadi memiliki kepekaan dan sensitifitas terhadap sesuatu. Kita bahkan bisa memberi tanpa diminta, memenuhi kebutuhan sebelum diucapkan. Kita dapat membaca bahasa tubuh  raut muka  tatapan mata, dan sebagainya. Sehingga dengan rasa kita menjadi lebih responsif dan lebih antisipatif.

Perasaan dapat membuat kita terhindar dari marabahaya. Ketika kita memiliki ketajaman rasa untuk melakukan antisipasi atas sesuatu yang akan terjadi

Dan pada akhirnya terlalu banyak dalam hidup ini hal-hal yang bersifat non empirik dan materialistik. Hal-hal tersebut pada akhirnya akan lebih tepat kita sikapi dengan rasa dan perasaan.

📖 *Pertanyaan dan diskusi*

1⃣ *Merie di ulee* kareng(anak 2 tahun)
Suka banget nyakar2 muka yg gendong, dan suka cakar kawan mainnya yg lebih pendiam atau yg usianya dibawah dia, sudah dibilang berkali2 untuk sayang sama sesama tapi tetap seperti itu juga belum ada perubahan, bagaimana cara menumbuhkan *rasa* sayang itu?
Apakah dengan hukuman boleh? Hukuman seperti apa?

*Ust. Adriano Rusfi*
Pada dasarnya anak yang berusia 2 tahun perilakunya lebih banyak dipengaruhi oleh contoh-contoh yang ada di sekitarnya. Dia juga berkembang menjadi agresif karena ada ketidakseimbangan di dalam dirinya

Oleh karena itu yang pertama kali harus dikembangkan rasanya  terutama rasa sayang  adalah lingkungan terdekatnya, terutama kedua ayahbundanya.

Terkadang anak yang berusia 2 tahun menampilkan perilaku agresif lebih karena berkembangnya konsep diri dan egonya. Biasanya pada anak semacam ini agresivitas itu akan memudar dengan sendirinya.

Agresivitas pada anak berusia 2 tahun juga dapat saja disebabkan karena kecemburuannya terhadap saudaranya sendiri, baik kakaknya maupun adiknya. Ia merasa terabaikan atau mendapatkan saingan, sehingga memunculkan perilaku-perilaku marah dalam bentuk agresi terhadap orang lain

Apakah anak semacam ini dapat dimarahi atau dihukum  ?

Secara umum belum dapat. Namun jika fitrah ayah dan bunda mulai merasa jengkel terhadap perilakunya, maka silakan dimarahi. Tapi tidak perlu menggunakan hukuman-hukuman yang bersifat fisik.

Sedangkan hal terbaik yang dapat dilakukan adalah : penuhilah rumah kita dengan rasa cinta

2⃣ *Laila, pango raya*
1.Gimana cara mengasaha RASA kita dan anak usia 3 thn.

2.Gimana cr bedain rasa dan prasangka😊

*Ust. Adriano Rusfi*
1. Mengasah rasa anak adalah dengan mengijinkannya untuk mengembangkan kekayaan rasanya. Untuk menjadi manusia yang ekspresif, biarkan ia tertawa ketika senang, menangis ketika sedih, geram ketika kecewa, marah terhadap sesuatu yang dianggapnya tidak adil. Ini adalah bagian dari pendidikan untuk memperkaya rasanya.

Rasa anak juga akan menjadi lebih kaya, kalau kita sebagai orang tua juga mengekspresikan rasa kita terhadap mereka dan lingkungan. Jangan menjadi orang tua robot yang selalu menyimpan rasa dan tak berani mengekspresikannya. Ayahbunda yang baik adalah ayahbunda yang marah jika memang merasa perlu untuk marah, senang jika memang merasa perlu untuk senang, mau mengucapkan terima kasih ketika ada hal baik yang ia terima, dan seterusnya. Termasuk berkata jangan kepada anak, ketika dia melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya

2. Prasangka adalah bagian dari rasa, dan itu adalah hal yang positif untuk dikembangkan. Namun yang harus kita kembangkan adalah baik sangka, bukan buruk sangka

Sebagaimana yang telah saya sampaikan pada materi pendahuluan di atas  prasangka adalah sesuatu yang bersifat pra-logika, dan itu adalah bagus. Tinggal bagaimana kedepannya kita lebih mampu mengembangkan sangka-sangka yang positif alias baik sangka.

Untuk mengasuh rasa pada diri sendiri, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.

Pertama, jangan pernah terlalu bergantung kepada panca indera. Dalam banyak kesempatan cobalah gunakan rasa sebelum menggunakan panca indra. Terkadang tutuplah mata kita agar kita mengakses lingkungan hanya dengan rasa

Kita juga bisa memanfaatkan malam untuk mengasah rasa. Karena pada saat itu mata kita tak terlalu tajam berfungsi. Kemudian rajin-rajinlah melakukan kontemplasi, perenungan,penghayatan terhadap sebuah peristiwa. Orang yang rajin melakukan kontemplasi rasanya akan baik. Makanya Islam menyatakan malam hari adalah saat yang tepat untuk melatih jiwa.

Selanjutnya kita juga dapat menjadikan kulit kita sebagai panca indra sekaligus alat perasa kita. Mari kita rasakan saat kulit kita merinding, saat bulu roma kita berdiri, dan sebagainya

Hal lain yang dapat kita lakukan adalah membiasakan diri untuk membaca tanda-tanda dan isyarat isyarat semesta. Kebiasaan untuk melakukan hal ini akan membuat rasa dan perasaan kita menjadi lebih peka.

Lalu beraktivitaslah di alam bebas, melalui kegiatan berkemah, outbound, penjelajahan dan sebagainya. Di alam bebas rasa kita lebih terasah

Jangan juga dilupakan bahwa rasa dapat dikembangkan lewat bahasa. Mereka,-mereka yang bahasanya bagus, tutur katanya santun, bahkan menguasai bahasa sampai level sastra, akan memiliki rasa dan perasaan yang baik.

Dan yang terakhir : sering-seringlah bersentuhan dengan dunia seni, karena dunia seni adalah dunia yang sangat mendidik rasa

3⃣ *Mely, Ulka.*

Bagaimana memenej prasangka.Kadang kala bagi orang yang deleberative nya tinggi kerap berpangsangka yg tidak baik duluan. Meski hal itu tidak terlanjur untuk disampaikan pada orang lain, tapi sering mengganggu emosional nya sendiri.

*Ust. Adriano Rusfi*
Prasangka itu merupakan bagian dari rasa. Dia bersumber dari hal yang satu, kemudian dia berkembang menjadi baik sangka dan buruk sangka.

Itu lebih tergantung dari nilai-nilai yang kita miliki. Jika nilai-nilai yang kita miliki positif, maka yang berkembang adalah baik sangka. Namun jika nilai-nilai yang kita miliki adalah negatif, maka yang berkembang adalah buruk sangka.

Jadi sekali lagi, bukan rasa dan prasangkanya yang harus kita benahi, tapi bagaimana nilai-nilai itu terbentuk dalam diri kita.

Nilai-nilai yang positif dan negatif itu juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidup kita, dan kesimpulan kita terhadap pengalaman tersebut itu. Maka membangun prasangka yang positif harus kita mulai dari :

Pertama : berbaik sangka kepada Allah

Kedua berbaik sangka kepada diri sendiri, dan

Yang ketiga : berbaik sangka terhadap kehidupan

4⃣ *Laila_Ateuk Jawo*

1.Bagaimana mengajarkan anak sulung mengelola ego-nya?.
Ego ingin dihargai, dinomorsatukan, kompetitif?.

2. Wajarkah jika sebagai ibu yg peka "rasa" kita pernah luka oleh sikap dan kata ananda?. Walaupun dalam hati kecil kita menghiba pada   Rabb kita bahwa sesungguhnya kita Ridho pada ananda?.
Atau si ibu yg baperan?

*Ust. Adriano Rusfi*
1. Jika si sulung usianya masih dibawah 7 tahun, biarkan dia mengekspresikan egonya. Jika egonya memang berlebihan, biarkan dia berinteraksi dengan ego-ego orang lain, termasuk dengan ego orangtua dan saudara-saudaranya sendiri.

Ingin dihargai  dinomorsatukan, kompetitif, bukankah pada dasarnya itu adalah hal yang positif. Jangan sampai kita merusak ego anak yang berusia dibawah 7 tahun, karena ego tersebut kelak sangat penting untuk mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil beda, tandang ke gelanggang walau seorang,  mampu berkata tidak, mempengaruhi orang lain dan sebagainya.

Seorang ibu yang peka rasa adalah wajar, bahkan kepekaannya itu perlu ditularkan kepada anak-anaknya. Karena rasa sangat penting bagi masa depan anak-anak kita dalam menjalani kehidupannya

Ada perasaan terluka terhadap sikap anak kepada kita adalah hal yang wajar. Dan kalau perlu kita ekspresikan rasa terluka tersebut.

Tapi jangan lupa juga : betapa kita juga sering sadar atau tak sadar telah melukai anak-anak kita. Akan sangat berbahaya ketika luka itu kita ciptakan saat dia berada di bawah 5 tahun.

Oleh karena itu, belajarlah memaafkan, agar kita pun dimaafkan. Tak tertutup kemungkinan luka yang kita buat jauh lebih banyak daripada luka yang kita terima.

Dan luka luka itu hanya akan dapat terobati ketika kita banyak memaafkan.

Diantara cara-cara untuk lebih mempertajam rasa dan perasaan adalah dengan melakukan tarbiyah ruhiyah.

Beberapa Tarbiyah ruhiyah yang dapat kita lakukan di antaranya adalah mahabbatullah, atau semakin mencintai Allah. Karena cinta kepada Allah akan menyebabkan kita menjadi pecinta kepada makhluk makhluk Allah.

Kemudian banyak-banyak dzikrullah, karena dzikrullah itu adalah cara untuk menghidupkan hati kita

Yang ketiga, adalah melakukan tazkiyatun nafs atau pembersihan jiwa. Jiwa yang bersih akan menjadi jiwa yang peka, menjadi jiwa yang perasa.

Jangan juga lupa : rajin-rajin untuk melakukan ibadah nafilah sesuai dengan pilihan dan kecenderungan kita.

Sempatkan diri kita untuk melakukan qiyamul Lail, kemudian menjalani kehidupan bersama orang-orang shaleh, karena perasaan orang-orang sholeh itu juga akan memancar dan menular kepada kita.

Dan yang terakhir jangan lupa senantiasa menjadi Ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang berjalan dimuka bumi dengan rendah hati, yang ketika dia disapa dan diejek oleh orang-orang bodoh dia kan menjawabnya dengan jawaban-jawaban keselamatan : Salaamaa

Semoga bermanfaat. Mohon maaf atas khilaf 🙏.  Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

*HEbAT Community Aceh*
*Banda Aceh, 17 Juli 2018*

💐💐💐💐💐💐💐💐

Posting Komentar

0 Komentar