Hatiku Mati Rasa

Hatiku Mati Rasa

*****

Saat Ustadz NAK menyampaikan khutbah ini, Ramadhan sudah separo jalan, saat kita biasanya mulai menghitung berapa hari lagi yang tersisa, pengin segera kelar puasanya. Bukannya memikirkan berapa hari lagi yang seharusnya kita sayangi dan kita dambakan, pengin supaya Ramadhan jangan buru-buru pergi dulu.

*****

Ustadz ingin mempersembahkan khutbah ini untuk mengingatkan diri beliau sendiri tentang apa itu Ramadhan, dan apa yang sedang kita lakukan. Karena, belajar dari pengalaman Ustadz, lewat separo semester, murid-murid beliau kehilangan motivasi. Sehingga biasanya Ustadz harus mengingatkan mereka tentang apa yang sedang mereka lakukan, dan mengapa mereka melakukan itu.

Dan juga karena, dalam hal apa pun, jika kita tidak termotivasi, kita tidak akan melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, apa yang kita lakukan tidak akan berkualitas, dan apa yang kita lakukan jadi tidak bermanfaat.  

Motivasi adalah ‘bahan bakar tak terlihat’ _(invisible fuel)_ dibalik kesuksesan apapun. Mereka yang termotivasi menyelesaikan banyak hal. Mereka yang tidak punya motivasi seperti itu pada akhirnya tidak menyelesaikan apa-apa.

*****

Ada sasaran yang kita harus selesaikan di bulan Ramadhan untuk kita sendiri. Tidak semua dari kita punya sasaran yang sama. Sasaran apapun yang kita punya, tidak akan kita raih jika kita tidak termotivasi.

Mempertahankan motivasi itu tidak mudah. Ini lah kenapa Allah bilang _fa dzakkir in nafa’atidz-dzikroo_ (QS Al-A’la, 87:9). Beri peringatan karena peringatan itu perlu. Mengingatkan berarti tidak mengatakan sesuatu yang baru. Mereka sudah tahu. Tapi mereka perlu untuk mendengarnya kembali. Karena ketika mereka mendengarnya kembali, kadang-kadang mereka merasa seperti mendengarnya untuk pertama kali.

*****

Hal yang pertama yang Ustadz NAK ingin ingatkan untuk dirinya, dan harapannya juga bisa mengingatkan kita semua, adalah dua sasaran Ramadhan yang dipetik dari ayat Ramadhan, di Surat Al-Baqarah (QS 2:185). Kata yang digunakan di akhir ayat adalah la’alla. Kata ini bermakna sehingga atau supaya _(so that)_, atau mudah-mudahan _(hopefully)._

Allah bilang, la’allakum tasykurun. Supaya kamu semuanya bersyukur. Allah berharap supaya di akhir Ramadhan lebih bersyukur dibandingkan sebelum Ramadhan. Ini adalah hal yang luar biasa untuk dipikirkan.

Ketika Ramadhan usai dan di hari raya kita bisa makan di siang hari dan mengucapkan alhamdulillah seusai makan, itu juga bersyukur, tapi makna ‘supaya kamu semuanya bersyukur’ tadi tidak terbatas pada hal itu. Maknanya lebih dari itu. Silakan kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita benar-benar bersyukur karena dapat hadiah dari Allah berupa Al-Quran yang diturunkan di bulan Ramadhan ini? Seberapa tinggi apresiasi kita?

Apakah apresiasi kita hanya seputar makanan dan minuman yang bisa kita kunyah dan sruput jam berapapun kita kepingin makan dan minum, di hari raya? Tubuh kita mendapatkan apa yang dia butuhkan. Tapi ada sesuatu yang lain dalam diri kita yang juga punya kebutuhan. Dan kebutuhan ini seharusnya dipenuhi di bulan Ramadhan.

Ada cahaya, ruh, dalam diri kita. Cahaya itu belum menyala sempurna. Dan cahaya itu hanya bisa dibantu untuk menuju kesempurnaan dengan cahaya yang diturunkan oleh Allah. Ini lah yang Allah bilang nuurun ‘alaa nuur (QS An-Nur, 24:35). Cahaya di atas cahaya. Allah menurunkan cahaya-Nya di atas cahaya kebaikan dalam diri kita yang belum sempurna. Dan ketika kita mampu menangkap cahaya Allah itu, kita seharusnya bersyukur.

Ini lah sasaran bulan suci Ramadhan, yaitu supaya kita berterimakasih, kita bersyukur, karena Allah sudah memberi kita hadiah, yaitu Al-Quran. Kita bersyukur atas pedoman ini, seperti lilin yang menjadi ‘pedoman’ kita, yang menerangi rumah kita, ketika terjadi pemadamam listrik dari PLN, sehingga dengan ‘pedoman’ tadi kita tidak tersesat di kegelapan malam, meski di rumah kita sendiri.

*****

Hal lain tentang ayat Ramadhan adalah bahwa Allah memberitahu kita untuk berdoa. Wa idzaa sa-alaka ‘ibadii ‘annii fa innii qariibun. Ujiibu da’wataddaa’i idzaa da’aan (QS Al-Baqarah, 2:186. Allah akan merespon doa apapun yang kita panjatkan.

Bulan Ramadhan ini adalah bulan untuk kita banyak-banyak bicara sama Allah. Al-Quran adalah, Allah bicara sama kita. Doa adalah, kita bicara sama Allah. Dengan begini percakapan jadi lengkap. Ada yang bicara sama kamu, kamu gantian bicara sama dia.

Allah bicara sama kita, adalah Quran. Makanya kita baca Quran, dengerin Quran, terlibat dengan Quran, itu adalah Allah bicara sama kita. Lalu kita berdoa sama Allah, kita minta sama Allah berbagai macam hal, dan itu adalah kita bicara sama Allah. Dengan begini keterhubungan kita sama Allah jadi kuat.

Allah bilang, “Minta sama Aku kapan saja. Siapapun kamu. Aku akan merespon segera.” Tapi di bagian akhirnya (bagian akhir dari ayat ke-186 Surat Al-Baqarah). Allah bilang _falyastajiibuu lii._ “Mereka harus merespon Aku juga.”

Kita berdoa sama Allah, Dia merespon. Allah bilang, “Aku akan merespon, tapi Aku minta, kamu harus merespon Aku juga.” _Falyastajiibuu lii_, “Maka mereka harus merespon Ku.”  Atau, setidaknya, kita seharusnya mencoba untuk merespon Allah.

Ini sangat sederhana.  
_(to be continued)_

*Heru wibowo*_NAK INDONESIA_

*****

Link video: https://www.youtube.com/watch?v=3bH8cg9oGyM&t=504s
*****

Posting Komentar

0 Komentar