Catatan dari KOMUNITAS AYAH EDY
SERING KALI SAYA MENEMUKAN FAKTA BAHWA KEKERASAN ANAK ITU DIMULAI DARI RUMAH DAN ORANG TUANYA
SEBUAH RENUNGAN DI AKHIR PEKAN
Jeany (bukan nama sesungguhnya) adalah seorang ibu, ia adalah kenalan
baik ku dan satu ketika ia minta agar saya menolongnya menangani kasus
anak gadis kecilnya yang berusia 10 tahun.
”Tolonglah, anakku ini sudah kubawa ke psikolog, tapi belum juga ada
tanda2 mau berubah, dia anak yang pandai, IQ-nya 140. Tapi tingkah
lakunya benar-benar memprihatinkan." katanya mengeluh.
"Tempo
hari, anakku itu berada di kamar terus berhari-hari, kerjanya hanya baca
komik saja... Setelah aku marahi, eh! Dia sudah tidak baca komik lagi,
tapi ganti nonton TV melulu berjam-jam kayak tidak ada kerjaan lain..
Nanti kalau sudah dimarahi, baru dia belajar di meja makan." kata Jeany
melanjutkan keluh kesahnya.
"Aku nggak tahu apa saja yang
dikerjakannya di meja makan tersebut, kerjanya hanya mencorat-coret
meja, benar-benar bikin kepalaku pusing tujuh keliling.. " ia kembali
mengeluh.
"Belakangan setelah aku marahi lagi, sekarang dia
jadi suka berteriak-teriak histeris, suka berbohong dan suka memukul
adiknya. Aku lihat, anak ini memang aneh dan selalu bikin aku
stress....!!!” ia kembali mengeluh selalu menyalahkan anakya sebagai
sumber masalah.
”Nah sekarang coba jawab pertanyaanku !” Potong
saya. Tampaknya, jika saya tidak memotong pembicaraanya, Teman saya ini
tidak akan segera berhenti berbicara.
“Sebenarnya, apa yang
harus dilakukan anak oleh anakmu supaya bisa membuat kamu senang?” Tanya
saya lagi untuk lebih menegaskan.
Pertanyaan saya membuat
suasana menjadi sunyi, ia sepertinya sedang berpikir keras untuk
menjawab pertanyaan saya. Jika tadi tampaknya ia mau bersahabat
mencurahkan isi hatinya pada saya, kini tampak raut wajahnya cemberut
karena saya bertanya demikian.
“Kamu sendiri saja tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu inginkan" sela saya di tengah keheningan.
"itulah yang membuat anakmu juga menjadi bingung. Kebingunganmu sudah
sedemikian parahnya, sehingga anakmu menjadi frustrasi, itulah mengapa
ia mulai melakukan hal yang tidak baik."
"Tidakkah kamu mampu
melihat anakmu menuruti setiap perkataanmu, tapi akhirnya selalu
kaumarahi juga? Semua yang ia lakukan, selalu salah di matamu!” saya
coba menjelaskan dan menyadarkannya.
“Aku benci kehamilanku
yang pertama...” Sahut kenalanku itu sambil tertunduk dan terisak.
Oh...! Aku benci karena suamiku tidak ada di sampingku pada saat ia
dilahirkan, aku benci suamiku tidak pernah membantuku saat ia sering
menangis di tengah malam, sakit2an, saat masih bayi aku sering begadang
sendirian kebingungan, aku benci...suamiku yg tak pernah peduli pada
keluarganya...oh.. aku stress ia sering pulang larut dan gila
kerja..!!!"
Ternyata, ada masa lalu dan masalah lain yang harus
didamaikan, sesungguhnya anaknya sama sekali tidak bermasalah kata hati
kecil saya.
Kisah ibu ini hanya salah satu dari sebegitu
banyak kisah menyedihkan dimana anak-anak yang tidak mengerti apa-apa
telah menjadi korban masalah pribadi orangtuanya.
Banyak
anak-anak pandai tidak dapat mencapai hasil yang maksimal justru karena
ketidakmampuan diri orangtuanya berdamai dengan masalah pribadinya,
anak-anak itu dipaksa untuk merasakan kesedihan dan kemarahan
orangtuanya dan menjalani rutinitas hidup yang ’sakit’ di dalam raga
yang seharusnya sehat.
Menurut saya kedua orang tuanyalah yg sesungguhnya bermasalah dan lebih membutuhkan terapi.
Para orang tua yg berbahagia...
Jika ada masalah dengan anak kita mari kita sadari segera apa
sesungguhnya yg sedang terjadi, Anak kita yang bermasalah atau malah
justru kitalah yang sedang bermasalah..?
Semoga ini bisa menjadi bahan renungan yang baik di akhir pekan.
Sharelah posting ini ke sebanyak2nya orang tua dan guru sekolah jika dirasakan membawa manfaat dan berguna.
0 Komentar
Silahkan memberi komentar
Emoji