Ada banyak sekali pakar parenting di Indonesia. Dengan berbagai ilmu, penelitian, dan pendekatan mereka memaparkan kondisi anak-anak kita. Salah satu pakar parenting yg aktif menyoroti problematika anak terutama seksualitas adalah Elly Risman.
Jika teman-teman pernah mengikuti seminar beliau, banyak sekali data-data yang terungkap terkait dengan masalah seksualitas dan penyebab dari itu.
Ibu Elly Risman menjelaskan bahwa awal mula dari masalah seksual dan penyebab disorientasi seksual zaman now adalah absennya orang tua pada kehidupan anak. Anak-anak yang BLAST (Bored, Lonely, Angry/Anxious, Stressed, Tired) akhirnya mencari pencarian kasih sayang dan hiburan di luar orang tua dan keluarganya. Bibit masalah pun dimulai, anak-anak menjadi penasaran dengan berbagai hal menjurus ke pornografi dan mencari atau menikmati informasi dari berbagai media tanpa pengawasan.
Selain virus BLAST, yang memicu anak kurang paham ttg fitrah seksualitas adalah absennya ayah pada proses pengasuhan di rumah. Ketika anak-anak tidak terekspose pada figur orang tua yang seimbang, contohnya, hanya ibu saja yg mendampingi anak, bapak sibuk di luar dan tidak membersamai keluarga, maka anak akan kehilangan kesempatan meneladani dan belajar dari sosok ayah.
Senada dengan Elly Risman, Ust Harry Santosa mengungkapkan bahwa salah satunya penyebab yang membuat anak-anak kurang melek terhadap fitrah seksualitas, lagi-lagi terletak pada peran orang tua dalam membersamai anak. Sejauh mana orang tua masuk dalam kehidupan anak sejauh itu pula level kelekatan dan kedekatan anak pada orang tua.
Analoginya mungkin seperti ini, pernah melihat jarum suntik? Atau merasakan disuntik? Jika jarum yang masuk hanya setengah otomatis tidak menjadi obat dan hanya rasa sakit yang ditinggalkan. Lain halnya jika jarum disuntikkan hingga mengalirkan obatnya, sakit memang, tp penyakit bisa sembuh.
Begitu pula dengan masalah seksualitas, jika orang tua membersamai sejak dini dan mengenalkan apa itu fitrah seksualitas, jika ibu mengedukasi anak ttg ini sejak fase awal dan bapak ikut mendampingi di fase berikutnya, masalah seksualitas akan menjauh dengan sendirinya karena keterlibatan orang tua.
Ibarat seperti mengemudikan sebuah pesawat. Ayah berperan sebagai pilot, dan ibu adalah co-pilotnya. Anak2 merupakan penumpang yang dititipkan Tuhan untuk kita hantarkan sampai tujuannya. Apa? Menjadi khalifah-Nya. Pilot dan co-pilot harus bersinergi dalam kerjasama membaca navigasi beserta sistem kemudinya (arah tujuan keluarga masing2). Mendampingi ayah sebagai teman belajar ayah dalam membangkitkan fitrah seksualitas salah satu bagian dari sistem kemudi tersebut. Bagaimana anak2 tumbuh, berkembang dan belajar mengenai sexualitas sangat membutuhkan peran yabg seimbang dari ibu dan ayahnya.
Belajar dari banyak kasus2 yang terjadi seperti "hilangnya figur ayah", dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk membuat atau mengembalikan pengetahuan fitrah sexualitas seorang anak.
0 Komentar
Silahkan memberi komentar
Emoji