Masih tentang komunikasi suami istri

Hari ini wag Rumah Bintang masih membahas tentang hubungan suami istri. Terutama tentang komunikasi. Dimulai dengan cerita bunda Lis tentang pengalamannya. Berikut cerita yang dibagikan

Jadi waktu itu musim haji, saya,suami dan sepupu harus antarkan barang jamaah haji yang tertinggal dirumah.
Menerobos penjagaan gerbang asrama haji saat ramai begitu bukanlah hal yang mudah.
Kami engkel2an dengan satpam yang lelah dan ga ramah. Sepupu sampai sempat teriak2in orang. Udara panas, kerumunan orang, dan keperluan penting yang harus selesai segera bikin kami jadi gemas, ga sabar bawaannya kepingin marah.
Saat itu paksu maju, ntah bagaimana dia malah bercanda, suasana bisa cair. Alih2 dibentak2 satpam, kami dipersilahkan masuk...diminta nunggu, diambilkan kursi, kami duduk manis menunggu jamaah ybs datang untuk ambil barangnya.

Ga cukup sampai disitu, paksu sempat ngobrol sejenak...pak satpam pun curhat. Memang ga lama, sebentar banget. Tapi ini cukup bikin nyaman saya, sepupu dan sepertinya pak satpam sendiri.

Peristiwa tersebut tanpa sadar berpengaruh ke pengharapan saya terhadap suami, disamping dalam banyak kesempatan lain saya sering temukan paksu bisa menetralisir suasana panas, kalau ada yang berantem...beliau jadi penengah. termasuk kalau yang berantem emak vs emak 😅. Ups...

Saya mulai menuntut, ama orang lain bisa...harusnya ama istri dan diri sendiri lebih lagi dong. Kalau istri marah jangan tambah dimarahi, jangan didiemin...kan itu bikin situasi makin panas. #et dah, yang gerah siapa nih 🤭
Tuntutan ini bikin saya nangis sendiri, marah dipojokan, merasa diduakan, merasa ga penting. Gimana nggak, suami sendiri yang kata orang kalem.lah dirumah kok gedubrak. Perang melulu...ga ada damai damainya, ga ada romantis romantisnyee. Capek dikantor, orang rumah yang kena semprot.

Belum lagi kalau ada kondisi2 special yang bikin beliau down. Ksiaan tafi ugh...

Tapi orangtua bilang, jangan pernah berhenti berdoa, mohon petunjukNya.

Hingga satu saat, kami sampai pada situasi terpuruk. Masalah dikantor yang bikin temannya sampai (maaf) sakit mental dan stroke. Anak yang mogok sekolah. Aset habis terjual. Ya Allah...semuanya bikin saya ga berani mengeluh, setelah kebaikan demi kebaikan yang Allah karuniakan kami abaikan, sekarang Allah cabut sedikiit saja, rasanya hidup ini nyaris porak poranda.

Kami istighfar dan mulai fokus pada apa yang bisa dilakukan. kami mulai suka flash back, cerita ulang kejadian2 lalu. Termasuk kejadian di musim haji dll yang ternyata itu ga disadari suami sebagai something special...
Suami tahunya itu semua bikin ia lelah dan tertekan.
sayapun minta maaf atas ke sok tahuan saya selama ini.

Kemudian saya ingat pesan gurunda ust Harry yang sangat menyentuh, #kegelapan ada karena ketiadaan cahaya
#jangan pernah benci pasanganmu, cintailah dia sepenuhnya. Jika kini yang nampak hanya kegelapannya, bantulah temukan cahayanya. (Ust Harry Santosa)
#seringkali sesuatu terlihat benderang dipenglihatan yang satu namun kabur dari sisi lainnya. sabar dan doa saja.

Dan ditutup oleh tulisan ust. Adriano Rusfi berikut :
Dari ust. Adriano Rusfi

Konflik adalah fitrah setiap manusia, apakah dia laki-laki maupun perempuan

Masalahnya, konflik akan berkembang menjadi konflik terbuka, kalau selalu diselesaikan dengan cara-cara maskulin : kritik dihadapi dengan kritik, argumentasi dihadapi dengan argumentasi, bantahan dihadapi dan bantahan. Melawan itu adalah cara-cara maskulin. Kita terlalu terpesona dengan cara-cara itu

Padahal konflik sebenarnya dapat diselesaikan dengan diam, dapat diselesaikan dengan mengalah. Karena kita suka lupa bahwa waktu sebenarnya adalah obat . Tak selalu masalah itu diselesaikan secara langsung. Biarkan ia diselesaikan oleh waktu . Ini adalah pendekatan Feminin


Posting Komentar

0 Komentar