Awal Terkena Virus



Tentang Covid-19

Ini adalah sebuah catatan perjalanan, bagaimana kami sekeluarga saat terkena covid-19. Tentu saja tiap orang, tiap keluarga punya ceritanya sendiri yang berbeda. Setiap orang punya kisah, dan ini kisah kami.

Bermula pada tanggal 19 Juli 2021. Pekan pekan ini memang merupakan pekan yang padat buatku. Kelas-kelas online bertumpuk setiap hari. Ditambah dengan Kampung Dolanan. Ya, Salam Perwira kembali memberanikan diri menggelar Kampung Dolanan. Walau dengan sangat terbatas. Kampung Dolanan kali ini ditambah dengan pengamatan bakat. Dan seperti biasa, saya dan Ghazy turut serta dalam kegiatan ini. Tanggal 19, hari Sabtu adalah pekan kedua Kampung Dolanan. 

Hari ini saya dan Fawwaz dijemput oleh suami. Sudah pukul 1 siang, perut mulai keroncongan, tapi yang menjemut belum juga datang. Sedangkan bu guru sedang sibuk dengan acara perpisahan salah satu murid Salam Perwira yang akan pindah ke Jogjakarta. Ketika sang penjemput datang, dan tertarik dengan egrang yang tergeletak di depan halama sekolah. Jadilah kami pun bermain-main terlebih dahulu. Bermain bola, bermain egrang, dan berlarian di halaman sekolah. Hingga tak terasa awan hitam mulai menghampiri. Bergegas kami pun segera meninggalkan sekolah. Tapi rupanya, kami tetaplah bersua dengan hujan yang turun begitu deras, akhirnya kami pun harus berteduh juga. Pukul lima sore kurang lebih, hingga akhirnya kami sampai di rumah. Tentu saja dalam keadaan lelah, juga dengan perut yang kelaparan.

Saat itu, saya merasa begitu lelah, badan ngreges, demam, dan sedikit batuk. Usai makan, saya segera berbaring dan minta untuk dibangunkan saat waktu sholat dan pukul setengah 8 malam. Karena malam itu saya ada tugas menemani teman-teman di AJLC. Alhamdulillah pukul delapan malam, saya bisa bangun dan menjalankan tugas bertemu teman teman. Dan ajaib nya, usai pertemuan, badan saya kembali menjadi segar bugar. Bahkan begitu bersemangat. 

Alhamdulillah, keesokan paginya, saya bisa kembali ke Purbalingga menjalankan tugas di sana. Karena hari Ahad tersebut adalah giliran saya mengisi parenting bagi orang tua peserta Kampung Dolanan. Hari kedua berjalan dengan lancar dan aman. 

Hari Senin dan Selasa ada jadwal zoom lagi, seperti biasa. Jadwal masih penuh. Hari Rabu, saya pergi lagi ke Purbalingga. Hari ini ada jadwal rapat kerja bersama guru-guru Perwira. Tapi kali ini kami berkumpul di SDIT Harum, tidak di Gambarsari. Denga alasan di Gambarsari sedang meningkat kasus Covid. Sedangkan  di rumah, Ghazy sudah sakit. Dia mengalami demam dan batuk-batuk. tapi tidak berat, biasa saja. Hingga bisa ditinggal sendiri di rumah. 

Perlu saya gambarkan bagaimana perjalanan saya di hari itu, karena ini adalah perjalanan keluar kota terakhir yang saya lakukan sebelum terkena virus. Pagi itu kami berangkat bertiga. Saya, fawwaz dan pak suami. Naik motor. Kami tidak mampir dimana pun. Begitu sampai di SDIT Harum, saya langsung masuk ruangan, karena memang agak terlambat datang. Langsung memberikan materi sampai akhir waktu. Selama awal acara sampai akhir, saya bisa dibilang tidak beranjak dari tempat duduk. Sampai akhir acara. Lalu saat waktu berakhir, kami langsung bubar menuju motor masing-masing. Tidak ada interaksi mendalam karena kami semua dikejar waktu, akan melakukan aktivitas berikutnya. Kami bertiga pun langsung pulang menuju Purwokerto.

Di jalan, kami sempat mampir makan mie ayam di dekat UMP. Tapi rumah makan itu juga kosong tidak ada pengunjung lain selain kami bertiga. Aman, kami langsung pulang ke rumah. 

Hari Kamis, hari Jumat masih mengisi kelas kelas zoom. Bahkan di hari Jumat Ghazy pun masih sempat mengisi kelas OTC Holiday. Tapi di hari itu memang saya sudah merasa tidak enak badan. Flu, batuk yang berat, meriang juga demam. Sedangkan Ghazy mulai membaik. Oleh karena itu, hari Sabtu saya memutuskan untuk periksa ke PMI. Diberi obat batuk, maag, dan obat demam serta vitamin. Dokter mengatakan jika sakit berlanjut dua hari lagi, segera periksa kembali. 

Kelas di hari Sabtu sudah mulai saya tinggalkan karena badan yang sudah mulai sulit diajak kompromi. 

Hingga kemudian di hari Minggu malam, saat sedang mengoleskan kayu putih, saya sudah tidak bisa mencium aroma si kayu putih. Saya terkena anosmia. Disitulah semua bermula...



Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar