Berkeliling Membagikan Sumbangan

Hari ini pembahasan di wag rumah bintang tentang iktikaf bersama anak.
Mencari mesjid yang ramah anak untuk ber iktikaf memang tidkalah mudah. Seperti buat kami di Purwokerto. Seharian ini kami mencari informasi ttg mesjid yang bisa menerima balita. Dan saya tidak menemukannya.
Walhasil, mimpi untuk dapat beriktikaf bersama anak anak tahun ini harus gagal lagi. Sedih sekali...

Tapi hari ini pun kami punya kesempatan luar biasa. Saya bisa melibatkan anak anak dalam mengeksekusi program Sejuta Cinta. Mulai dari belanja dan packing paket2 parsel.

Sore hari kami bersama seorang kawan menaiki mobilnya mengangkut parsel, beberapa box makanan, juga jilbab yang akan kami bagikan.
Kali ini, kami membagikan paket dengan cara yang tidak biasa. Kami berkeliling dna mencari orang yang tepat. Saat menemukan mereka, kami tirin dan memberikan paket yang kami miliki.

Sore itu kami berkeliling kota. Satu demi satu paket kami bagikan. Fawwaz pun berkesempatana memberikan psket dna berbincang dengan para dhuafa yang kami temui.

Rata rata mereka adalah kaum sepuh yang masih bekerja.
Ada kakek yang sebetulnya secara fisik terlihat telah renta, tapi ternyata masih sanggup bekerja sebagai tukang bangunan.
Beberapa penjual yang sudah renta. Dengan dagangannya yang terlihat masih utuh. Melihat mereka mengingatkan ku akan pak suami. Sedih rasanya. Mengingat bagaimana anak dan istrinya di rumah menunggu sang ayah pulang membawa makanan.
Ada pula seornag nenek yg ternyata adalah pengemis. Begitu bahagia dia saat kami berikan parsel dan makanan. Berbagai macam doa dia lantunkan pada kami. Tangis bahagia di matanya. Masya Allah... betapa murahnya Allah yang telah memberikan kesempatan bahagia seperti ini bagi kami.
Kesempatan lain kami bertemu pula dengan kakek renta yang masih kuat mendorong geribak es badeg sepanjang jalan. Di akhir pertemua dia bahkan menawarkan es nya pada kami. Masya Allah... ditengah kesempitannya pun dia masih berfikir utk berbagi pada kami.
Lain lagi dengan seorang bapak. Dia duduk tak jauh dari mobil kami saat parkir di depan sebuah mini market saat harus membeli persiapan buka puasa bagi kami sendiri. Sang bapak menghitung lembaran lembaran uang di tangannya. Diulang2nya terus dan terus. 5 lembar uang duaribuan. Bolak balik dihitungnya, dan lemabaran2 itu tak pernah bertambah dengan sendiri tentunya.
Melihatnya menimbulkan kegetiran dalam dada.
Tak tega, kami pun turun dan memberikannya sekotak nasi. Dan sungguh luar biasa rasa terima kasih yg diungkapkannya. Wajahnya berubah menajdi berbinar bahagia. Seperti menemukan emas permata. Padahal yg kami beri hanya sekotak nasi saja.
Hampir menjelang magrib saat kemudian kami menemukan seorang ibu tua yang tinggal di emperan toko. Sesak dada ini jika teringat sang ibu. Sampai saat ini. Si ibu ternyata tinggal di emperan toko itu. Disana sudah tak berbentuk dan bau pesing menguar kemana mana. Ya Allah, sesak rasanya karena ternyata kami tak mampu memberikan nasi lagi. Karena telah kehabisan sebelumnya. Hanya paket parsel saja yang sampai ditangannya.
Ah seandainya masih ada kesempatan, ingin rasanya berlari lagi ke tempat si ibu dan memberikannya sekedar pengganjal perut baginya untuk beberapa hari ke depan.
Paket terakhir kami berikan pada seorang pemulung tua yang sedang dalam perjalanan pulang. Semoga paket lebaran yang kami berikan bisa sedikit memberikan kebahagiaan bagi anak dan istrinya

Masya Allah...
Pengalaman ini menjadi sebuah pengalaman tak ternilai harganya. Bagaimana seharusnya kami banyak banyak bersyukur akan  nikmat yang Allah berikan pada kami. Betapa banyaknya nikmat itu...

Semoga kejadian hari ini akan selalu menambah nikmat syukur kami pada Nya.
Sebuah pengalaman spiritual di awal sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan

Posting Komentar

0 Komentar