Pengrajin, Peternak, atau Petani

Hari ini saya mulai menyapa teman teman di grup Rumah Bintang.
Masih berupa sapaan sapaan ringan saja. Karena tujuannya untuk meningkatkan bonding antar member.
Sapaan pertama saya coba menggali sampai sejauh mana pengetahuan teman teman rumah bintang akan FBE.
Dan diluar ekspektasi, ternyata kebanyakan justru pemula. Bahkan banyak yang baru mendengar saja. Tanpa mengetahui gambaran apa apa tentang mendidik dengan fitrah.
Lalu kemudian saya mencoba memberikan gambaran berupa analogi tentang bentuk2  pendidikan terhadap anak.
Ini lah kira kira bentuk diskusi kami hari ini...

[5/6 07.59] Rima Melanie P: Bicara tentang FBE, kita bicara tentang fitrah...

Mendidik sesuai dengan fitrahnya

Bagaimana maksudnya?
[5/6 08.01] Rima Melanie P: Kita mulai dsri pertanyaan dasar...

Seperti apa sih kita mendidik anak?
[5/6 08.15] Rima Melanie P: 3 jenis pendidikan anak

1. Seperti tukang kayu
2. Seperti peternak
3. Seperti petani
[5/6 08.16] Rima Melanie P: Mari kita renungkan...

Selama ini kita ada dibagian yang mana kah?
[5/6 08.29] Rima Melanie P: Pengrajin...

Dia akan snagat hati hati saat mendapatkan kayu yang ajan dia ukir. Kayu2 tersebut diperlakukan istimewa jika ingin dibentuk dan menjadi hasil karya yang istimewa dan menjadi suatu barang jadi yang mahal.
Kadang dijemur lagi, atau direndam dalam rendaman khusus. Baru kemudian dipotong, di dibentuk, diukir, sesuai dengan tujuan pembuatan.
Pengrajin lah yang memiliki tujuan. Dan hasil ukiran atau hasil karya pengrajin ini lah yang kelak jadi harga dari di kayu.

Sednagkan kayu, dia tidak memiliki kemampuan apapun untuk menentukan hasil. Karena semua sepenuhnya dilakukan oleh pengrajin kayu
[5/6 08.33] Rima Melanie P: Peternak...

Bagaimana peternak memilah dengan hati semua telur yg dikeluarkan ayam2 betina. Telur yang bagus dipilah utk ditetaskan, yang lain akan dijual sebagai telur konsumsi atau dibuang jika rusak

Kemudian telur yang telah ditetaskan dan jadi anak ayam, akan dikumpulkan sesuai dengan usia ayam. Ini untuk memudahkan pemberian vaksin, obat, dan vitamin. Semua anak ayam itu dikumpulkan dalam ruangan khusus, dna.mendapat perlakuan sama. Induk ayam bahkan tak pernah lagi bercengkrama dengan telur telurnya
Lalu anak anak ayam ini dalam perjalanan nya selalu dipilah, dipisahkan sesuai dengan kualitasnya. Jika ada yang tidak baik, maka akan disingkirkan. Karena semua harus berdaging banyak, gemuk, dan sehat

Lalu setelah menjadi ayam2 yang dewasa, mereka dipilah lagi sesuai ukuran dan kemudian mereka lanjut mengantri ke.....

Mesin pemotongan ayam
[5/6 08.33] Rima Melanie P: Bahkan di mesin pemotongan ayam pun, daging2 itu kembali dipilah kualitasnya. Hanya yang terbaik yang sampai pada konsumen terbaik
[5/6 08.36] Rima Melanie P: Lalu bagaimana dengan petani?

Petani menanam bibit bunga, atau pohon, atau buah. Dan dia tidak pernah berharap jika bibit bunga mawarnya akan tumbuh menjadi pohon duren. Begitu pun sebaliknya. Dia tau pohon akan tumbuh sesuai dengan bibitnya.

Yang dia lakukan adalah mencari tanah yang terbaik, menyiangi, memupuki, dan merawat agar tidak ada yang mengganggu pertumbuhan tanamannya.

Dia hanya bertugas menumbuhkan agar pohin yg dia tanam tumbuh subur dan sehat sesuai dengan seharusnya
[5/6 08.37] Rima Melanie P: Nah menurut teman2 dari ketiga analogi di atas, mana yang paling cocok dengan pendidikan sesuai fitrah?

[5/6 08.42] M5TetyAstuti: Sepertinya petani ya bu 🤔
[5/6 08.42] M5TetyAstuti: Br nyimak sekali blm betul2 diresapi cb sy ulang baca lagi
[5/6 08.45] ‪+62 857-7575-9634‬: Petani y bu klo dr penjelasan di atas
[5/6 08.45] M5TetyAstuti: Kl yg ini ibarat pendidikan dmn guru yg berkuasa murid hanya menerima
[5/6 08.51] Merry RUMBIN: Iya, sepertinya petani. Dia hanya bertugas menumbuhkan agar pohonnya subur dan sehat sesuai seharusnya.  Seperti ortu yg hanya bertugas mengenalkan dan mendekatkan anak dgn fitrahnya, sesuai tingkatan usia anak. Insyaa Allah kl sejak dini, hak mereka utk mengenal fitrahnya sudah terpenuhi anak2 akan tumbuh dgn baik sesuai dgn yg sehrusnya jg.
[5/6 08.54] M5TetyAstuti: Kl yg ini sy kok ngerasanya kyk kebanyakan sistem pendidikan formal yg ada skrg ya hehee maaf ini 🙏

Sistem seleksi dmn mgkn yg dianggap bodoh akhirnya dikesampingkan
[5/6 08.54] M5TetyAstuti: Iya mgkn yg ini ya mba @⁨Ika⁩

Krn setiap anak diperlakukan sesuai bibitnya jd semuanya tumbuh dg baik tdk ada yg dikesampingkan
[5/6 09.01] Rima Melanie P: Nah...

Secara tidak sengaja kita banyak terjebak disni

Saya pun sempat mengalami hal yang sama

Bagaimana anak anak dengan usia yang sama dikumpulkan dalam sebuah bangunan berpagar tinggi.
Di sterilisasi dari dunia luar dengan dalih agar terjaga dari dunia luar yang kejam. Dijauh jauhkan dari segala keburukan nya.
Tidak ada tv, tidak internet, tidak ada gangguan jahat. Mereka cuku di dalam. Dari pagi hingga sore

Ah itu hanya analogi teman teman, saya tidak menganggap swmua persekolahan buruk. Tidak ini hanya analogi saja.

Toh sekarang banyak sekolah sekolah ramah anak, juga ramah fitrah
[5/6 09.08] M5TetyAstuti: Betul bu...tidak semua sekolah seperti itu

Kdg di rmh pun sy ngerasanya apa yg sy lakukan terjebak seperti itu 🙈
[5/6 09.09] M5TetyAstuti: Msh merasa susah2 gampang dlm mengasuh mendidik anak 🙈

Kdg msh kebingungan cara yg "pas" nya gmn
[5/6 09.13] Merry RUMBIN: Iya ya mba. Terkadang yg dianggap bodoh itu memiliki potensi uniknya sendiri, tp krn sudah dicap bodoh jadinya terabaikan.
[5/6 09.20] Rima Melanie P: Nah itu dia...

Selama ini kita terjebak pada hebatnya nilai nilai di raport😁
[5/6 10.25] ‪+62 857-7575-9634‬: Mungkin sedikit sdh dpt info, bahwa anak ad fitrah sendiri2
Tp sbg ortu masih ajaa ada rasa minder misal anak kok ga bisa kaya temennya 🙈🙈🤦🏻‍♀
[5/6 10.42] ‪+62 852-6739-0507‬: Petani

Karena anak2 bukan disket kosong. Setiap jiwa sudah di instal oleh Allah dg fitrah ketuhanan
[5/6 10.43] ‪+62 852-6739-0507‬: Eh disket ya..
Berasa jadul banget 😁

Alhamdulillah diskusi hari ini berjalan lumayan hangat dengan muncul nya beberapa teman baru yang bahkan saya belum kenal sebelumnya.

Sudah lumayan cukup untuk perkenalan tentang mendidik anak sesuai fitrah

Posting Komentar

0 Komentar