Perjalanan Menemukan Diri bagian 1


Banyak yang bertanya bagiamana  proses saya dalam menemukan diri. Wah ini mah bakal jadi cerita yang amat sangat panjang. Bahkan bakal cukup kalo dibikin novel juga hehehe...
Saya coba runut ya..
Saya dilahirkan pada sebuah keluarga yang sederhana. Ibu saya buruh pabrik. Ayah saya tak tau. Bahkan sedari lahir pun saya tak pernah mengenalnya. Saya tinggal bersama ibu, nenek, kakek, dan seorang bibi yang saat itu masih SMA. Kakek seorang pedagang di pasar baru Bandung.
Yang istimewa pada masa 7 tahun pertamaku adlah perlakuan nenek yang begitu mengistimewakanku. Lebih istimewa dari cucu cucu nya yang lain. Bahkan bibi yang merupakan anak terakhir nenek pun kalah saing dariku. Bagi nenek, aku adalah permatanya. Segala apa yang kuinginkan selalu menjadi perhatiannya. Ibu ku, walaupun sibuk bekerja, akhirnya toh sama memperlakukanku dengan sama. Aku, walau tinggal di rumah sederhana, selalu menadapatkan segala yang terbaik. Susu kental manis tiap pagi, roti, buah2an segra. Sayuran nikmat hasil petik kebun sendiri. Dan yang pasti, nenek selalu menyisihkan segala macam maknan yang didaptanya saat mengajar mengaji demi untuk cucu kesayangnnya ini. Mama pun jika sedang gajian akan membawaku ke alun alun Bandung, bermain bom bom car, membeli berbagai macam jepit rambut cantik yang bahkan belum pernah dipakai oleh teman teman sepermaiananku. Baju baju cantik, juga mainan istimewa. Bagi mereka, aku adalah permata. 7 tahun kehidupan pertamaku bisa dianggap sebagai madu.
Sepeninggal nenek yang wafat karena penyakit kanker payudaranya, hidupku berbalik arah tentunya. Kemudian aku ikut pada keluarga ua pergi ke Jawa timur. Disana hidupku tak manis lagi. Bahkan bisa dibilang seperti tawanan perang. Makan terbatas, jangankan mainan, baju baju pun aku hanya punya beberapa. Tapi lagi lagi tentu saja banyak hal positif yang akhirnya aku bisa ambil pada masa masa 4 tahun tinggal disana. Aku jadi belajar bebenah rumah, belajar mencuci baju, belajar bertanggung jawab akan diri sendiri. Dan banyak waktu yang aku gunakan akhirnya untuk dapat membaca buku. Hobiku yang satu itu tentu saja banyak membawa manfaat bagiku. Saat usiaku yang masih SD kala itu, buku buku di perpustakaan hampir semua habis kulahap. Karena saking banyaknya waktu yang entabh aku sendiri tak tau harus diisi oleh apa selain dengan membaca. Walau aku diperlakukan kurang baik, bahkan bisa dikatakan kurang manusiawi oleh keluarga ua, tapi aku tetap merasa istimewa saat di sekolah. Walau bukan anak paling pnadai, tapi aku memiliki wawasan yang lumayan. Dan ketertarikan ku pada ilmu sains jelas banyak membantuku saat itu.
Lepas dari keluarga ua, aku kembali ke Bandung dan tinggal di rumah bibi. Disana, aku diperlakukan dengan lebih baik. Setidaknya aku bisa bertemu mama yang sering menjenguk dan mengajak ku menginap di kontrakannya. Saat itu pun banyak hal hal yang membuatku merasa istimewa. Walau di rumah sekali lagi aku bukanlah siapa siapa, tapi di sekolah aku selalu dapat bersinar. Masa SMA adalah masa masa keemasanku. Bagaimana aku bersinar begitu terang saat kelas 2 SMA. Hampir semua murid dan guru pasti mengenalku. Aku menjadi anak yang aktif di bebragai organisasi. Dan yang membuatku merasa paling istimewa adalah label yang diberikan guru kesayangnaku. Bu Dida dan pak Rudi, pasangan guru yang kuanggap sebagai orangtuaku. Mereka menyebutku sebagai anak istimewa. Mereka selalu meyakinkanku bahwa aku ini limited edition. Bagi mereka tak pernah ada siswa yang semenarik aku. Hal ini tentu selalu menajdi penyemangat bagiku. Setiap kali aku merasa menyerah, kalah, kalimat guruku itulah yang selalu membuatku bisa bangkit dan bertahan. Bahwa aku ini istimewa, unik dan luar biasa.
Saat itu tentu saja aku belum paham namanya bakat. Kau hanya tau satu hal. Walau aku tak berbakat di olahraga, bukan pula siswa terpandai, tercantik, atau sebutan ter lainnya. Tapi aku tetap adalah seseorang yang istimewa, unik dan berbeda. Aku punya kelebihan yang entah tak dapat dijabarkan dengan kata.
Lepas dari SMA, aku bekerja. Masa masa bekerja pun tak begitu sulit bagiku menjadi bintang. Aku mampu mencapai apa yang orang lain idamkan hanya dengan waktu yang singkat. Hanya sayang, aku tak sempat naik ke puncak itu. Aku tak mengatakn ini kesalahan siapapun. Aku hanya mengatakan ini hanyalah sebuah kebodohan. Tak perlu lagi diceritakan. Karena kemudian tak lama aku menikah dan memiliki seorang anak.
Ini lah masa masa depresi dalam hidupku. Aku adalah bintang. Yang selalu bersinar dimanapun berada. Menjadi sorotan dan pandangan orang orang. Tiba tiba harus diam tersembunyi di dalam rumah, tanpa tau harus melakukan apa. Saat itu tentu saja belum ada media sosial yang bisa menhubungkan kita dengan dunia luar saat ada di dalam rumah. Terus terang saja aku tak punya banyak pengetahuan dalam mengurus rumah tangga. Usia ku masih muda saat memiliki Ghazy. Dan aku tinggal jauh dari lingkunganku. Aku jauh dai keluarga, sahabat dan teman teman. Kau ada entah dimana. Saat saat itu penuh dengan drama. Bertahun tahun dilewati denga kesedihan, ketidak puasan, dan ketidak percayaan diri. Deperesi hampir tiap hari. Memutuskan ingin bunuh diri tak jarang terlintas. Tak ada dukungan dan bantuan dari orang lain tentu saja. Saat itu benar benar membuatku tak berdaya.
Bayangkan saja, bagaimana aku yang hampir meraih puncak tertinggi dalam karir. Tiba tiba harus berhenti hanya karena hal yang tidak disukainya. Harus duduk diam di rumah, tak boleh kemana mana, dan harus melakukan sebuah tanggung jawab yang aku sendiri bahkan tak tau bagaimana cara melakukannya. Bahkan tak diberi kesempatan untuk bergaul dan berteman.
Saat itu aku hanya berfikir bahwa aku ini tak berdaya, tak berguna, dan sia sia. Hidup rasanya penuh dengan derita. Walau saat itu uang ada, hidup boleh dibilng berkecukupan.
Tahun tahun berikutnya mengantarkanku untuk berkenalan dengan Rabbku. Aku berkesempatan belajar agama. Allah mengantarkan seorang guru bagiku. Itu tentu luar biasa. Banyak hal hal positif, banyak perubahan ke arah yang lebih baik. Walau suami masih tetap tak mengijinkan ku banyak berkarya, setidaknya aku saat itu mulai bisa healing. Mulai bisa menenagkan pikiran. Mengusir pikiran pikiran jahat. Mulai mengenal aama, tentu membuat hati menjadi tenang.
Wah jika ingat sampai sini, tentu saja aku menjadi ingin lebih banyak banyak bersyukur. Betapa kurikulum kehidupan yang Allah berikan begitu luar biasa. Semua indah dan tepat pada saatnya. Semua doa itu terjawab tepat pada saatnya. Semua telah dibuat dan dirancanng sedemikan rupa hingga pas dan tepat.

Posting Komentar

0 Komentar