Banyak yang bertanya bagiamana proses saya dalam menemukan diri. Wah ini mah
bakal jadi cerita yang amat sangat panjang. Bahkan bakal cukup kalo dibikin
novel juga hehehe...
Saya coba runut ya..
Saya dilahirkan pada sebuah keluarga yang sederhana. Ibu
saya buruh pabrik. Ayah saya tak tau. Bahkan sedari lahir pun saya tak pernah
mengenalnya. Saya tinggal bersama ibu, nenek, kakek, dan seorang bibi yang saat
itu masih SMA. Kakek seorang pedagang di pasar baru Bandung.
Yang istimewa pada masa 7 tahun pertamaku adlah perlakuan
nenek yang begitu mengistimewakanku. Lebih istimewa dari cucu cucu nya yang
lain. Bahkan bibi yang merupakan anak terakhir nenek pun kalah saing dariku.
Bagi nenek, aku adalah permatanya. Segala apa yang kuinginkan selalu menjadi
perhatiannya. Ibu ku, walaupun sibuk bekerja, akhirnya toh sama memperlakukanku
dengan sama. Aku, walau tinggal di rumah sederhana, selalu menadapatkan segala
yang terbaik. Susu kental manis tiap pagi, roti, buah2an segra. Sayuran nikmat
hasil petik kebun sendiri. Dan yang pasti, nenek selalu menyisihkan segala
macam maknan yang didaptanya saat mengajar mengaji demi untuk cucu kesayangnnya
ini. Mama pun jika sedang gajian akan membawaku ke alun alun Bandung, bermain
bom bom car, membeli berbagai macam jepit rambut cantik yang bahkan belum
pernah dipakai oleh teman teman sepermaiananku. Baju baju cantik, juga mainan
istimewa. Bagi mereka, aku adalah permata. 7 tahun kehidupan pertamaku bisa
dianggap sebagai madu.
Sepeninggal nenek yang wafat karena penyakit kanker
payudaranya, hidupku berbalik arah tentunya. Kemudian aku ikut pada keluarga ua
pergi ke Jawa timur. Disana hidupku tak manis lagi. Bahkan bisa dibilang
seperti tawanan perang. Makan terbatas, jangankan mainan, baju baju pun aku
hanya punya beberapa. Tapi lagi lagi tentu saja banyak hal positif yang
akhirnya aku bisa ambil pada masa masa 4 tahun tinggal disana. Aku jadi belajar
bebenah rumah, belajar mencuci baju, belajar bertanggung jawab akan diri
sendiri. Dan banyak waktu yang aku gunakan akhirnya untuk dapat membaca buku.
Hobiku yang satu itu tentu saja banyak membawa manfaat bagiku. Saat usiaku yang
masih SD kala itu, buku buku di perpustakaan hampir semua habis kulahap. Karena
saking banyaknya waktu yang entabh aku sendiri tak tau harus diisi oleh apa
selain dengan membaca. Walau aku diperlakukan kurang baik, bahkan bisa
dikatakan kurang manusiawi oleh keluarga ua, tapi aku tetap merasa istimewa
saat di sekolah. Walau bukan anak paling pnadai, tapi aku memiliki wawasan yang
lumayan. Dan ketertarikan ku pada ilmu sains jelas banyak membantuku saat itu.
Lepas dari keluarga ua, aku kembali ke Bandung dan tinggal
di rumah bibi. Disana, aku diperlakukan dengan lebih baik. Setidaknya aku bisa
bertemu mama yang sering menjenguk dan mengajak ku menginap di kontrakannya.
Saat itu pun banyak hal hal yang membuatku merasa istimewa. Walau di rumah
sekali lagi aku bukanlah siapa siapa, tapi di sekolah aku selalu dapat
bersinar. Masa SMA adalah masa masa keemasanku. Bagaimana aku bersinar begitu
terang saat kelas 2 SMA. Hampir semua murid dan guru pasti mengenalku. Aku
menjadi anak yang aktif di bebragai organisasi. Dan yang membuatku merasa
paling istimewa adalah label yang diberikan guru kesayangnaku. Bu Dida dan pak
Rudi, pasangan guru yang kuanggap sebagai orangtuaku. Mereka menyebutku sebagai
anak istimewa. Mereka selalu meyakinkanku bahwa aku ini limited edition. Bagi
mereka tak pernah ada siswa yang semenarik aku. Hal ini tentu selalu menajdi
penyemangat bagiku. Setiap kali aku merasa menyerah, kalah, kalimat guruku
itulah yang selalu membuatku bisa bangkit dan bertahan. Bahwa aku ini istimewa,
unik dan luar biasa.
Saat itu tentu saja aku belum paham namanya bakat. Kau hanya
tau satu hal. Walau aku tak berbakat di olahraga, bukan pula siswa terpandai,
tercantik, atau sebutan ter lainnya. Tapi aku tetap adalah seseorang yang
istimewa, unik dan berbeda. Aku punya kelebihan yang entah tak dapat dijabarkan
dengan kata.
Lepas dari SMA, aku bekerja. Masa masa bekerja pun tak
begitu sulit bagiku menjadi bintang. Aku mampu mencapai apa yang orang lain
idamkan hanya dengan waktu yang singkat. Hanya sayang, aku tak sempat naik ke
puncak itu. Aku tak mengatakn ini kesalahan siapapun. Aku hanya mengatakan ini
hanyalah sebuah kebodohan. Tak perlu lagi diceritakan. Karena kemudian tak lama
aku menikah dan memiliki seorang anak.
Ini lah masa masa depresi dalam hidupku. Aku adalah bintang.
Yang selalu bersinar dimanapun berada. Menjadi sorotan dan pandangan orang
orang. Tiba tiba harus diam tersembunyi di dalam rumah, tanpa tau harus
melakukan apa. Saat itu tentu saja belum ada media sosial yang bisa
menhubungkan kita dengan dunia luar saat ada di dalam rumah. Terus terang saja
aku tak punya banyak pengetahuan dalam mengurus rumah tangga. Usia ku masih
muda saat memiliki Ghazy. Dan aku tinggal jauh dari lingkunganku. Aku jauh dai
keluarga, sahabat dan teman teman. Kau ada entah dimana. Saat saat itu penuh
dengan drama. Bertahun tahun dilewati denga kesedihan, ketidak puasan, dan
ketidak percayaan diri. Deperesi hampir tiap hari. Memutuskan ingin bunuh diri
tak jarang terlintas. Tak ada dukungan dan bantuan dari orang lain tentu saja.
Saat itu benar benar membuatku tak berdaya.
Bayangkan saja, bagaimana aku yang hampir meraih puncak
tertinggi dalam karir. Tiba tiba harus berhenti hanya karena hal yang tidak
disukainya. Harus duduk diam di rumah, tak boleh kemana mana, dan harus
melakukan sebuah tanggung jawab yang aku sendiri bahkan tak tau bagaimana cara
melakukannya. Bahkan tak diberi kesempatan untuk bergaul dan berteman.
Saat itu aku hanya berfikir bahwa aku ini tak berdaya, tak
berguna, dan sia sia. Hidup rasanya penuh dengan derita. Walau saat itu uang
ada, hidup boleh dibilng berkecukupan.
Tahun tahun berikutnya mengantarkanku untuk berkenalan
dengan Rabbku. Aku berkesempatan belajar agama. Allah mengantarkan seorang guru
bagiku. Itu tentu luar biasa. Banyak hal hal positif, banyak perubahan ke arah
yang lebih baik. Walau suami masih tetap tak mengijinkan ku banyak berkarya,
setidaknya aku saat itu mulai bisa healing. Mulai bisa menenagkan pikiran.
Mengusir pikiran pikiran jahat. Mulai mengenal aama, tentu membuat hati menjadi
tenang.
Wah jika ingat sampai sini, tentu saja aku menjadi ingin
lebih banyak banyak bersyukur. Betapa kurikulum kehidupan yang Allah berikan
begitu luar biasa. Semua indah dan tepat pada saatnya. Semua doa itu terjawab
tepat pada saatnya. Semua telah dibuat dan dirancanng sedemikan rupa hingga pas
dan tepat.
0 Komentar
Silahkan memberi komentar
Emoji