Tau gak gimana rasanya saat anak ingin berhenti sekolah?
Tau gak gimna rasanya menemani anak yang memang sedang
menjalani proses transisi dari sekolah ke non sekolah. Yang bersamaan pula
dengan saat saat pra baligh nya.
Kacau, berantakan, gak jelas, ngerasa gagal banget jadi
orang tua.
Semua apa yang susah payah kita coba tanam dari kecil
seperti tidak lagi ada gunanya. Semuanya kcau balau. Sholat gak jelas,
akhlaknya juga kacau. Yah walau memang tidak sekacau itu, tapi sungguh diluar
ekspektasi. Dibanding dengan anak anak kebanyakan, ya tentu masih termasuk anak
baik dengan segala label positifnya. Tapi jika dibandingkan dengan ekspektasi
kami sebagai orang tua, atau guru gurunya di sekolah, tentu jauh dari bayangan
kami.
Bagaimana sekarang dia sedang sibuk gencar merayu seorang
teman wanitanya saja, membuat sesak di dada. Yah, di satu sisi itu hal positif
tentunya. Artinya dia normal secara biologis. Normal secara fitrah seksual.
Tapi itu pun artinya dia melakukan sebuah hal yang selama ini kami tau harus
kami jauhi.Tidak berpacaran.
Maslah sholat 5 waktu yang paling membuat ku kecewa, sedih
dan sakit hati. Begitu sulitnya membuat dia sholat 5 waktu sendiri tanpa
disuruh tanpa ditegur. Dan bahkan begitu sulit saat diingatkan sekalipun.
Selalu pakai marah marah. Di bagian ini harusnya dia sudah sangat lulus. Karena
selama 8 tahun sekolah di sekolah Islam harusnya dia tidak lagi kesulitan.
Apalagi 2 tahun dia tinggal di asrama yang mewajibkannya sholat di masjid tepat
waktu. Bahkan di rumah pun tak putus saya selalu mencontohkan sholat 5 waktu.
Tapi entah apa yang membuatnya malas, teramat sangat untuk sholat. Berbagai
macam cara padahal sudah dicoba agar dia bisa sholat.
Belum lagi murojaah dan hapalan Quran nya. Bisa dihitung
jari kapan dia mau membaca Quran tanpa disuruh. Padahal dulu, sat pertama kali
dia bisa baca quran... Aku masih sangat ingat bagaimana dia bisa menjadi contoh
bagi anak anak lain saat kami sama sama merintis grup One day one lembar
bersama teman teman sekolahnya. Bagaimana dia dimanapun, kapanpun, selalu
membawa quran dan membaca nya dimanma pun.Mengapa semangat itu kini hilang lagi
tak ada bekasnya.
Padahal kedua hal itulah menurut saya yang paling penting
dalam hidup, tapi malah hilang tanpa jejak.
Yang dia lakukan sehari hari hanya tiduran, nonton film,
main game, atau menggoda adiknya. Jika gak, ya dia meminjam hp, main instagram,
dan menghabiskan kuota.
Astaghfirullah...
Bahkan untuk menyelesaikan tugas tugas yang berhubungan
dengan dirinya sendiri pun susah.
Sepeetinya butuh waktu untuk mulai menyiapkan semua
Maksudku, yang butuh waktu persiapan itu bukan hanya dia
sebagai pelaku. Kami pun sebagai orang tua harus siap lahir bathin. Saya
walaupun dalam hati meyakini ini jalan terbaik, tetap merasa perlu menyiapkan
hati, pikiran dan perasaan dalam membimbing dia menyiapkan masa depan. Saya
bahkan belum menemukan saat yang tepat untuk dapat berbicara hati ke hati guna
mulai menyiapkan rancang masa depannya. Suami, apalagi. Dia terlihat masih setengah
setangah memberi ijin. Dia masih bingung tentang HS. Itu yang saya tau.
Terutama hal pertemanan yang dia takutkan. Ghazy sendiri, saya tau dia sedang
sibuk dengan perasaannya sendiri. Jatuh cinta memang selalu akan menguras
seluruh jiwa raga bagi seseorang yang mengalaminya. Dia pun masih bingung
dengan apa yang harus dilakukannya. Aku tau hal itu. Jelas terlihat dari
ketidakjelasan kegiatan yang dia lakukan.
Waduh...
Kami semua bingung, bimbang, dan ragu untuk melangkah. Tentu
harus ada salah satu dari kami yang menyadari hal ini, dan mulai mengambil
langkah nyata. Dan karena hanya aku yang sadar, rupanya harus aku lagi yang
memulainya.
Setidaknya, beberapa waktu yang lalu saya sempat berbincang
dengan ayahnya. Saya menceritakan bagaimana keadaan anaknya. Dan meminta
dukungan sang ayah. Dan dia siap untuk mensupport. Hanya saja mengenai taknis
pelaksanaan, dia tetap menyerahkannya pada saya kembali.
Baiklah, artinya emak perlu betul betul tarik nafas panjang,
berpegangan erat pada Alla SWT. Mohon bantuan Nya agar tidak salah langkah.
Semoga bisa dikuatkan untuk mengawal proses pendewasaan Ghazy. Prosesnya menuju
generasi akil baligh.
Kini semua ada di tangan kami sendiri. Tidak lagi bergantung
pada sekolah, tidak lagi bergantung pada orang lain. Semoga Allah kutakan,
semoga Allah mudahkan....
Satu hal yang perlu selalu aku pegang. Bahwa apapun ini yang
kami lakukan, kami yakin inilah jalan dari Allah SWT. Selama ini saya selalu
memohon pada Allah agar dapat membimbing anak anak jadi orang yang banyak bermanfaat
bagi banyak orang, orang yang taat pada Allah SWT, seorang mukmin yang
bermanfaat. Dan saya selalu memohon pada Allah SWt untuk dibukakan jalan nya.
Rupanya inilah jalan itu. Allah telah menyiapkannya bagi kami sekeluarga. Agar
kami dapat membimbing anak anak kami di rumah sendiri. Semoga Allah kuatkan
kami, semoga Allah mudahkan jalan nya. Semoga Allah siapkan kemi hingga kami
sekeluarga menjadi lebih kompak, mejadio lebih baik, menjadi lebih banyak
emnebar manfaat bagi abnayak orang.
0 Komentar
Silahkan memberi komentar
Emoji