One Day in the Fantasy World



Alex terus mengayuh sepeda terbangnya. Dia tidak boleh terlambat lagi. Diliriknya pergelangan tangan kirinya. Jam analog memancar dari sana. Masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi. Di kota ini tak mengenal namanya kemacetan. Semua berjalan tertib dan teratur. Sepeda-sepeda  terbang menjadi salah satu alternatif kendaraan yang banyak dipilih untuk mengatasi kemacetan. Di atas sini hanya diperuntukkan bagi sepeda terbang. Sepeda-sepeda ini memiliki sayap yang mengepak. Betul-betul bergerak dengan angin yang dikayuh oleh pengendara. 

Sementara di lapisan jalan lebih atas ada juga motor terbang. Kendaraan ini beroda dua. Hanya saja dia memiliki body penutup yang melindungi pengendara dari angin dan hujan. Dua tempat duduk disediakan di dalamnya.
Di lapisan jalan lebih atas lagi berseliweran mobil-mobil bersayap. Kendaraaan yang satu ini lebih canggih lagi karena selain di udara, dia juga bisa dikendarai di atas air dan gurun pasir. Ban nya bisa diganti menjadi ban lapis rel untuk di gurun pasir, atau dimodifikasi menjadi perahu pendorong jika di atas air. 
Alex punya satu buah yang berwarna merah. Tapi dia lebih menyukai sepeda terbang. Dia bisa bebas merasakan udara segar dibalik helm yang dikenakannya. Belum lagi pemandangan menakjubkan yang bisa dia intip dari atas sini. 

Dan yang paling disukai dari sepeda ini adalah saat sepedanya berpapasan dengan burung-burung camar. Pemandangan yang menakjubkan. Terkadang dia Terkadang dia sengaja membawa makanan burung. Menyimpannya di antara sayap sayap sepedanya. Tak lama burung-burung itu akan bertengger di sayap sepedanya. 

Tapi pagi ini dia tak sempat menyiapkan makanan burung. Mei selalu saja membuatnya terlena. Senyuman bibir tipisnya, kerlingan mata hitamnya, belum lagi rambut ikalnya. Ingin sekali Alex memeluk tubuh langsing pujaan hatinya itu. E-girls nya yang satu itu selalu membangunkannya tepat waktu. Hanya saja, Alex lebih suka berpura-pura masih tertidur. Karena dengan begitu, Mei akan membangunkan dengan lebih jahil. Menggelitik kakinya dengan bulu bulu ayam yang keluar secara otomatis dari kaki tempat tidurnya. Jika ini belum berhasil, maka Mei akan menggoncang temoat tidurnya, mulai dari getaran lembut, hingga guncangan kencang yang otomatis membuat Alex kemudian meloncat ke pinggir. Yang kemudian disambut derai tawa kekasih hatinya itu. 

Tinggal bersama Mei memang sungguh menyenangkan hatinya. Membuatnya betah lama-lama di rumah. Ingin Alex berlama-lama di rumah dan tidak perlu bekerja. Seandainya saja...

Mei hanyalah sosok gadis asisten elektonik yang dibelinya beberapa bulan silam. Dia bukanlah manusia. Tapi Alex betul-betul telah tergila-gila. Entahlah apakah dia masih menjadi manusia normal ataukan tidak, karena mencintai sosok yang tak nyata.
 

#bagasitacommunity
#bagasita
#tantanganbagasita

Posting Komentar

0 Komentar