Sebuah Fenomena Pentingnya Pendidikan Aqil Baligh

Seorang ayah tak kuasa menahan tangannya. Bakas memerah terlihat jelas di pipi gadis dihadapannya. Anak kandungnya. Si gadis berlari ke dalam kamar sambil menumpahkan tangis yang kini tak dapat lagi dibendungnya. 

Ayah berteriak menumpuhkan kekesalannya, sejurus kemudian dipacu motor bututnya kembali ke pangkalan ojek. Berharap di sana bisa hilang segala kesal dan amarah dihatinya.

Sementara sang ibu masih tergugu di ruang depan. Ruang tamu sekaligus ruang makan dan ruang tidur bagi dia dan suaminya. 
Hatinya perih teriris sembilu, mengingat peristiwa yang baru saja dialaminya. Bagaimana sang buah hati, si gadis rupawan, yang sejak kecil dibesarkan dengan kedua tangannya, yang demi kebahagiaan nya selalu berusaha dipenuhi segala keinginan nya. Dengan berbagai cara. Walau dengan begitu dia harus bekerja serabutan membantu perekonomian keluarga. Menjadi buruh cuci, buruh tani serabutan, menjadi asisten rumah tangga, dan segala macam pekerjaan serabutan dia lakukan demi memenuhi keinginan sang buah hati. 
Tapi kini tenaga nya memang sudah tidak seperti dulu lagi. Sudah melemah dimakan usia. Sakit maag nya sering kambuh, mungkin karena terlalu sering menahan lapar agar ada uang tersisa untuk diberikan pada si gadis, yang sering diajak makan di cafe oleh teman teman nya. Malu katanya, jika tidak ikut nongkrong di sana. Nanti tidak ada yang mau berteman lagi dengan nya kalo tidak ikut gaul nongkrong di cafe. 

Siang tadi setelah sholat Id, si gadis kembali meminta uang. Kali ini untuk mengganti HP nya dengan model terbaru. Padahal baru saja beberapa bulan yang lalu dia membelikan HP. Tapi rupanya, itu tak cukup buat si gadis. Dia meminta uang sebesar 3 juta untuk membeli HP model keluaran terbaru. 
Saat tidak dituruti, sang gadis memaki-maki ibunda yang selama ini membesarkannya. Kata-kata kasar meluncur deras dari mulutnya. Hingga kemudian sang ayah yang baru saja pulang ke rumah, menjadi tidak sabar terhadap anak gadisnya. 

Ah, uang 3 juta...
Dari mana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Bahkan untuk sekolah pun SPP si gadis masih belum terbayarkan beberapa bulan. Belum lagi uang kontrakan rumah yang harus segera dibayarkan dua hari lagi. Bahkan adik si gadis yang masih SMP pun memerlukan biaya yang tak sedikit. Karena akhir tahun ajaran ini dia akan mengikuti ujian kelulusan dan harus naik tingkat ke SMA.

Suaminya hanyalah tukang ojek di pangkalan depan. Penghasilannya tentu saja tak menentu. Uang 3 juta, terlalu besar baginya dan suaminya. Melihat dan memegang uang sebanyak itu  pun dia tak pernah membayangkannya. 

Ini adalah sebuah fenomena, sebuah kejadian nyata yang banyak terjadi di sekitar kita. 
Bagaimana para pemuda tumbuh menjadi generasi yang kurang peka terhadap keadaan, kurang empati dengan keadaan di sekitar. Alih-alih membantu orang tua, mereka tak segan justru malah memaksa orang tua untuk mengikuti segala keinginan nya. Mengikuti tren dan mode terbaru. Memakai pakaian dengan dandanan yang wah, gadget terbaru, sepeda motor yang keren. Walau semua itu dia minta pada orang tua dengan berbagai macam cara. Tanpa memperdulikan bagaimana dan dari mana orang tua mendapatkan semua itu. 

Fenomena seperti ini, tidak terlepas dari kesalahan pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua dan lingkungan. Lepasnya pendidikan kedewasaan membuat mereka tumbuh jadi generasi yang tumbuh besar secara fisik, tapi minim tingkat kedewasaan. 
Dimana secara biologis telah cukup dewasa, tapi pemikiran nya sama sekali jauh dari kedewasaan. Lupa diri dan lupa kenyataan. 

Media sosial, televisi dan lingkungan yang kurang mendidik pun sangat mempengaruhi. Tontonan yang menunjukkan gaya hidup hedon, senang-senang, foya-foya dan hura hura banyak memerangkap generasi muda pada tuntutan kehidupan yang membutakan mata. 

Padahal sesungguhnya jika kita mengingat bagaimana pendidikan di jaman sebelumnya, malah terjadi kebalikannya. Bagaimana para pemuda jaman dahulu memiliki tingkat kedewasaan dan kematangan pemikiran di usia masih muda. Para pemuda giat bekerja dan belajar di masa muda. Bagaimana di usia muda mereka sudah menghasilkan karya karya yang luar biasa. 

Maka dari itu, perlunya sebuah pendidikan yang bukan hanya mengasah kemampuan berfikir bagi generasi muda. Akan tetapi juga sebuah pendidikan yang dapat mengasah kedewasaan dalam hal berpikir dan bertindak. Sebuah sikap kedewasaan yang membuat generasi muda menjadi generasi yang dapat bertanggung jawab akan dirinya, keluarganya, lingkungan, serta negara nya. 
Sebuah pendidikan aqil baligh

#PendidikanAqilBaligh
#AqilBalighCommunity

Posting Komentar

0 Komentar