Hakikat Keluarga

Kita terikat atas sebuah hubungan darah. Sesuatu yang terjadi dengan tanpa kita minta. Sesuatu yang terjadi begitu saja. Tak dapat dicari tak dapat diminta. Hanya karena kakek ku dan kakek mu ternyata sama. Hanya karena ayahmu ternyata kakek ku. Hanya karena ternyata ada hubungan darah antara kau dan aku. 
Padahal aku tak banyak mengenalmu. Aku tak tau siapa dirimu. Apa hobi yang kau lakukan. Apa pekerjaaan sampingan yang kau kerjakan disela sela kesibukanmu. Apa makanan yang kau sukai. Bagaimana baju baju yang sering kau kenakan. Ah aku tak tahu. Bahkan mungkin ada sebutan sebutan unik yang melakat pada dirimu, aku pun tak tau. 
Yang aku tahu, ada ikatan darah antara kau dan aku. Walau sebetulnya aku pun tak tau bagaimana ikatan itu terjadi. 
Tapi tetap saja, aku tak mengenalmu. 
Bagaimana bisa mengenalmu. Bahkan bertatap muka pun sudah lama tidak kita lakukan. Jangankan bertemu wajah, bertemu lewat dunia maya pun tak pernah. Eh bagaimana kita bisa bertemu di sana, sedangkan nomor teleponmu pun aku tak pernah menyimpan nya. 
Hahaha.... 
Aku merasa hubungan kita sangat aneh. Katanya saudara, tapi bahkan nomor telepon pun aku tak punya. 

Padahal disini. Didekatku sini. Bukan, bukan dekat secara fisik ternyata. Kita tidak selalu bersama memang. Tidak selalu berdekatan. Tapi kita ada disana untuk saling menitipkan diri. Dia yang ada saat aku berduka. Dia pun ada saat aku bahagia. Membantu saat memang perlu bantuan. Meminta jika memang dirasa tak punya. 
Mereka tau siapa aku. Tak perlu aku menjadi orang lain saat mereka berada di sana. Tak perlu banyak berpura pura. Suka makan bilang suka. Tak suka pun dapat diikrarkan dengan nyata. Jadi aku tak perlu repot repot memakai banyak topeng. 
Tak ada ikatan batin antara kami. Tapi aku merasakannya berbeda. Bagiku mereka lah keluarga. Tempat dimana aku dapat menjadi diriku apa adanya.  

Lalu apa sebenarnya hakikat keluarga? 
Daptkah orang yang tak terikat darah kemudian menjadi saudara? 
Atau mereka yang tak terikat batin dengan kita, walau berikatan darah tetap kita anggap saudara? 

Posting Komentar

0 Komentar