Tools Kecerdasan Anak dan Pseudosains



Oleh : Rima Melanie P


Kecerdasan anak adalah salah satu hal yang menjadi fokus perhatian bagi orang tua. Setiap orang tua akan merasa sukses ketika memiliki anak yang cerdas dan berbakat. Orang tua berlomba untuk sesegera mungkin dapat mengetahui sejauh mana kecerdasan dan bakat anak-anaknya. 

Abad ke 19 menjadi awal masa kebangkitan minat terhadap pengobatan yang lebih manusiawi bagi para penyandang sakit gila dan keterbelakangan mental. Tes-tes psikologi bermula digunakan untuk memahami, mengidentifikas dan mengklarifikasi kasus-kasus ini. Binet dan rekan-rekan kerjalah yang pertama kali mencurahkan waktu bertahun-tahun untuk penelitian katif dan sederhana tentang cara-cara pengukuran kecerdasan dan intellegensi. Walaupun awalnya digunakan pada anak-anak keterbelakangan mental. Skala Binet menjadi sebuah skala pemetaan intelegensi pertama di tahun 1905. 

Kini banyak tools kecerdasan yang dapat dilakukan, diantaranya :

  • WAIS/WISC (Weschler Adult Intellegence Scale/Weschler Intellegence Scale for Children. 

  • APM/CPM/SPM (Advence/Children/Standard Pregressive Massive Matrices)

  • IST (Intellegence Structure Scale)

  • TIU (Tes Intellegensi Umum)

  • TKD (Tes Kemampuan Dasar)

  • CFIT (Culuture Fair Intellegence Test)

Kesemua tes di atas merupakan tes psikologi yang perlu dilakukan oleh profesional. Dan tidak semua orang dapat menggunakannya  secara bebas.  Perlu orang terlatih untuk pengujian. 

Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik bagi banyak pihak. Hingga akhirnya bermunculan lah alat-alat atau tools untuk pemetaan kecerdasan dan pemetaan bakat yang lain. Bahkan tak jarang yang bersifat instan dan menggiurkan. Ditambah lagi dengan klaim-klaim sepihak yangmembuat orang menjadi semakin tertarik.

Yang perlu diperhatikan adalah kemunculan pesudosains tes. Di masa terakhirn ini, kemunculan tes seperti ini justru sering banyak membuat orang terlena sehingga tidak lagi menghiraukan keabsahan dari tools yang sedang digunakannya. 

Pesudosains atau ilmu semu adalah sebuah pengetahuan atau metodologi, keyakinan atau praktek yang di klaim,tapi tidak mengikuti metode ilmiah. Ilmu ini serinng terlihat ilmiah, pdahal sama sekali tidak ilmiah dan sering kali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum. Jadi, intinya pseudosains adalah ide yang benar-benar atau hanya sebagain invalid. Idenya adalah dibuat untuk mengelabui masyarakat agar berfikir bahwa itu nyata, padahal hal tersebut palsu. Hal ini muncul ketika ada seseorang yang mengklaim bahwa sesuatu telah dibuktikan secara ilmiah, padahal tidak. Sama seperti halnya dlam tes kecerdasan anak. Banyak pihak yang mengklaim bisa memtakan dan membuktikan kecerdasan anak hanya dengan metode atau caras ederhan, terbukti secara ilmiah, dan bahkan banyak yang mengklain keabsahannya sampai lebih dari 80%. Padahal kenyataannya hal tersebut tidaklah terjadi. Tidak pernah ada penelitian ilmiah tentah hal tersebut. 

Sebagai seorang ibu yang memahami adab dalam belajar dan menuntut ilmu pasti tak akan rela melakukan tes-tes yang ternyata tidak terbukti secara ilmiah, dan hanya berupa ilmu semu semata. Lalu apa karakteristik dari psedosains itu sendiri ?

  • Karakteristik pertama dari ilmu ini adalah tidak dapat diuji secara ilmiah. Tidak memiliki dukungan ilmiah, dan tidak dapat diuji.

  • Kurangnya testability dan konfirmasi. Pengujian independen dan kritik dari sesama ilmuwan selalu mereka nanti karena hal tersebut lah yang menjadi jalan baginya untuk dapat membuktikan keabsahan penelitiannya. Sedangkan masyarakat pseudosains biasanya menolak sanggahan. Lebih memilih mencari bukti untuk menguatkan klaim. 


Contoh-contoh pseudosains dalam pemetaan kecerdasan dan bakat anak

  • Tanggal, waktu atau hari lahir anak

  • Golongan darah

  • Teori aktivasi otak tengah mengklaim bahwa aktifasi otak tengah dapat meningkatkan kecerdasan berfikir, emosi dan motivasi seseorang. Pada kenyataannya, otak tengah memiliki fungsi otak primitive yaitu mekanisme pertahanan diri dan ferleks-refleks pada fungsu vegetatif. 

  • Grafologi atau tulisan tangan. Menebak kepribadian, dan bakat seseorang dari bentuk tulisan tangan.

  • Bentuk wajah

  • Aura

  • Sidik jari. 

  • Psychoop. Adalah tes tes non ilmiah yang marak di media sosial yang mengklaim bisa mengetes berbagai macam kepribadian maupun kecerdasan seseorang hanya dari sebuah gambar.

Bagaimana tes tes tersebut tergolong begitu mudah dan sederhana juga instan. Tinggal setor garis tangan, dan keluar semua sifat, kepribadian dan kecerdasan seseorang. Pada kenyataannya menilai seorang manusia tidak semudah itu. Kapabilitas manusia meliputi potensi (organism), proses pembentukan (stimuli) dan lingkungannya (Antecedent). Jika dilakukan tes pun harus dilakukan oleh ahli yang memang sudah dapat melakukannya. 

Banyak klaim-klaim yang mengatakan akurasi dari tes-tes itu sampai pada 87%. Tapi klaim-klaim tersebut hanya mereka yang mengeluarkan statement tersebut. Belum terbukti. Karen ahanya sebatas klaim semata. Bahkan seornag psikolog senior seklalipun, tidak ada yang berani mengkalim akurasi setinggi itu. 

Hal yang membuat mengapa masyarakat mempercayai klaim tersebut adalah karena laporan dari tes semacam itu hanya berupa gambaran umum, sehingga dianggap cocok dan gue banget. Belum lagi ditambah dengan  sugesti yang diterima. 

Sebagai ibu kita perlu memikirkan apa yang perlu kita lakukan dan bagaimana. Tidak mudah terbawa arus informasi yang tidak jelas. Cerdas literasi, cerdas memilah informasi, termasuk juga cerdasa memilah alat bantu yang digunakan dalam mendidik anak. 


Daftar Pustaka :

  • Anastasi,Anne.2007.Tes Psikologi.Jakarta:Indeks Jakarta

  • Coker, Rory.2014.Membedakan Sains dan Pesudosains.https://www.google.com/amp/s/indonesianskepticsociety.wordpress.com/

  • Rofalina,Fanny.Desember 2016.Analisis Bakat lewat sidik Jari, emang bisa ?. https://www.zenius.net/blog/14249/tes-bakat-sidik-jari

  • Wade, carol dan Carol Tavris.2007.Psikologi.Jakarta:Gelora Aksara Pratama


Posting Komentar

0 Komentar