Akil Baligh menurut Adriano Rusfi

Berikut adalah kumpulan status ustadz Adriano Rusfi mengenai akil baligh. Sesuatu yang memang sedang saya butuhkan sekarang. Karena si sulung memang sedang menuju kesana.


oleh ustadz Adriano Rusfi

Seluruh literatur psikologi abad 19 tak mengenal masa remaja (adolescence), karena masa remaja adalah produk abad 20 dimana telah lahir generasi dewasa fisik (baligh) namun tak dewasa mental (aqil)
Hebatnya, khasanah pemikiran ummat Islam tak kalah latahnya untuk melakukan pembenaran atas keliru didik yang fatal ini. Maka muncullah istilah Remaja Islam dan Remaja Masjid.
Maka, hari ini harus kita terima kenyataan hadirnya generasi penuh syahwat dan angkara, tanpa kendali akal. Akan berkali-kali kita saksikan generasi hamil di luar nikah, atau sibuk membully teman-temannya

 Islam membagi perkembangan manusia kedalam pra aqil-baligh dan aqil-baligh. Hukum hanya mengenal anak-anak dan dewasa. Sedangkan pendidikan hanya mengenal paedagogi dan andragogi.
Lalu belakangan muncul generasi yang bukan anak, juga bukan dewasa, namanya remaja. Terjadi kebingungan identitas dan perlakuan dalam masa transisi yang makin panjang. Mereka menjadi galau dengan dirinya.
Mari kita akhiri ini. Kita didik kembali anak-anak kita menjadi pemuda : aqil-baligh yang sepenuhnya dewasa. Kita bentuk kembali generasi progresif yang menjadi kebanggaan manusia, bukan ABG nan agresif
‪#‎AqilBaligh‬

Jaman dulu tak ada AIDS, sekarang ada.... Jaman dulu tak ada Ebola, sekarang ada... Jaman dulu tak ada Autisme, sekarang ada.... Dan jaman dulu tak ada remaja, dan sekarang ada...
Lalu, apakah semua ini harus kita terima begitu saja sebagai "dinamika perubahan jaman" ? Apakah ikhtiar untuk kembali kepada YANG SEHARUSNYA akan disamakan dengan kembali ke masa lalu ?
Tidak !!! Tugas kita adalah membawa kehidupan kepada situasi ideal. Bukan hanya troubleshooting, tapi problem solving. Percayalah, sesuatu yang sebelumnya tak ada, bisa diikhtiarkan untuk kembali tiada..
‪#‎AqilBaligh‬

Kematangan fisik (baligh) manusia melahirkan nafsu, baik nafsu seks (eros/life instinct) maupun nafsu agresivitas (thanatos/death instinct). Dan yang mampu mengendalikannya adalah akal (aqil)
Marilah kita berempati pada anak-anak kita, ketika kita bangun kematangan fisiknya tapi kita lalaikan kematangan mentalnya. Mereka begitu kewalahan mengendalikan nafsunya, karena kontrol akal belum dimiliki.
Bukan hanya kita, para pendidik dan penegak hukum yang bingung menghadapi mereka. Merekapun bingung menghadapi diri mereka sendiri. Masihkah kita ingin mereka menjadi remaja, bukan dewasa?
‪#‎AqilBaligh‬

Lalu, bagaimana caranya agar konsep remaja kembali kepada PEMUDA ? Jika anak kita telah berusia tujuh tahun ke atas, lakukanlah hal ini :
PERTAMA, jangan menganggap periode remaja sebagai keniscayaan, karena remaja adalah produk kebudayaan
KEDUA, didiklah anak-anak kita menjadi dewasa, bukan setengah dewasa
KETIGA, didik mereka untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Gunakan pendekatan consequential learning
KEEMPAT, libatkan mereka dengan permasalahan hidup. Jangan sterilkan mereka dari hidup dan perjuangannya.
KELIMA, besarkan mereka di tengah realitas. Sesungguhnya iman itu harus diuji di tengah realitas
KEENAM, didik mereka belajar untuk mencari nafkah, walaupun hanya untuk sekadar untuk menambah uang jajan
KETUJUH, ajari mereka untuk berorganisasi, berempati terhadap problematika sosial, dan berpikir untuk menemukan solusinya
#AqilBaligh 



Posting Komentar

0 Komentar