Libur Tahun Baru






3 hari tersisa, libur tahun baru.
Awalnya malas kemana mana. Inginnya duduk manis di rumah, membuat empek empek, atau sekedar menggorwng cireng buat anak anak. Minum capuccino, dan mneruskan tulisan2 di depan laptop. Atau sekedar membaca tumpukan2 buku yang mulai menggunung.
Tapi kemudian papa meminta untuk kembali ke Jogja. Menghabiskan liburan tahun baru di sana. Awalnya hanya aku dan Fawwaz, karena Ghazy sudah masuk sekolah dan tidak libur. Tapi kemudian sekolah memutuskan untuk meliburkan anak anak. Hingga akhirnya kami bertiga kembali lagi ke Jogja.
Kami bertiga kembali ke Jogja dengan efisiensi. Karena sudah tidak dapat lagi tiket kereta. Malas sebetulnya naik bus. Aku adalah orang yang kurang menyukai bus. Tapi, mau tidak mau harus. Karena sudah tiada lagi moda transportasi pilihan lainnya.
Kali ini Ghazy tidak lupa minum antimo terlebih dahulu sehingga merasa lebih nyaman selama perjalanan.
Malam itu kami memutuskan untuk makan di pecel lele sambal mentah depan keraton Pakualaman langganan. Tempat tersebut menjadi salah satu tempat makan favorit kami di Jogjakarta. Tempatnya yang menyediakan lesehan di trotoar pinggir jalan menjadi salah satu alasan utama. Makan disana kami menemukan suasana romantis sesungguhnya. Makan pinggir jalan, diatapi langit diterangi lampu temaram. Diiringi ramai lalu lintas menjelang tahun baru. Jalanan ramai lancar menjadi pemandangan tersendiri. 

Sekali kali pengamen menghampiri menyanyikan lagu lagu kenangan.
Itu bukanlah satu satunya alasan kami selalu memilih makan disana. Karena sambalnya yang pedas segar luar biasa adalah cerita lain yang menambah ketagihan. Bagi Ghazy, lain lagi. Tukang susu murni disebelahnya adalah alasan utama. Secangkir susu coklat manis selalu menemani porsi lele yg dipesannya.
Selepas makan dalam perjalanan kembali menuju hotel, kami sempat berputar putar menghindari jalan utam Jogjakarta. Kemacetan yg luar biasa yang kami hindari.
Keesokan pagi, kami bersiap siap menuju Parangtritis. Sesuai rencana, mengikuti permintaan Ghazy semenjak beberapa pekan yang lalu. Perjalanan ke sana bukanlah hal yang mudah. Kemacetan mengular bahkan sebelum masuk ke Kretek. Akhirnya, papa memutuskan untuk memutar melewati Imogiri. Melewati tempat2 yg dlu pernah dia tinggali. Menemukan jalan baru, melewati pedesaan menjadi cerita indah tersendiri bagi kami.
Tengah hari, kami sampai di pantai. Terlihat jelas antusias di mata anak anak. Bersemangat untuk segera bermain bersama ombak dan pasir. Bersyukur sebuah payung dan tikar sewaan masih kami dapatkan diantara penuh sesak pengunjung. 




Anak anak segera berlari meyongsong mentari. Aku...
Aku memutuskan hanya mengamati mereka dari jauh. Menjaga perlengkapan dibawah payung sewaan. Duduk, sambil menulis. Mencurahkan isi hati dalam blog kesayangan.
Besok pagi, kami harus segera pulang ke Purwokerto. Kembali pada rutinitas harian yang mulai membuatku merindu.
Pada buku buku, kawan kawan yang telah lama tidak kutemui. Sahabat dan guru yang lama tidak kujumpai.
Ah... beberapa pekan terakhir ini, aku hidup dalam dunia lain. Singgah dari kota ke kota. Berlari mengejar asa, menata hati merajut mimpi.
Disana, dipinggir pantai, papa masih asyik dengan kedua buah hatiku. Membangun istana pasir impian si kecil.
Terlalu lama aku hidup dalam dunia lain. Dalam angan angan tanpa ada kejelasan. Terbang kesana kemari mencari yang tiada berarti. Padahal, mimpi itu ada disini. Tepat disini. Dihadapanku

Posting Komentar

0 Komentar