Gaya Belajar Kinestetik

GAYA BELAJAR KINESTETIK

Ada lima gaya belajar: kinestetik, visual, auditoris, sosial emosional, dan metakognitif. Tiap anak memiliki beberapa gaya belajar sekaligus, tetapi salah satu di antaranya dominan. Misalnya, anak yang gaya belajarnya dominan visual, boleh jadi sekundernya adalah gaya belajar auditoris. Dari lima gaya belajar itu, secara statistik, jumlah terbanyak adalah anak dengan gaya belajar kinestetik; diperkirakan sekitar 35 persen. Berikutnya adalah anak visual, sekitar 25 persen. Lalu anak auditoris, 18 persen. Yang gaya belajarnya sosial emosional 9 persen. Paling sedikit adalah anak bergaya belajar metakognitif, hanya 3 persen, yang bertepatan dengan potensi kecerdasan lebih dari superior atau genius.

Lalu, bagaimana keadaan persekolahan di Indonesia? Tentu saja, sebagian besar malah menerapkan cara belajar auditoris: guru menerangkan, murid mendengarkan. Mulai ada sebagian sekolah yang menambahkan cara belajar visual dan kinestetik. Tentu saja, mau tak mau orangtua mesti membayar lebih mahal. Maklum, belajar cara kinestetik dan visual itu memang membutuhkan peralatan dan perlengkapan lebih banyak dan lebih bervariasi daripada belajar cara klasik.

Lebih jarang lagi yang mampu mengadopsi cara belajar sosial-emosional, kecuali di prasekolah. Setelah masuk jenjang SD, anak-anak bergaya belajar dominan sosial-emosional ini tentu sangat terhambat jika tidak sedari awal orangtuanya mengajarkan cara-cara belajar yang sesuai, dan... segera mengubah gaya parenting mereka dengan belajar bersama-sama mengendalikan emosi dan belajar hidup secara positif. Tak ayal, banyak anak bergaya belajar sosial emosional malah dicap sebagai anak bermasalah, dsb. Biasanya, problem emosional ini berlanjut sampai anak remaja, bahkan saat mahasiswa.

Bagaimana dengan anak metakognitif? Anak yang gaya belajar dominannya ini, hampir pasti memiliki kecerdasan intelektual superior atau genius. Sayangnya, di Indonesia belum ada sekolah khusus anak "cerdas istimewa berbakat istimewa" (CIBI) ini. Ada sih yang mengaku memiliki program untuk anak gifted, tetapi biasanya berupa program "percepatan" alias pemadatan. Ini akan membuat beban anak menjadi luar biasa. Tiap anak superior dan genius malah mesti diarahkan untuk "hanya" belajar di bidang yang sesuai dengan bakat-bakat terkuatnya saja. Mereka juga mesti disediakan sesi-sesi belajar interpersonal skills, social-emotional skills dan coping skills. Dan, mereka membutuhkan "guru" yang secara intelektual juga cukup tinggi, yang sama-sama memiliki rasa ingin tahu yang tak terpuaskan sehingga terus belajar dan membaca berapa pun umurnya, yang mampu mendengarkan ide segila dan seaneh apa pun, dan terutama inovatif. Artinya, anak-anak bergaya belajar metakognitif juga "membutuhkan" orangtua yang seperti itu.

Tentu kita tidak dapat memaksakan pihak sekolah untuk berubah mengikuti gaya belajar anak. Membuat mereka lebih akomodatif saja sudah sangat oke. Maka, yang dapat kita lakukan adalah mengubah cara belajar anak-anak di rumah (dan cara Anda mengajar mereka).
***

Gaya Belajar Kinestetik
Ciri-ciri
- Cenderung terlambat bicara ketika anak-anak.
- Belajar dengan melakukan atau mempraktikkannya.
- Cenderung cepat dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari.
- Segala sesuatu dipegang dan dieksplorasi.
- Tidak dapat duduk tenang dalam waktu lama.
- Cenderung uncang-uncit; gelisah; “nggrathil.”
- Sebentar-sebentar meminta istirahat ketika belajar.
- Rentang perhatiannya terbatas dan pendek.

Jenis Ujian Paling Cocok:
- ujian praktik
- memberi definisi singkat
- mengisi yang kosong (mengisi titik-titik)
- pilihan ganda

Jenis Ujian yang Tidak Cocok:
- esai panjang

Saran Cara Belajar
- Belajar sebentar (misalnya 15 menit), tetapi sering (4-5 kali sehari)
- Memilih sekolah dengan metoda praktik atau yang kurikulumnya cukup banyak praktik
- Mengikuti kunjungan lapangan
- Belajar berkelompok
- Menghafal sambil menulis ulang pelajarannya
- Memakai kartu-kartu pengingat
- Bermain teka-teki
- Menggunakan meja kinestetik.
- Mengambil kelas-kelas laboratoritum.

Posting Komentar

0 Komentar