TM bagiku dan Suami

Saya dan suami sebetulnya adalah dua orang dengan perbedaan yang sangat jelas. Bagai air dan api.

Yang satu begitu teratur, rapi, teliti, waspada, selalu teratur dalam melangkah. Pekerja keras yang fokus, bahkan tidak terlalu memperhatikan dirinya sendiri demi menjalankan tanggung jawabnya.
Baginya fokus pada tujuan yang menjadi tanggung jawab baginya adalah hal yang utama.
Berteman, berkomunitas, atau sekedar berkumpul bukanlah hal yang terlalu penting baginya.

Sedangkan yang satu adalah kelompok orang berotak kanan. Yang penuh ide, penuh mimpi dan khayalan. Tapi lemah dalam eksekusi. Hanya sebagian kecil sekali dari ide idenya yang berakhir jadi karya.
Cenderung lebih nyaman dalam ruangan yang hangat, penuh dengan barang barang berserakan sebagai booster bagi ide idenya.
Tidak terlalu dapat memperhatikan hal hal yang detil, cenderung pelupa, dan berantakan.
Penuh semangat, selalu ingin melayani dan mengembangkan orang lain. Dan komunitas, teman, sahabat, dan kelompok adalah hal yang penting bagi hidupnya.

Satu hal yang sama dari keduanya. Yaitu sama sama maximazer. Perfectionist. Selalu menuntut hal yang terbaik dari segala sesuatu.
Termasuk juga perfectionist dalam menuntut pasangan masing masing.

Nah bayangkan bagaimana jika kedua orang tersebut dipersatukan.

Banyak missed tentu saja.
Masing masing menuntut pasangan agar bisa _perfect_ sesuai dengan gayanya.
Tentu saja gak akan nyambung pasti.

Beruntung nya adalah keduanya telah memiliki komitmen dan visi yang sama sejak pernikahan. Hingga bisa bertahan walau banyak perbedaan.
Tapi tetap saja sulit melangkah bersama. Karena walau memiliki tujuan yang sama, tapi masing masing memiki jalan yang berbeda. Hingga sering terjadi tarik menarik. Dan semua hanya jalan di tempat saja.

Hingga akhirnya kami bertemu abah Rama Royani. Penemu TM. Kami berkonsultasi berdua berdampingan.

Abah dengan TM nya membuka mata kami berdua. Ternyata memang 7 tema bakat suami adalah 7 tema bakat saya yang terbawah, dan sebaliknya.
Hanya maximazer saja yang sama.

Disitu abah menjelaskan kekuatan2 serta kelemahan masing masing dari kami.
Dan bagaimana sebaiknya kami berkolaborasi sebagai suami istri.

Alhamdulillah hal tersebut dapat membuka mata hati kami berdua.

Banyak perbedaan tidak serta merta membuat kami harus saling melemahkan. Tapi sebaliknya, justru hal tersebut yang membuat kami semakin kuat. Semakin banyak yg bisa kami lakukan berdua.

Dari situlah salah satu cerita hingga saya dan pak suami @⁨Aa Edi Shrek⁩ bisa menyepakati Rumah Bintang sebagai family Branding. Dengan segudang filosofi yang kami sepakati

Semoga dapat seterusnya hingga akhir waktu😊🙏

Posting Komentar

0 Komentar