Family Camp HEbAT Jabodetabek

Pekan kemarin, alhamdulillah diberi kesempatan bermain ke sentul, Bogor. Teh Dinda memberi undangan untuk ikut serta dalam famili camp HEbAT Jabodetabek. Sekaligus sharing materi Pandu 45.
Sebetuknya yany diundang full team. Seluruh keluarga. Hanya saja sayang sekali papa yang masih punya tanggungan pekerjaan tidka bisa ikut serta. Walhasil hanya kami bertiga yang bernagkat. Aku, Ghazy dan Fawwaz.
Sebetulnya ada kejadian yang kurnag mengenakkan saat kebernagkatan. Fawwaz mendadak demam seari sebelumnya. Dan yang membuat khawatir lagi adalah demamnya naik turun. Tidak flu, juga tidka batuk. Bahkan saat diperjalanan pun, malam hari di Serayu. Fawwaz pun masih naik turun panasnya. Paling tinggi sampai mencapai 38,4°c. Kontan hal ini menimbulkan sedikit percek cokan virtual antara saya dan suami.
Hingga akhirnya sampai di senen pun, saya terpaksa membeli tiket pulang untk malam minggu. Padahal seharusnya pulang malam senin.

Kami dijemput kang Ahad di stasiun Pondok Cina. Hanya saja, saat itu saya belum hapal wajah kang Ahad. Gak kenal nih. Walau smaa smaa ngariungers. Senpet keder juga. Karena emang betul betul blank tentang siapa kang Ahad. Ternyata, saat bertemu semua berbeda. Kang Ahad adalah anak muda energik, yang belief juga emphaty. Senang melayani, ramah, dan menyenangkan.

Sampai di Bumi Kepanduan Sentul, kami disambut ramah oleh panitia. Anak anak bersemangat dan langsung eksplorasi wilayah. Membuat hammock, dan bermain di alam. Saat itu Fawwaz terlihat agak segar. Mau bergerak dan mau bermain. Suhunya normal.
Sore hari hujan mulai turun, kami mulai masuk ke pendopo. Fawwaz mulai naik lagi suhunya. 37,6°c.  Dia tertidur menjelang Maghrib. Saya yang kelelahan pun ikut tertidur. Dan dibangunkan oleh harumnya aroma bakso dan ikan goreng buatan panitia. Di sore itu pun kami berkenalan dengan istri kang Ahad yang sama sama menyenangkan. Ramah dan enphaty.

Semalaman kami tidur di pendopo kayu yang hangat. Ornag tua Cakrawala dna Lintang meminjamkan karpet sebagai alas tidur hingga kami bisa terhindar dari kedinginan. Anak anak terlelap dengan hangatnya udara bumi sentul.

Menjelang subuh kami telah terjaga, sholat, bersih diri. Dan lagi lagi kami dijamu dengan roti bakar serta kentang gireng yang menggiurkan.
Pagi itulah kami pindah ke tenda yang telah usai dibangun. Tenda dome kapasitas 4 siap kami tempati. Pagi itu Fawwaz telah lebih segar. Dan dia merengek untuk menmabh 1 malam lagi menginap disana.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk mengganti jadwal tiket untuk keesokan harinya.

Siang itu Fawwaz bersedia ditinggal bersama uni Elni, istri kang Ahad. Dan saya turun ke stasiun Bogor untuk menukarkan tiket untuk keesokan hari.
Malam hari, saat saya berbagi dengan teman teman, Fawwaz menemani di pendopo. Dia terlihat kebih segar dan suhu badannya sudah tidak lagi naik. Dia sudah mau bermain bersama Ozan, anak pak Muji.

Terbukti, keeesokan harinya Fawwaz betul betul telah sehat. Dia mau bermain di empang, mandi, dna makan dengan lahap.

Walau lelah, anak anak terlihat puas an bahagia.

Kami menuju senen dengan diantar kembali oleh  kang Ahad serta istri. Menariknya, ternyata hati anak anak telah tertambat pad mereka berdua. Saat kami berpisah di uki. Saat saya naik grab ke senen, dna kang Ahad naik grab ke rumahnya. Anak anak bicara kalo mereka sedih. Mereka ingin suatu hari bermain lagi bersmaa kang Ahad.
Datang tiada kenal, pulang jadi saudara

Terima kasing teh Dinda yang telah memfasilitasi. Teman teman panitia dengn servis yang luar biasa.  Juga HEbAT Jabodetabek atas segala kemurahan hatinya.

Posting Komentar

0 Komentar