Sesuai dengan Gaya Wanita



Pertemuan kedua TFT Rumah Bunda 2021 dilakukan tanggal 25 April 2021. Pada pertemuan ini sebetulnya lebih banyak membahas tentang refleksi kami atas kelas kelas sebelumnya. Pada akhir kelas pertama kemarin, kami diminta untuk berdiskusi mengenai hal apa saja yang dirasa perlu diperbaiki. 

Dalam diskusi tersebut dapat diambil kesimpulan beberapa poin refleksi dari fasil. Diantaranya adalah:

  • Materi power point terlalu padat jika disampaikan dalam satu kali pertemuan. Apalagi jika ol. Karena rentang waktu konsentrasi jadi sangat terbatas. 
  • Fasil juga mengusulkan agar materi dapat disampaikan dengan cara menyamil. Sedikit demi sedikit. Misal satu materi tetap diberikan sebulan sekali, tapi kemudian ada pekan pekan berikutnya yang kemudian jadi ajang curhat, implementasi dan sebagainya
  • Ummu Hani bahkan menyarankan ada coaching dalam tiap pemberian materi
  • Implementasi diberikan dengan lebih praktis dan terukur. Sehingga lebih mudah dalam prakteknya
  • Begitupun materi dapat disapaikan dengan lebih sederhana, lebih praktis sehingga lebih mudah dipahami. 
  • Tiap kelompok kelas tetap ada fasil utama dan satu fasil pendamping. 
  • Dengan gaya merdeka belajar.

Point point di atas disetujui ustadz dengan beberapa catatan. Misal dalam penyampaian materi yang lebih praktis, ustadz setuju tapi untuk dua materi awal tetap harus berupa konsep. Karena hal tersebut merupakan penyadaran akan konsep. Dengan tujuan untuk membersihkan perempuan dari racun-racun yang sudah terlanjur beredar di masyarakat.

Ya betul sekali. Menghapus racun-racun konsep yang keliru ini memang tidaklah mudah. Jangan kan tentang hal hal yang berat. Tentang ketaatan pun masih sulit. Tidak sedikit istri yang merasa berat untuk tunduk dan patuh pada suami. Meninggikan qawwam suami, itu adalah hal yang berat. 

Menghapus racun tentang wanita harus punya penghasilan sendiri. Agar bisa jajan, agar punya persiapan kalo suami meninggal. Hal-hal seperti ini masuk ranah yang berat. Kita terlanjur dididik oleh orang tua  agar tidak jadi wanita yang hanya bisa diam di rumah. Tapi juga berpenghasilan. Bekerja. Apalagi wanita-wanita yang berpendidikan tinggi. Untuk apa kamu sekolah tinggi-tinggi jika gak dipakai cari uang. Sayangnya, desakan desakan seperti ini seringnya muncul dari orang tua, dari mertua, atau bahkan dari suami. 
Padahal tidak sedikit cerita bagaimana saat penghasilan wanita jadi lebih tinggi dari suami. Ya, saya pun merasakannya sendiri. Ketika penghasilan kita lebih besar dari suami, saya jadi lebih keras kepala, dan sombong. Saya tidak lagi meminta pertimbangan dari suami saat jajan, menghabiskan uang yang saya miliki. Saya jadi kurang menghargai dia. 

Jangan ajari perempuan untuk bertahan hidup, karena mempertahan diri adalah fitrah perempuan.
Jika mau mengajari mereka, maka ajarilah mereka untuk bertakwa

Ada catatan lain yang menarik yang disampaikan ustadz kemarin. yaitu tentang ilmu parenting. Saat seseorang menjadi orang tua, maka Allah juga menganugerahkan ilham pada orang tersebut tentang bagaimana ilmu mengasuh. Dan ilham ini Allah berikan pada ayah. Hanya saja selama ini ayah biasanya tidak keluar ilmunya. Perlu ditanya agar mereka dapat mengeluarkan ilmu tersebut. Agar ilmu tersebut dapat keluar, maka ayah harus banyak ditanya. Dan ibulah yang harusnya banyak bertanya pada ayah tentang hal ini.

Ah, tentang hal ini juga. Menjadi sebuah catatan penting bagi saya. Dalam hal parenting, selama ini, saya kadang merasa saya lebih banyak tau dari pada suami. Ternyata tidak. Ayahlah yang mendapatkan ilham tersebut. Tapi memang selama ini, kalo bertanya pada pak suami itu menyenangkan. Ada saja hal hal baru yang seru. Sekarang maka saya bertekad untuk lebih banyak bertanya lagi pada pak suami mengenai bagaimana mendidik anak.  


Posting Komentar

0 Komentar