Meletakkan Konstruksi yang Baru, Membangun Strong Why



TFT materi 3 Rumah Bunda 2021 dilaksanakan pada tanggal 30 April 2021. Masih dengan zoom. 
Di materi kali ini sebetulnya lebih teknis ustadz menjabarkan bagaimana kemudian nanti konstruksi dari materi-materi Rumah Bunda ke depannya. 

Berulang-ulang dan berkali kali ustadz menekankan tentang perbedaan antara RB level 1 dan RB level 2. Intinya adalah RB level 1 memiliki orientasi untuk menghidupkan kembali fitrah femininitas pada bunda. Bagaimana agar bunda kemudian menyadari adanya fitrah tersebut, sehingga kemudian dia dapat menghidupkan kembali fungsi kebundaan yang dimilikinya. Sedangkan orientasi dari RB 2 adalah untuk menghidupkan kembali peran bunda sebagai istri, sebagai ibu, dan peran nya di masyarakat. 

Materi pertama berisi tentang membangun strong why. Mengapa bunda harus belajar tentang femininitas. Ah, ini dia yang memang perlu dipelajari di awal. Agar menjadi motivasi kuat mengapa bunda belajar femininitas. Saya teringat bagaimana perjalanan saya ikut kelas femininitas ini. 

Saya ikut kelas ini terus terang karena diajak oleh beberapa teman. Walau saat itu terus terang saja, keterbatasan ilmu membuat saya sedikit khawatir dan ketakutan untuk masuk kelas ini. Bagaimana pun, saya adalah seorang yang tomboy pake banget. Saat itu, walau saya sudah menggunakan jilbab, tapi saya masih belum dapat memungkiri apa yang ada di dalam diri saya yang sesungguhnya. Saya yang keras, saya yang tidak empathy, senggol bacok, begitu seorang teman menjulukinya. Tapi, saya nyaman dengan diri saya saat itu. Setidaknya saya merasa saya dapat survive dengan bentuk diri saya kala itu.

Setidaknya, yang saya rasakan saat itu adalah bahwa saya dengan bentuk seperti itu, maka saya dapat bertahan dan hidup dengan selamat. 

Ya, kehidupan yang keras menuntut saya untuk selalu kuat. tahan banting, dan berani. Menyerang atau diserang. Itu prinsipnya. Jika tak bisa bertahan, tidak bisa bangkit sendiri, maka tidak akan ada seorang pun yang dapat melakukannya untuk dirimu. Bangkit dan majulah sendiri. Atau kamu terlindas dan tidak akan ada seorang pun yang peduli. Hal ini melekat kuat pada diri saya. Bahkan sejak kecil. Sejak saat masih sangat belia. 

Ah tidak, sesungguhnya saya bukanlah sosok yang seperti itu. Saya masih ingat bagaimana saya saat masih ada nenek. Saya adalah anak yang cukup perasa, tidak tegaan. Dari segi penampilan pun saya dididik oleh nenek untuk berpenampilan sangat perempuan. Rok dan gaun-gaun yang cantik, rambut yang panjang, dengan segala pernak pernik perempuan lainnya. Feminim tapi tidak centil. 

Tapi kemudian semua berubah setelah tragedi itu. Sebuah tragedi besar yang kemudian memporak porandakan keluarga besar kami saaat itu. Kematian nenek telah merusak segala tatanan dalam kelurga besar kami. Mama yang kala itu seorang single mom, mau tak mau harus menyerahkan saya pada kakaknya yang akan pergi ke luar provinsi. Kelas 2 SD awal, ketika kemudian saya ikut ua pindah ke Malang. Usia saya saat itu 7 tahun. Saya dititipkan secara paksa pada sebuah keluarga yang bahkan saya kurang mengenalnya. Bertemu pun hanya sekilas saja. Hal itu telah cukup banyak menggoncang dan merubah kehidupan yang saya jalani. 



Tak perlu bicara tentang cinta dan kasih sayang. Bahkan perhatian, belaian, pelukan, pun tak pernah lagi didapatkan. Saya, yang oleh nenek begitu dikasihi dan dimanja harus menghadapi sebuah kenyataan yang bertolak belakang. Semua bermula saat rambut indah tergerai panjang itu dipotong secara paksa oleh ua. Sejak itu, saya harus menjalani kehidupan keras dan ketat ala militer. Ua memang seorang Angkatan Darat, tapi rupanya istrinya lebih tentara dari pada tentara. Setidaknya pada saya. Segala hal tanggung jawab kebersihan rumah diserahkan pada saya. Sebuah rumah yang lumayan besar bagi anak usia delapan tahun. Ya, delapan tahun saat saya pindah ke Situbondo, dimana semua kehidupan keras bermula. Aturan-aturan yang ketat. Bangun pagi tepat waktu, semua pekerjaan rumah tangga sebelum berangkat sekolah, tapi yang paling menakutkan adalah amukan dari ua yang entah datang dari mana. Sedikit saja hatinya sedang tidak nyaman, maka asbak garuda yang terbuat dari kuningan itu akan melayang ke kepala. Sudah tak terhitung berapa kali saya berangkat sekolah dalam keadaan kepala yang bocor. Saat itu bahkan guru-guru pun tidak ada yang berani protes ke ua, bagaimana pun mereka keluarga tentara. Tidak ada yang berani mempertanyakan sesuatu pada keluarga tentara. Toh, aku selalu jadi anak nakal saat itu. Ah, tidak pernah ada kesempatan untuk membela diri. Hal ini memaksaku untuk selalu kuat, agar bisa mempertahankan diri. Saat itu, tak ada seorang pun yang dapat kujadikan tempat bersandar, membuatku kemudian untuk jadi kuat dan membuang jauh jauh sifat cengeng dan menjadi tegar. 

Tidak hanya sampai situ, semua kepahitan dan kegetiran itu terus berlanjut hingga kemudian saya menjadi dewasa. Bahkan sampai saat menikah dan memiliki anak anak. Keadaan terus memaksa saya untuk jadi seorang yang maskulin. Kuat, atau mati. Selalu seperti itu. 

Hingga kemudian fitrah femininitas itu banyak terenggut dan tercerabut. 

Mengenal femininitas dari seorang pria. Seorang ustadz Aad, walau membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk memahaminya, tapi itu sungguh membuat saya jadi lebih banyak merubah diri. Berusaha untuk mengembalikan semua yang sebagaimana seharusnya. Dalam hati yang terdalam, saya ingin memperbaiki diri, mengembalikan pada bagaimana seharusnya. Menjadi seorang wanita seutuhnya. tidak perlu malu, tidak perlu takut karena memang begitulah seharusnya seorang wanita, sebagaimana Allah ciptakan. 

Jujur, sebetulnya saya malu untuk menjelma menjadi seorang wanita. Yang anggun, lembut, penuh perasaan. Buat saya, itu terlalu mewah. Bukan saya, tidak cocok diri saya mendapatkan semua kemewahan tersebut.

Tapi kemudian, akhirnya saya sadar, bahwa itu memang begitulah seharusnya seorang wanita. Anggun, lemah lembut, penuh perasaan. Tapi sebetulnya di sanalah letak kekuatannya yang sesungguhnya. 

Wanita....Kekuatan dalam keanggunan, kekuatan dalam keindahan

Jadi, apa yang dikonstruksikan ustadz Aad dalam materi RB 1 sangatlah tepat. Membangun terlebih dahulu alasan kuat. Mengapa bunda perlu belajar femininitas. Segala macam hal dalam kehidupan modern kita saat ini banyak memaksa wanita kehilangan femininitasnya. Bukan, ini bahkan bukan kesalahan para wanita itu sendiri. Zaman dan keadaan telah banyak menjebak para wanita untuk berada di sana. Kehilangan femininitasnya, serta menggantikannya dengan maskulinitas yang bahkan justru banyak melemahkan para wanita itu sendiri. 



Posting Komentar

0 Komentar