Ketakutan



Sejak Ramadhan kemarin, aku memutuskan untuk mengurangi kegiatan-kegiatan online ku. Eh bentar, aku yang memutuskan atau memang tidak ada kegiatan?

Yang pasti sejak Ramadhan HP ku jadi jarang berdering. Aplikasi hijau jarang memperdengarkan notifikasinya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan beberapa bulan lalu yang seperti tiada henti berdering. Setiap waktu selalu ada pemberitahuan pesan yang masuk Sekarang menjadi sepi.

Awalnya, aku ingin agar keadaan seperti ini dapat kumanfaatkan untuk melakukan hal lain yang lebih bermanfaat. Seperti menulis. Ya, keinginan ku untuk menuliskan sebuah buku sudah begitu bergemuruh di dalam dada. 

Akan tetapi, aku tak tau. Mengapa hal tersebut tak juga membantuku untuk segera dapat menuliskan sebuah buku. Aku selalu takut untuk memulai. Sampai saat ini, buku buku itu hanya menjadi sebuah angan. Entah apa yang aku rasakan, tapi aku takut untuk memulai menulis. Mengapa?

Padahal aku tau bahwa tulisan itu tidak akan pernah jadi dengan sendirinya. Aku harus dapat memaksakan diri, agar dia bisa menjadi.

Ada semacam ketakutan dalam diri untuk bisa segera memulainya. 

Dulu, keengganan itu bermula dari laptop. Sekarang laptop sudah ada, tapi tetap saja aku tak dapat memaksakan diri untuk segera memulainya. 

Aku butuh bantuan. Dan aku tidak tau harus meminta bantuan pada siapa.

Padahal antalogi yang kutulis sudah berjumlah belasan. Beberapa malah tidak pernah kubeli karena tidak memiliki uang untuk memilikinya. Jadi, harusnya aku bisa menulis. Harus bisa.

Posting Komentar

0 Komentar