Ke Borobudur di Januari 2022


Hari ini tanggal 16 Januari 2022. Kami memutuskan untuk pergi ke Borobudur. Hal ini memenuhi keingin-tahuan Fawwaz akan kawasan candi terbesar di seluruh dunia ini. Pukul 10 pagi kami pergi dari tempat menginap kami di kawasana Bandungan, Semarang. Kami memilih melewati jalan alternatif dari Sumowono menuju Temanggung. Perjalanan yang sungguh mengesankan dengan suguhan pemandangan alam yang indah luar biasa. Bagaimana tidak, kami melewati jalan yang membelah perbukitan di sekitar. Menawarkan pemandangan alam yang indah. Melewati lembah, bukit, sawah, hutan-hutan kecil dan pedesaan. Kawasan yang kami lewati sungguh menakjubkan dengan banyak bunga-bunga cantik yang ditanami penduduk di halaman dan pekarangan rumah. Menambah warna-warni hari yang cerah. Jalan yang dilewati memang berkelok, dengan tanjakan dan turunan yang cukup terjal. Tapi jalan nya bagus dan mulus. Jadi cukup dapat dinikmati. 

Hampir tengah hari kami sampai di kawasan candi Borobudur. Setelah istirahat dan makan siang kami memutuskan masuk ke dalam candi. Penjagaan selama pandemi memang cukup ketat kali ini. Maklum, masih dalam masa pandemi. Seperti biasa, kami dimintai sertivikat vaksin, cek suhu tubuh, juga chek in aplikasi peduli lindungi.  Keamanan standar di kawasan wisata di musim pandemi. Tapi kemudian yang mengagetkan adalah di pintu berikutnya, Tas dan bawaan kami pun digeledah. Awalnya saya kira hanya untuk mengecek bawaan yang berbahaya. Tapi ternyata untuk merazia makanan dan minuman yang dibawa. Kami tidak diperkenankan membawanya ke dalam. Bahkan botol minuman pun diambil dan wajib dititipkan, yang boleh diambil kembali saat kami sudah turun ke bawah.

Cukup kaget dengan keputusan tersebut. Mengingat bahwa itu siang hari. Cuaca sangat panas. Dan kami tidak boleh membawa air minum. Baiklah, awalnya saya masih berbaik sangka bahwa akan ada tempat penjualan minuman di atas sana. Dengan menyewa payung, karena panas begitu terik kami melanjutkan perjalanan menuju candi. Di pintu candi, panas makin menyengat. Tapi cafe, atau apapun tempat menjual minuman belum ada. Berisitrahat sebentar di pintu candi sebelum kemudian memanjat ke pelataran candi. 


Ah, tersiksa sekali rasanya. Panas begitu menyiksa. Bagi saya yang mudah haus, hal ini sangat menyiksa. Entah bagaimana untuk anak-anak balita dan orang tua yang sudah sepuh. Terus terang saya pribadi jadi kurang menikmati perjalanan kali ini. Karena masalah air dan panas adalah hal yang sangat erat berhubungan. 







Setelah sedikit mengambil foto si kecil di atas, kami langsung berjalan kembali ke bawah. Lagi pula memang candi masih di tutup. Kami hanya dapat mengambil foto di pelataran saja. Tidak banyak yang bisa dinikmati. Begitu pun di bawah. Banyak wahana dan spot yang di tutup karena pandemi. 


Sampai di terminal bus, sebetulnya ada warung yang menjual air minum. Tapi penuh sesak. Wisatawan berkumpul di sana. Wah, ngeri juga liatnya. Sengaja tidak berhenti di sana, karena khawatir dengan kerumunan yang terjadi. Berjalan beberapa meter sebetulnya ada kran air minum. Akan tetapi ternyata kran itu kosong, tidak keluar airnya. 



Sampai di stand oleh-oleh, disana barulah banyak warung yang menjual air. Tapi sudah malas rasanya. Tidak ada lagi gairah. Sudah hilang semangat untuk menikmati kunjungan kali ini ke borobudur. Ingin rasanya segera keluar dari kawasan ini. Sungguh menyesal. Perjalanan kali ini sungguh menyebalkan. Tidak bisa dinikmati sama sekali. 

Semoga ke depannya pelayanan yang diberikan bisa lebuh manusiawi.

Posting Komentar

0 Komentar