Menulis Menenangkan Jiwa


Siang ini, saya diberi kesempatan untuk mengisi salah satu event dalam rangka graduation Habbit Hebat. Ya, beberapa waktu yang lalu saya mengikuti event Habbit Hebat yang dipandu oleh coach Adi. Dalam event tersebut kita dibimbing untuk membangun sebuah kebiasaan baik. Membangun kebiasaan memang bukan hal yang mudah. Susah, bahkan sangat susah bagi orang seperti saya yang memang pada dasarnya susah untuk melakukan sebuah konsistensi. 

Dan dalam Habbit Hebat sendiri kami dipandu untuk dapat melakukan kebiasaan tersebut. Mulai dari membuat proposal kebiasaan. Kalo di IP, semacam strong why gitu mungkin ya. Sesuatu yang akan menjadi alasan mengapa kita melakukan hal tersebut. Termasuk juga mencatat dengan detil bagaimana kebiasaan tersebut akan dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. 

Sebagai penutup rangkaian event, kami diminta untuk berbagi pengalaman saat membangun kebiasaan tersebut. Saya memilih platform Instagram live. Karena memang merasa ini cukup simple dan mudah dilakukan. Tidak perlu membuat materi secara khusus, dan tidak perlu juga mengundang penonton. Cukup live dan semua dapat berjalan dengan baik. 

Mengambil tema "Menulis Menenangkan Jiwa". Saya mengambil tema ini, karena memang habbit yang saya bagun kemarin adalah tentang menulis. Saya membangun kebiasaan menulis setiap hari. Ini juga berhubungan dengan impian saya untuk menerbitkan sebuah buku solo di tahun ini. Harusnya tidak boleh ditunda lagi. 

Saya adalah seornag yang senang berfikir. Otak saya tidak pernah berhenti berfikir. Ada saja kesibukan mereka  di dalam sana. iya, mereka, para otak itu. entah apa yang mereka ributkan. Tapi sepertinya memang mereka itu tidak kenal istirahat. Selalu bergerak kesana kemari. Saya seorang intellection, learner, juga ideation. Ini membuat si otak selalu senang memikirkan hal-hal yang entah apa. Apalagi kalo si ideation yang lagi muncul. Tambah parah lagi. Menyebalkan memang, akrena dia bisa aja tiba-tiba membuat sebuah ide yang entah dari mana asalnya. Memotong semua yang harusnya berjalan. Tak jarang dia memporak porandakan tatanan kehidupan yang santai dan nyaman. Hah...

Semua hal tersebut sering juga membuat saya lelah, capek, dan letih. Oh iya lo, berfikir itu bukan hanya menguras emosi, juga menguras tenaga. Beneran, kalo gak percaya coba aja deh. Si otak-otak yang gak bisa diem itu, kayaknya ngabisin energi yang harusnya jadi bagian makanan bagian tubuh yang lain. Misalnya aja bagi otot. Nih, ini nih yang paling sering terjadi. Kalo lagi seriuis mikir, lagi banyak dipakai itu kinerja otak, maka yang terjadi adalah badan jadi mudah lelah. Pengen nya rebahan aja. Gak udah bergerak banyak. Bahkan parahnya lagi, kalo emang lagi butuh mikir gitu, si otak dengan enak nya aja nyuruh sama anggota tubuh lain untuk menyediakan makanan dan minuman enak sebagai supplai energi. Dia minta dibuatin kopi, snack, dan cemilan enak lainnya. Parah emang tuh si otak.

Apa hal yang ada di kelala ini seringnya mentok. Karena tidak memiliki cara untuk peng-aplikasian-nya, tak jarang apa yang dipikirkan di kepala jadi hanya sekedar pemikiran semata. Cuman dipikirin di kepala, habis itu ya sudah. Teronggok saja dipojokan gudang pemikiran. Lama-lama dia membusuk, dan mungkin menghilang. Sayang memang, karena bisa jadi sebetulnya hal tersebut adalah hal yang penting dan berguna. tapi, sebelum dia menghilang, dan saat teronggok itu, dia bisa saja malah jadi penghalang lo bagi pemikiran pemikiran lain. Pagujud kalo kata basa sunda nya mah. Pagujud dengan ide-ide lain. Ya kadang jadi baik, tapi tak jarang malah jadi semrawut. Tambah pusing aja jadinya. Mungkin bisa menyebabkan  Overthingking, kali ya. 

Ternyata saat saya memulai habbit menulis, hal ini justru bisa membantu. Dengan menulis, kita bisa memberikan tempat bagi ide-ide atau pemikiran yang tadi. Dari pada dia teronggok tidak jelas di pojokan, dia mendapatkan tempat untuk bisa eksis dalam tulisan. Ya, saat menulis artinya kita memberikan ruang eksistenti bagi pemikiran dan ide yang kita miliki tersebut. Sehingga dia menjadi lega dan plong. Gak nyesakin lagi kepla, apalagi dada. 

Oh iya lo, ternyata kalo memikirkan sesuatu, kemudian pemikiran itu tidak kelaur dengan baik, maka hal tersebut bisa menyumbat juga ke dalam jiwa. jadi sampah-sampah dalam dada. Akan tetapi saat hal-hal tersebut, ide-ide itu kita tulisakan, kita keluarkan dalam bentuk tulisan, maka aliran dada menjadi lebih lancar. Lebih plong, lebih enak. Persis kayak ingus, ya. Kalo udah dikeluarin, ya emang plong rasanya. Jadi, ya begitulah. Buat saya, menulis itu bisa menenangkan jiwa. Karena saya dapat melepaskan sebuah beban dalam pikiran. yang berimbas pada ketenangan hati dan jiwa. 


Posting Komentar

0 Komentar