Belajar Femininitas dari sosok Bunda Khadijah


Saat menikah, Khadijah berusia 40 tahun. Sedangkan Muhammad bin Abdullah berusia 25 tahun. Perbedaan usia yang cukup signifikan. Lima belas tahun. Dimana pihak perempuan lebih tua dibandingkan pihak laki-laki. Hal ini tentunya menjadi sebuah petunjuk dari Allah bahwa yang namanya jodoh itu terkadang tidak melihat usia. Bisa saja wanita yang jauh lebih muda, atau justru sebaliknya. Jodoh itu memang rahasia Tuhan. 

Ada sesuatu yang menarik dari sosok bunda Khadijah. Sebelum menikah belau adalah seorang pengusaha yang sukses. Hartanya banyak dimana-mana. Beliau adalah seorang yang dipandang dan disegani oleh masyarakat. Memiliki nama besar dan disegani. Secara usia pun jauh lebih tua dari sang nabi. Jika itu terjadi di masa sekarang, pernikahan dari seorang wanita yang superior dengan seorang anak muda yang sederhana. Kita bisa bayangkan yang terjadi. Sang wanita cenderung akan menjadi seorang istri yang menyetir suami, bahkan bisa jadi malah tidak menghargainya dengan baik karena harta dan kedudukan nya tadi. 

Tapi hal itu tidak terjadi pada pernikahan bunda Khadijah dan nabi Muhammad. Bagaimana ketika beliau sudah menikah, maka beliau menaruh segala kehormatan pada suaminya. Melayani, menyayangi, dan menghormatinya. Beliau mampu menempatkan dirinya sebagaimana seharusnya. Sebagai seorang wanita yang menjadi follower bagi suaminya. 

Dikisahkan suatu hari datanglah ibu susuan sang Nabi. Halimah binti Dzu'aib. Nabi Muhammad begitu menyayangi beliau seperti menyayangi ibunya sendiri. Dihamparkannya selendang ketika ibu nya masuk ke dalam rumah. Dalam perbincangan tersebut sang ibu menceritakan bahwa paceklik sedang melanda desanya. Kekeringan, dan hewan-hewan banyak yang kurus atau mati. Bunda Khadijah kemudian memberikan 40 ekor kambing dan seekor tunggangan dengan bekal yang mencukupi bagi Halimah, saat ia kembali pulang ke kampungnya. 

Hal ini menunjukkan rasa kasih, dan hormatnya kepada Halimah. Dalam hal lain ini juga menunjukkan penghargaan nya kepada sang suami. 

Membaca kisah kehidupan bunda Khadijah, terselip rasa kagum pada beliau. Seorang wanita yang memiliki segalanya. Dihormati dan disegani dikalangan masyarakat. Tapi kemudian begitu tunduk, patuh, taat dan begitu menyayangi suaminya. Bukankah hal ini luar biasa? Belum lagi kemudian saat saat kenabian dimulai. Khadijah adalah orang pertama yang beriman pada sang nabi. Beliau pula yang kemudian melindungi sang nabi dari kaum Quraisy. Bahkan saat pemboikotan terjadi, beliau menghabiskan seluruh harta yang dimilikinya demi untuk melindungi orang-orang yang beriman. Hingga akhir hayatnya, beliau wafat dalam keadaan papa. Beliau habiskan seluruh jiwa, raga harta dan seluruh sisa hidupnya demi untuk tunduk, taat dan mendukung sang suami. 

Sebuah sikap yang mencerminkan femininitas yang sempurna. Tak heran jika kemudian bahwa malaikat Jibril menyampaikan salam dari Allah SWT bagi sang wanita mulia. Sungguh luar biasa keberadaan nya. 

Beliau adalah seorang wanita yang begitu dicintai oleh Rasulullah. Beliau tidak pernah menikah lagi saat Khadijah masih hidup. Kecintaan Rasulullah pada Khadijah bahkan membuat Aisyah cemburu dibuatnya. Memang luar biasa sosok bunda Khadijah. Seorang pemimpin bagi kaum muslimah. 

Sebagai seorang muslimah, saya sangat mengagumi beliau. Banyak hal yang harus diteladani dari sosok beliau yang luar biasa. Terutama dalam hal taat, tunduk, patuh dan menghormati suami. Sebuah sisi femininitas yang sempurna. 

Posting Komentar

0 Komentar