Buku-Buku Itu


Seharusnya aku lebih sering bermain ke gramedia. Disini lah gudang nya ide ide brilian. Dan masalah hari ini aku dapat bermain kesini sendirian tanpa gangguan pun pasti ada alasan nya. Allah sedang memberi petunjuk padaku. Ya itu pasti.

Aku menemukan hal hal baru dr kunjungan ku tadi ke gramedia. Aku menemukan buku buku yang indah di sana. Buku buku puisi yang menawan dengan kesederhanaan nya. Buku yang seharusnya  isa disebut diary berwarna warni. Penuh gambar. Bahkan dengan tulisan yang tak banyak. Mungkin hanya seribu atau dua ribu kata saja. Tapi penuh makna.
Dan jangan lupakan buku aktivitas yang pernah kutekuni.
Hei, bukankah aku berniat ngin menjadi pe ulis. Bukankah ingin menyampaikan apa yang ada dikepala dalam bentuk buku. Mengapa masih ragu.
Ayolah kawan, kau harus menyisakan sebuah jejak kehidupan. Jangan tinggalkan dunia ini tanpa tanda kau pernah hidup di sana.
Mungkin tak akan viral, mungkin gak jadi most wanted. Tapi setidaknya kau telah menjejakkan makna.
Ya, kau harus lanjutkan keinginanmu untuk terus melaju. 
Bukankah sudah menjadi sebuah angan, sebuah mimpi yang hidup bahkan jauh jauh hari. Sejak dari masa putih abu. Saat itulah tumbuh sebuah mimpi. Mimpi untuk menerbitkan sebuah buku dengan nama ku di belakang nya. Buku yang terbit dari sebuah penerbit besar. Dengan nama ku di sampulnya. Nama ku yang tertulis besar-besar. 
Sesungguhnya mimpi itu tidak penah mati. Selalu ada, dan selalu hadir. Walau sering terabaikan. Walau sering tersingkirkan dengan mimpi yang lain. Dia terlalu malu untuk menampakkan diri. Terlalu muda dan rapuh untuk bersaing.
Entahlah, aku sendiri tak begitu yakin. 
Walau kadang, seperti hari ini, keinginan itu begitu kuat dalam dada. Meronta-ronta ingin segera dideklarasikan. Tapi entahlah. Raga ini tak jua bekerja sama.Selalu saja banyak alasan yang dikeluarkan untuk sekedar berjalan. ah... payah sekali aku ini. Benarkah impianku itu akan terwujud kelak, jika masih saja begini adanya. 
Bagaimana mungkin buku itu tiba-tiba bisa hadir sendiri tanpa adanya kerja keras. 
Menulis itu kerja dalam diam. Mungkin itu yang membuatku tidak tahan. Aku tak dapat menahan untuk tidak diketahui orang. aih, mengenaskan sekali. 

Posting Komentar

0 Komentar