Ditengah Hujan

Ditengah Hujan

Hujan masih mengguyur dengan derasnya. Rambut basahnya terus meneteskan sisa-sisa bulir hujan. Kemeja flanel dan celana lapangan yang dikenakannya pun tak ada lagi yang kering. Lia berusaha terus merapatkan tubuhnya. Meringkuk menekankan lutut ke dagunya. Giginya gemeretak menahan dingin yang menusuk tulang-tulangnya.

Sementara hujan seperti ditumpahkan begitu saja dari langit. Belum ada tanda-tanda akan berhenti. Dan kabut pun makin tebal saja, menambah magis suasana. Hanya suara hujan yang jatuh ke tanah dan dedaunan. Tak ada suara lain di sekitar. Rupanya bahkan binatang-binatang pun lebih merasa aman dan nyaman berlindung dalam sarangnya. 

Sepi, sunyi dalam kesendirian. Ditambah lagi perut yang kelaparan. Lia merasa betul-betul tak berdaya. Sendirian di tengah hutan, dalam keadaan lapar dan hujan lebat,  tentu saja bukan keadaan menyenangkan. 

Lia mengutuk dirinya sendiri. Mengapa dia tadi tidak dapat sedikit lebih bersabar. Menahan sedikit keinginan buang air kecilnya hingga Rita selesai dengan makan malam nya dan dapat menemaninya ke sungai. 

Sungguh kejadiannya begitu cepat. Banjir  bandang tiba-tiba saja menerjang sungai saat Lia masih berada di tengah bebatuan. Disusul dengan hujan lebat yang turun tiba tiba. Tanpa ampun tubuh Lia terhempas dan terbawa arus. Beberapa kali tubuhnya terbawa ke dalam arus bagian dalam. Namun kemudian bisa muncul lagi ke permukaan. Sekuat tenaga Lia mencari apapun sebagai pegangan. Beruntung  akhirnya dia menemukan sebuah akar pohon kemudian digunakannya untuk menepi. Susah payah dia menyeret tubuh nya ke tepi sungai. Lelah menyergap nya, kemudian gelap. Lia mengantuk. Sungguh mengantuk. 

Waktu terus berlalu. Hingga kemudian Lia terbangun dan menu makan dirinya tergeletak entah dimana. Lia perlu memulihkan kembali tenaga nya. Perlu fikiran yang tenang menghadapi permasalahan ini. Di tengah hujan yang belum juga reda, Lia mencoba merayap mencari jalan untuk kembali ke perkemahan kawan-kawannya. Awalnya dia merasa hafal dengan jalan yang dilaluinya. Dia merasa betul-betul yakin dengan jalan setapak itu. Tapi makin lama jalan itu menjadi semakin kecil dan menghilang di tengah hutan. 
Sedangkan hujan makin deras tak tertahankan, diiringi kabut yang semakin tebal. Hutan semakin kelam, dingin, dan hitam. 

Lia hanya bisa pasrah dengan keadaan yang menerpanya. Dirapalkannya doa-doa memohon perlindungan Ilahi Robbi. Semoga hujan segera berhenti, agar dia dapat segera kembali mencari jalan menuju teman-teman. 

Posting Komentar

0 Komentar