Quran Journalling Q.S Al qiyamah ayat 20-21

20. Tidak ! Bahkan kamu mencintai kehidupan dunia

21. Dan mengabaikan (kehidupan) akhirat


Tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia

 Dalam ayat ini, Allah mencela kehidupan orang musyrik yang sangat mencintai dunia.

Allah menyerukan,

"Sekali-kali jangan.

Sesungguhnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat."

Dengan ayat ini terdapat suatu kesimpulan umum bahwa mencintai kehidupan adalah salah satu watak manusia seluruhnya.

Memang ada sebagian yang mengharapkan kebahagiaan akhirat, namun yang mencintai hidup dunia serta mendustai adanya hari kebangkitan jauh lebih besar jumlahnya.

Ayat ini kembali menceritakan tentang orang-orang yang mengabaikan petunjuk Al-Quran.


Refleksi

Ayat-ayat di atas menunjukan bagaimana sebetulnya sifat manusia. Begitulah manusia. Selalu tergesa-gesa dan ingin segera. Manusia menyukai sesuatu yang dapat dirasakan lebih awal, lebih cepat dan tergesa-gesa. Bukankah seperti itu sifat dunia. Apa yang dilakukan akan mendapatkan balasan lebih cepat. Balasan di dunia memang lebih cepat dibandingkan di akhirat. 

Itulah mengapa kemudian kita menjadi cenderung lebih mengharapkan balasan di dunia dari pada di akhirat. Harta yang banyak, anak yang banyak, kedudukan, penghormatan, dan lain sebagainya. 

Bukankah kita menjadi lebih perduli akan omongan orang lain, pengakuan sosial dan lain sebagainya. Sehingga mengabaikan balasan di akhirat. Malu melakukan kebaikan karena malu akan omongan orang. Malu meninggalkan maksiat karena menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat. Tidak berani menegur dan mengingatkan sesama muslim akan kebaikan, karena malu dan tidak berani atas gunjingan luar. Ya, itulah kita, manusia. 

Ah, bukankah aku pun demikan adanya?

Lebih banyak mementingkan dunia dari pada akhirat. Lebih peduli akan gunjingan, omongan dan pembicaraan orang lain dari pada penilaian Allah SWT. Lebih tertarik akan upah duniawi dari pada catatan amal pahala. Lebih silau pada jabatan dan harta dibandingkan bekal untuk pulang ke kampung akhirat. 

Hingga kemudian tak jarang melupakan hakikat kehidupan itu sendiri. Bukankah kita hidup ahnya sekedar mengumpulkan bekal untuk pulang? 

Menjadi lupa akan adanya ketulusan. cinta, dan juga keikhlasan. Lupa bahwa balasan di akhirat lah yang utama. Kekal untuk selama lamanya. 

Posting Komentar

0 Komentar