Ibu Pembelajar ( sebuah cerpen) bagian 5

Beragamnya ilmu-ilmu pengasuhan yang bertebaran tidak lantas seketika membuatku berubah menjadi orang tua yang baik bagi anakku. Beragam perbedaan pendapat dan beragamanya penagmbilan sudut pandang, serta perbedaan dasar hukum yang diambil dalam pengasuhan justru sering menimbulkan perdebatan terbuka. Hal tersebut malah membuatku semakin kebingungan mengambil keputusan. Hingga akhirnya aku tak melakukan apa apa. Diam di tempat. 

Tak ada kemajuan dalam hal pengasuhan yang ku lakukan di rumah. Kecuali hanya sebatas pengetahuan sedikit saja. Tanpa dapat tahu bagaimana cara mempraktekannya di rumah. Karena sesungguhnya mempraktekan sebuah teori itu lebih sulit dari pada sekedar berteori semata. 

Hingga kemudian aku dipertemukan dengan sebuah komunitas parenting.  Komunitas ini yang menurutku paling pas, paling sesuai dengan gaya keluarga kami. Dasar hukum yang diambil sangat jelas dan begitu meyakinkan. Di sanalah aku mulai menemukan apa yang selama ini kucari. Menemukan teman teman yang hebat, yang senantiasa memberi motivasi serta dorongan dalam mendidik anak. 

Tak berhenti hanya di situ, kemudian aku dipertemukan juga dengan sebuah komunitas lain yang tak kalah keren. Sebuah komunitas khusus ibu dan calon ibu untuk belajar menjadi ibu rumah tangga. Ya, selama ini tak pernah ada memang mata kuliah menjadi ibu rumah tangga. Bagaimana menjalankan roda rumah tangga tak pernah ada kelasnya. Komunitas ini dijalankan dengan penuh profesionalitas dan kesungguhan. Dari sini pula aku menemukan sesuatu yang baru. Menemukan jati diriku, menemukan passion, misi hidup, serta dapat menebarkan kebermanfaatan bagi orang lain.

Dari sanalah aku mempelajari banyak hal baru. Menemukan banyak teman-teman baru, berguru pada orang-orang hebat. Menemukan begitu banyak hal-hal menarik dalam kehidupan. Dan disini pulalah akhirnya aku mempelajari segala hal tentang kesungguhan dalam menjalankan peran sebagai istri dan ibu bagi anak-anakku. 

Suamiku pun kini sedikit banyak telah berubah. Bagaimana dia kini telah berubah lebih sabar pada anak anak. Mau ikut terlibat dalam mendidik mereka. Dan terlebih dia selalu mendukung saat-saat aku menimba ilmu. Dia berkata bahwa dia bahagia melihat banyak perubahan yang ku lakukan dalam hal mendidik anak-anak dan juga dalam hal management rumah tangga. Katanya, kini aku lebih terlihat bergairah dan penuh dengan kegembiraan. 

Ah ya, menjadi ibu itu perlu sekolah. Perlu belajar. Dan perlu banyak-banyak berdiskusi dengan ibu-ibu lain. Selain ilmu, ibu juga perlu banyak motivasi dan masukan dari ibu lain. Sehingga menjadi lebih percaya diri. Lebih berani dan paham apa yang paling tepat bagi keluarganya. Karena pada dasarnya setiap keluarga tentu berbeda. Memiliki design nya masing masing. Dengan diskusi dan belajar akan membuat ibu semakin terbuka wawasannya.

Ibu pembelajar. Aku bahagia menyandang satatus itu. Menjadi ibu yang mau terus belajar menggali ilmu demi kepentingan keluarganya. Demi dapat menjalankan roda rumah tangga dengan profesional. Demi dapat mendidik anak-anaknya dengan penuh kesungguhan. Demi mempersiapkan sebuah generasi peradaban di masa depan. Ya, bagaimana pun cara yang paling efektif dalam mempersiapkan sebuah generasi adalah dengan mendidik ibu. Karena ibu lah tonggak terdepan dalam pendidikan anak-anak. Anak yang kelak bakal tumbuh dan menjadi penerus sebuah bangsa. 

Kembali ke ruang tengah. Diskusi mereka bertiga makin seru. Ayahnya sedang menceritakan dongeng Abunawas favorit keluarga. Kami selalu menyukai dongeng-dongeng itu. Suamiku pandai menambahi dan membumbui setiap cerita. Hingga cerita yang didongengkannya selalu berubah tiap waktu. Selalu ada kejutan yang diselipkan di ceritanya. Aku jadi tertarik untuk ikut mendengarkan dari dekat. Ku simpan semua data di file khusus. Kumatikan laptop, dan berlari untuk bergabung bersama ketiga jagoan ku.

Posting Komentar

0 Komentar