Belajar membaca Al-Qur'an

Sampai beberapa bulan yang lau, saya belum lah bisa membaca Al-Qur'an. Padahal sebagai seorang muslimah, membaca Al-Qur'an adalah sebuah keharusan. Yang saya bisa hanya menyambung nyambungkan huruf Arab saja.(Sambil terkadang masih sering tertukar juga). Belum mengerti panjang pendek, belum tau ilmu tajwid, dan tentu saja saya sama sekali belum mendapatkan kenikmatan dalam membaca Al-Qur'an itu sendiri.

Hingga anak saya yang besar, Ghazy masuk SDIT Harapan Bunda Purwokerto. Di sekolah, dia diajarkan menghafal Al-Qur'an. Dan salah satu cara menghafalnya adalah dengan mendengarkan murrotal Mishaari Raashid al-Aafaasee. Dan luar biasa, ternyata suaranya merdu sekali. Sungguh sangat enak didengar. Itulah kali pertama saya jatuh cinta pada Al-Qur'an. Tapi baru sebatas mendengarkan saja. Karena tetap, saya belum bisa membaca Al-Qur'an. Dan saya tetap merasa kesulitan, dan malas kalau disuruh membacanya.

Di sekolah tersebut, saya ikut bergabung dengan majelis taklim ibu-ibu orang tua murid. Guru mengaji nya mba Anti. Suatu saat beliau pernah mengajukan tantangan pada ibu-ibu untuk membaca Qur'an seorang demi seorang. Tapi tentu saja kami menolak. Berhubung itu tadi, belum bisa baca Qur'an.

Semenjak mengikuti pengajian, bergabung bersama ibu-ibu yang sholehah, keinginan untuk pandai membaca Al-Qur'an itu semakin menggebu. Beberapa kali saya coba untuk mengikuti pelatihan membaca Iqra' di beberpa tempat. Saya juga berusaha membeli buku-buku ilmu tajwid. tapi semua belum berhasil.

Hingga akhirnya, ibu-ibu majelis taklim mendatangkan seorang ibu yang juga masih orang tua murid di sekolah kami, yang bisa rutin mengajari kami ilmu Qiraaty. Namanya bu Atik Luthfiah. Orangnya cukup sabar dalam mengajari kami ibu-ibu, yang notabene sudah agak susah untuk diajari, hehe... Qiraaty adalah salah satu teknik membaca qur'an juga. Dan teknik ini juga dipelajari oleh anak-anak kami di sekolah. Maksudnya kami memilih belajar teknik yang sama adalah agar kami bisa mengajarkan anak-anak di rumah. Maksudnya kalo tekniknya sama, kan nyambung gitu ngajarin nya hehe...

Akhir tahun 2013 lalu kami mulai belajar Qiraaty. Kami belajar muali dari awal lagi. Mulai dari pengenalan huruf. Tentu saja ini menguntungkan buat saya yang memang masih belum mampu membaca Al-qur'an. Dalam Qiraaty kita tidak boleh salah dalam pelafalan huruf. Mana huruf yang keluar dari tenggorokan, dari mulut, dsb. Dalam teknik ini juga kita dituntut untuk membaca secara cepat dan tepat.

Kami belajar qiraaty sekali dalam seminggu. Jilid satu, kita belajar huruf, dan cara pelafalan nya yang tepat. Jilid dua, kita belajar membedakan bacaan panjang dan pendek.Di jilid tiga, kita mulai dikenalkan dengan berbgai macam ilmu tajwid. Ini dia yang selalu menjadi masalah buat saya. Selama ini saya merasa sangat kesulitan dalam memahami ilmu tajwid ini. Alhamdulillah, atas kesabaran bu Atik saya berhasil melewati jilid yang ini. Tapi memang dalam qiraaty tidak terlalu banyak teori. Lebih banyak praktek, sehingga memudahkan untuk memahaminya. Karena sebetulnya, semua hal ketika kita mulai menjalaninya, ternyata tidaklah sesulit yang kita bayangkan.

Sekarang saya sedang mempelajari jilid empat. Di jilid ini, setau saya kita akan belajar banyak tentang qalqalah. Yah, setidaknya baru itu saja yang saya pelajari. hehe...


Terlapas dari itu semua, ada sebuah transformasi yang saya rasakan dari sebelum belajar, dan setelah saya belajar membaca Al-Qur'an.
Dulu, apalagi saat jaman sekolah, saya paling takut pelajaran Agama. Takut disuruh baca Qur'an, gak bisa, malu dong... (padahal dulu saya aktif di Rohis)
Sekali saya baca qur'an, gak kuat banyak-banyak. yang paling banyak selembar lah.
Kalaupun saya ingin membaca surat Yaasiin, Al-Kahfi, atau surat al-Waqiah yang agak panjang, maka saya akan membaca tulisan latin nya saja. bukan tulisan arab nya.(makanya dulu,saya punya Qur'an yang ada tulisan latinnya)

Tapi sekarang Alhamdulillah semua sudah berbeda. Sekarang, walau pun bacaan saya masih tersendat, masih belum sempurna, masih banyak yang salah, tapi saya sekarang sudah mendapatkan kenikmatan dalam membaca Qur'an. Semuanya saya dapatkan setelah saya lulus qiraaty jilid tiga. Setelah saya benyak memahami tentang tajwid. Ditambah lagi sekarang saya mengikuti ODOJ (One Day One Juz). Sekarang membaca Qur'an itu seperti sebuah kebutuhan buat saya. Saya menikmati tiap huruf yang saya lafalkan. Saya menikmati keindahan nya. Saya menikmati semuanya. Padahal saya belum memahami isinya, saya belum bisa membacanya secara indah. Tapi saya menemukan keindahan di sana. Pokoknya, ah...
Tidak bisa digambarkan sebetulnya, karena itu hanya terasa di dalam hati.
Belum benar-benar pandai pun sudah indah seperti ini. Belum paham artinya pun, bisa  senikmat ini. Bahkan bisa dirasakan oleh saya yang masih jauh dari penerapan agama. Subhanallah....

Semoga saja Allah selalu menambahkan kenikmatan ini dengan menambahkan ilmu yang saya miliki. Semoga semuanya selalu bertambah hingga akhir hayat. Semoga saya bisa menularkannya juga pada anak-anak saya, pada orang-orang lain juga. Semoga kita bisa selalu hidup bersama Al-Qur'an.Aamiin...



Posting Komentar

0 Komentar