Surat cinta

Di sudut sebuah taman, seorang pemuda berdiri dengan gelisah. Di tangan nya tergenggam sepucuk surat beramplop biru muda. Surat itu adalah curahan isi hatinya pada gadis pujaan hatinya. Tetangga yang baru saja pindah ke sebelah rumahnya. Kini, ia sedang menunggu sang gadis.

Setidaknya, dalam beberapa hari ini dia sudah mengetahui kebiasaan sang gadis yang selalu datang ke taman di sore hari untuk membaca novel. Biasanya si gadis duduk di bangku kayu depan kolam ikan tak jauh dari tempat sang pemuda menanti.

Waktu seakan melambat. Sang pemuda marasa tambah tak karuan. Perutnya mulai terasa melilit, mual, ingin muntah. Rasanya lebih kacau, lebih berantakan dari pada saat dia melaksanakan ujian akhir kemarin.

Dia hanya mondar mandir saja, kemudian tangannya terasa makin basah oleh keringat. Dia memutuskan untuk memasukan surat beramplop biru ke saku celana nya agar tidak basah oleh keringat yang makin deras keluar dari tangannya.


Akhirnya, saat yang ditunggu pun tiba. Sang gadis datang dan duduk di bangku favoritnya. Mengeluarkan novel, dan mulai membacanya.
Saat sang gadis mulai masuk ke alam novelnya, tiba-tiba saja seorang pemuda datang dengan terburu-buru meletakkan sesuatu di tangannya. "buatmu" katanya sambil berlari menghilang.

Keesokan harinya, seseorang mengetuk pintu di rumah sang pemuda. Betapa sumringahnya dia saat mengetahui sang gadis lah yang datang. 1001 perasaan seakan meledak dari hatinya...

"Mas, maaf saya datang kesini. Tapi sungguh, saya tidak mengerti apa maksud mas memberikan uang ini pada saya kemarin?" Kata si gadis seraya mengangsurkan uang yang kemarin diberikan oleh sang pemuda.

Rupanya, karena terlalu grogi, sang pemuda menjadi tidak fokus. Bukannya memberikan amplop biru muda curahan hatinya, sang pemuda malah memberikan uang lembaran seribuan yang sudah lecek di pangkuan sang gadis....

Sesungguhnya, fikiran yang tidak fokus bisa menyebabkan kesalahan yang fatal.

Mau ngasihin amplop, malah ngasihin uang




Posting Komentar

0 Komentar