I'm Developer

I am Developer...
Benarkah?
Hal ini yang pertama kali terlintas dalam pikiran saat mendapatkan hasil TMA. Weird. It's not me... Itu hal yang perrtama terlintas. Mengapa ?
Karena ternyata sayalah yang belum mengenal diri saya sendiri. Disamping saya yang belum memahami juga arti tema bakat developer sendiri.
Hal yang terlintas dibenak saya saat itu adalah bahwa developer itu tenaga pengajar. Bayangan saya ya seperti profesi guru.ya itu yang saya pahami. Ya, memang saat itu pun saya menyadari bahwa saya memang sudah suka menggurui. Tapi tidak sampai no satu juga sih....
Seiring waktu, sejalan dengan perkembangan. Hari demi hari ketika lebih jauh dan lebih dalam berusaha memahami makna hidup, berusaha menggali lagi apa arti dan jalan hidup sesungguhnya yang harus ditempuh, akhirnya sya menyadari sepenuhnya. Ya, memang developer adalah tema bakat saya yang no satu. dengan penuh keyakinan kini dengan bangga saya katakan, yes, I'm Developer.



Lalu developer seperti apa yang paling cocok dengan saya?
Saya menyadari bahwa seorang developer ketika saya merasa sangat bahagia dan plong saat  berbagi dengan orang lain. Event itu hanya di dunia maya. Tapi setelah berbagi, saya merasa makin berharga. Saya merasa bermanfaat, dan dapat meaning disana. Dari situlah saya merasa, ya ini dia. Ternyata inilah yang selama ini membuat saya selalu bersemangat, tidak kenal lelah, dan merasa berarti dalam hidup. Saat dapat membantu orang lain, memajukan, memberi motivasi, dan membuat seseorang berhasil.
Walaupun memang saya memiliki gaya, atau cara yang menjadi favorit dalam berbagi ilmu. Maksudnya begini. Saya sih selama ini tidak pernah pilih pilih situasi, suasana, kesempatan, ataupun audiens. Tetapi memang ada beberapa situasi yang menjadi favorit.
Sebelum masuk kesana, ada hal penting dan perlu digaris bawahi ketika saya membagikan ilmu yang saya miliki, dan saya merasa nyaman. Hal pertama dan yang paling penting adalah bahwa saya betul betul memahami apa yang saya bawakan. Minimal saya tau bahwa audiens tidak lebih memahami hal ilmu yang saya bawakan. Sehingga saya merasa lebih nyaman saat membawakannya, serta terhindar dari grogi serta takut salah berkata kata.
Kemudian ada beberapa hal yang membuat saya nyaman juga dalam berbagi ilmu. selama ini saya memang baru sebatas berbagi lewat media sosial WA. Berbagi ilmu dari kullwap ke kullwap. Bersyukur saya diberi kesempatan masuk pengurus komunitas HEbAT di ring 2. Sebuah kesempatan emas ketika saya diberi tugas untuk keliling Indonesia dari kota ke kota membawakan kullwap tentang bakat anak. Bahagia selalu penuh menyelimuti hati sesaat setelah berbagi. Kesempatan emas buat saya memperdalam lagi ilmu yang saya miliki lewat diskusi diskusi yang terjadi. Kini bahkan saya diberi lagi amanah sebagai fasilitator di grup matrikulasi IIP. Minimal sepekan sekali diberi kesempatan untuk berbagi ilmu dalam diskusi. Tambah lagi ilmu dengan berbagi. Setidaknya dalam kesempatan ini saya dituntut untuk dapat lebih bijaksana dalam memutuskan sebuah masalah. Berusaha memakai helicoper view dalam kasus kasus yang disodorkan.
After all, sya sangat menikmati peran berbagi ilmu via media sosial terutama WA.
Berbagi secara offline juga telah saya lakukan berkali kali. Beberapa diantaranya adalah mengisi kajian kajian parenting di sekolah. lalu suasana sperti apa yang saya butuhkan saat harus berbagi secara offline?

Pertama, saya lebih menyukai berbagi dihadapan orang dewasa dibandingkan anak anak. Bagaimana pun, empaty saya yang berada di bagian bawah urutan bakat sering membuat saya salah tingkah dan kurang nyaman di hadapan anak anak. Apalgi dalam jumlah yang banyak.
Selanjutnya, saya lebih menyukai kondisi yang strategis. Seperti suara yang jernih dan dapat ditangkap semua audiens, (sya sering merasa terganggu dengan keadaan yang berisik). Kondisi audiens yang siap, fokus, dan antusias.
Tetapi pun diskusi yang mengalir. saya sangat menyukai kondisi diskusi yang mengalir penuh tanya jawab, dan antusiasme. saya sering salah tingkah jika harus berperan monolog.

Maha sempurna Allah dengan segala ciptaan Nya.
Semua diciptaan sesuai dengan kegunaan, fungsi, maksud dan tujuannya. Ketika saya suka berbagi, senang membagi ilmu yang dimiliki, memajukan dan memberi motivasi pada orang lain lewat ilmu ilmu yang dimiliki. Di saat yang bersamaan Allah menciptakan saya lengkap dengan keinginan belajar yang menggebu tinggi, semangat belajar, mencari ilmu, dan mengumpulkan berbagai informasi. Lengkap sudah. Senang berbagi, dan siap menimba serta memperdalam kembali ilmu yang dimiliki. Masya Allah.
ya, sedari kecil pun saya menyadari bahwa saya memang seorang pembelajar. Buku buku menjadi teman hidup yang setia. Ketika orang lain menangis karena pacar, maka saya menangis karena kehilangan buku. Bahkan sedari muda saya sudah sangat tergila gila dengan buku. Ilmu pengetahuan dan pelajaran. Awlanya hal seperti ini membuat saya sering terkena tsunami informasi. Tapi, setelah belajar memilih kini sya merasa semakin dewasa saat memilih informasi yang saya butuhkan.

  • Buku adalah media utama tempat saya menggali ilmu. dibandingkan dengan informasi informasi di dunia digital, saya lebih menyukai buku secara fisik. Lebih nyaman membaca, lebih real. Itu saja. Dan saya adalah seorang kutu buku. satu satunya harta berharga yang selalu saya miliki adalah buku. 
  • Kemudian cara belajar selanjutnya adlah melalui artikel artikel yang tersebar di dunia maya. Walau bukan pilihan utama, tapi artikel di media sosial lebih mudah diakses untuk saat ini. Intinya tetap saja, membaca.
  • Sebagai seorang significance akut, maka hal selanjutnya yang menjadi favorit dalam menuntut ilmu adalah mencari langsung ke sumber ilmunya. Untuk beberapa ilmu yang memang bisa dicari sumber ilmunya, maka itu adalah cara terbaik. Seperti ilmu Talents Mapping yang sedang saya geluti saat ini. Saya sengaja mencari langsung ilmunya pada Abah Rama dan kang Firman. Memang tiada sesuatu yang terjadi sia sia tanpa alasan, termasuk saat pertemuan saya dengan kang Firman. Masternya langsung. Mencari ilmu di sumbernya, artinya saya mendapatkan kemurnian dan kesucian ilmu tersebut langsung dari sumber awal. Tanpa berniat mengecilkan santri santri yang lain. Tapi saat kita belajar dari orang kesekian dan kesekian, maka persepi pribadi tentu telah bercampur aduk dalam ilmu tersebut.
  • Belajar sambil bekerja. Maksudnya salah satu hal yang sering saya gunakan dalam belajar adalah mempraktekan ilmu tersebut dan membaginya dengan orang lain. Walau baru sedikit ilmu yang dimiliki, tidak segan saya membaginya. Karena justru saat praktek tersebutlah saya sering menemukan kasus kasus yang membuat saya harus memperdalam kembalin ilmu yang dimiliki. Buat saya, ilmu itu perlu dibagikan dan dipraktekan. Jika menghadapi masalah, disitulah saat belajar dan memerdalam ilmu. Merubah hambatan menjadi tantangan. Lebih banyak tantangan, artinya makin naik tingkat pemahaman.
  • Belajar secara autodidak. Selama ini banyak ilmu yang saya pelajari secara autodidak dan lumayan berhasil. Sperti ilmu merajut yang telah banyak menghasilkan rupiah pun, saya pelajari sendiri hanya lewat buku saja. Sebagai seorang intellection, belajar sendiri adlah sebuah hiburan. saat berhasil menguasainya, maka itu adlah kemenangan. sayangnya banyak hal yang akhirnya menjadi kurang menarik saat kita telah mengausainya. Hal seprti ini yang membuat mudah bosan terhadap sebauah ilmu. Lain hal nya dengan TM. Karena ternyata sangat luas dan dlam. 










Posting Komentar

0 Komentar