Menghadapi Perubahan

Hari ini sebetulnya saya ada jadwal menghadiri seminar parenting dengan NLP yang digealr oleh seorang teman. Tapi kegiatan malam tadi menonton pagelaran kentongan berlangsung sampai hampir tengah malam. Hal tersebut membuat saya dan anak anak agak kecapekan saat bangun tidur di pagi hari. Hingga akhirnya saya pun memutuskan untuk membatalkan rencana menghadiri acara tersebut.
Saya sebetulnya sudah mensosialisasikan rencana ini pada Fawwaz sejak kemarin. Fawwaz terlihat sudah siap dan malah dia yang membangunkan saya pagi tadi dan mengingatkan rencana kami.
Hingga kemudian saya menjelaskan pada Fawwaz bahwa rencana kami berubah. Kita tidak jadi berangkat kemana mana hari ini.
Reaksi Fawwaz adalah, dia terlihat biasa saja. Lempeng, gak terlalu terganggu. Walau kemudian beberapa menit kemudian dia menghampiri saya yang masih asyik di tempat tidur dan bertanya lagi. Kembali saya tegaskan bahwa kita tidak jadi berangkat kemana mana hari ini. Penjelasan yang kedua rupanya lebih dipahaminya. Kali ini dia kemudian bertanya apa yang akan kami lakukan hari ini. Hingga akhirnya kami pun sama sama membuat rancangan project bersama. Project bermain bersama, bertiga. Kaka mengajak bermain TGL di laptop bertiga. Setelah sebelumnya kami akan membereskan dahulu mainan lego yang berserakan jauh dari tempat penyimpanananya. Karena kebetulan hari ini kaka masih di rumah, belum kembali ke asrama. Juga papa yang belum sampai ke rumah.
Dan, seharian tadi sampai waktu tidurnya Fawwaz tidak menenayakan lagi atau megungkit kembali rencana kami yang gagal tadi pagi.
Sebetulnya saya bukanlah ornag yang senang membatalkan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tapi akhir akhir ini ada beberapa hal yang membuat saya harus membatalkan rencana. Seperti rencana mudik yang gagal beberapa waktu yang lalu.
Ada beberapa hal yang saya dapat amati mengenai perliaku Fawwaz saat menghadapi perubahan. Atau ranah kecerdasan yg hubungnnya dengan change factor atau perubahan. Pertama di awal, Fawwaz tidak terlalu terganggu. Dia slow dan kalem. Hingga kemudian beberapa saat ketika dia sudah betul betul memahami ada yang tidak beres, dia kemudian memastikan kembali. Setelah pasti bahwa perubahan itu memang terjadi, dia santai saja. Dia bisa menerima, tidak terlalu mempermasalahkan dan semua berjalan apa adanya. life must go on.
Itu juga yang terjadi padanya dalam perjalanan perjalanan kami. Ketika kami berkunjung ke berbagai kota yang mengharuskan kami menginap di penginapan penginapan kecil,atau saat kami mudik dan tinggal di rumah mama.
Fawwaz dengan cepat dapat menyesuaikan diri. Dia bisa memahami bahwa ketika tiba di tempat baru maka apa yang menjadi kebiasaannya di rumah tidak lagi berlaku. Seperti stasiun tv kesaynagnnya, mainan mainannya, bajunya, atau kebiasaan makan dan sebagainya.
Menurut saya, Fawwaz memiliki kecerdasan yang cukup baik dalm hal melewati perubahan. Syaratnya adalah bahwa perubahan itu harus dipersiapkan sebelumnya. Perlu sosialisasi dari kami sebagai orang tua. Sehingga dia tidak shock. tapi ketika dia sudah tau dan paham, maka dia akan dengan cepat menerima perubahan itu.

Posting Komentar

0 Komentar