Harta Karun di Tempat Tersembunyi

Saat ini kami sekeluarga (minus kaka) sedang berada di Jogjakarta. Kegiatan biasa, menemani papa bekerja. Selama disini, aktifitas saya dan Fawwaz tidak jauh jauh dari taman pintar dan malioboro. Itu tempat favorit kami. Sekedar bermain dan berjalan jalan.
Tantangan kali ini adalah membuat aktifitas yang tidak seeperti biasanya, yang efektif dan efisien, yang menarik, dan meningkatkan bonding keluarga.
Dan papa punya kejutan menarik untuk itu.
Awalnya dia  mengajak kami berlibur ke parangtritis. Tentu saja kami menyambut dengan gembira. Apalagi Fawwaz. Sejatinya hotel tempat kami menginap tidkalah jauh dari jalan Parang tritis. Perjalanan kesana tidak sampai 1 jam perjalanan lurus ke selatan.
Tapi kali ini papa mengajak kami melewati jalan yang lain. Dan menjanjikan sesuatu yang menarik selama perjalanan.
Pagi, sebuah kejutan sudah kami terima. Kami makan pagi di restoran mongondow. Sebuah restoran yang menyajikan makanan khas dari daerah asal papa di sulawesi utara. Sebuah pengalaman menarik. Menikmati makanan dengan citarasa yang lain dari biasa. Orang2 dengan logat bicara yang berbeda, dengan kebiasaan dan adat yang berbeda juga. Pemilik resto memang baru beberapa bulan pindah ke Jogja. Jadi masih memegang kental budaya asal. Belum terpengaruh budaya Jogja. Tidka seperti teman2 papa yg sudah lama tinggal dsni. Ini masih begitu kental mongondownya. Kaget sebwtulnya, tapi sangat menarik.
Selepas makan, kami melanjutkan perjalanan ke pantai. Tapi sungguh mengagetkan saat papa melanjutkan laju motor ke arah prambanan. Bukannya malah tambah menjauh dari parang tritis?
Papa tetap menghibur dna menjanjikan pengalaman indah di perjalanan.
Memang ini jalan yang sudha sangat lama sekali tidak pernah saya lalui. Lebih dr 10 tahun yang lalu. Banyak yang berubah, dan malah banyak yang sudha terlupa.
Kami melewati candi ratu boko dan beebrapa yang lain. Papa menawarkan untuk mampir, tp sy tolak karena masih jauh dr tempat tujuan, dan hari telah beranjak siang.
Tidak lama kami sampai di bukit pathuk. Dsni adalah tempat yang menawarkan pemandangan indah. Kota Jogjakarta terhampar luas di bawah. Sangat indah. Akan lebih menarik jika malam hari kami. Kelap kelip lampu Jogjakarta akan terlihat seperti lautan bintang. Tapi pemandangan siang ini pun tetap tidka kalah menarik. Kami mampir sebentar membeli air mineral sekalian melepas lelah menikmati pemandangan menarik disana.
Setelah merasa cukup, kami melanjutkan kembali perjalanan. Yang ternyata, kejutan2 itu belum berakhir. Kami melewati jalur yang tidka biasa. Kami lewat jalan Dlingo menuju Imogiri. Dulu ini adalah jalan kecil yang sepi. Melewati hutan2 dan desa2 terpencil. Awalnya memang seprti itu saja yang ada di perkiraan saya.
Ternyata...
Ada surga yang tersembunyi di jalan ini. Saat ini terdapat beberapa tempat wisata disana. Tempat wisata alam yang menarik. Berupa hutan pinus atau hutan kayu putih dan jati yang telah diubah sedemikian rupa. Hingga berubah jadi tempat wisata yang menarik. Ada tempat foto2 selfie yang pasti akan sangat menarik bagi anak muda. Gardu pandnag ke kota jogja, tempat makan, dan tempat istirahat yang menarik.
Ada juga yang menawarkan kebun buah petik sendiri, atau kebun bunga warna warni.
Ada sekitar 11 tempat serupa disana. Ya 11 tempat. Bukan main main. Kami hanya mmapir ke satu tempat saja. Tempat terakhir yang tidak terlalu besar bahkan tersembunyi di dalam perkampungan. Tapi tempat yang ramah dan menarik. Lebih menarik lagi saat mendengar cerita tentang penanganan tempat tsb. Seorang ibu dengan bayi berusia kurnag dari setahun menjaga warung makan dipinggir tempat wisata. Dia bercerita ttg tempat itu. Yang tidak sama dengan temapt wisata yang lain. Tempat wisata yang kami tuju tsb dikelola hanya oleh RT setempat. Tidak sama dengan tempat wisata lain yang kebanyakan dikelola pemuda setemapat bekerja sama dengan KPPH.
Tempat yng satu ini memang unik. Di awal pintu masuk, kami disambut 2 ornag kakek dengan biaya masuk hanya 3rb rupiah satu motor. Murha meriah.
Disana menyajikan pemandangan ke bawah bukit yang menarik. Ada gardu pandnag, bilik, helikopter yg terbuat dari kayu. Tempatnya yang berbukit jadi tantangan bagi kami utk menaklukannya.

Satu hal yang menjadi pelajaran bagi kami semua.
Dulu, jalan Dlingo tidka terlalu menarik. Hanya jalan sepi, kecil dan bahkan tidka semulus sekarang. Yang menghubungkan daerah Pathuk sampai imogiri. Hanya itu. Dan biasa saja. Walau ada pemandangan indah disepanjang jalan, tapi tidak dikelola dengan baik hingga sering erlewat oleh pengendara.
Sekarang, ketika dikelola dengan kreatifitas...
Jalan ini jadi semacam surga yang tersembunyi. Jadi tempat wisata yang menarik, bagi anak muda ataupun bagi keluarga. Kami melewati jalan itu di hari kerja, dan tetap banyak pengunjung. Pasti akan lebih ramai lagi di hari Ahad. Apalagi karcis masuk pun ditarif murah. Hanya 2500 perorang.
Sebuah kreatifitas yang akhirnya membuka lahan pekerjaan bagi banyak ornag. Bagi penjaga taman, penjual makanan, samapai penjaga parkir.
Ah, saya betul betul penasaran. Siapa sih pencetus ide pembuatan taman2 dsna. Wow inilah yang dimaksud dengan kreatifitas...
Perjalanan kami masih panjang ke parang tritis. Disana pun banyak yg ingin saya ceritakan. Bersambung besok ya...

Posting Komentar

0 Komentar