Aliran Rasa level 10 Mencerdaskan Anak Melalui Dongeng

Pertama membaca judul materi bulan ini adalah...
Hopeless.
Dan tambahan lagi adalah bahwa saya ternyata kebagian tugas jadi koordinator bulanan di bulan ini. Ya ampuuun...
Sesuatu yang wow...
Baiklah saya memang penyuka dongeng. Penikmat film film dongeng karya pixar atau disney. Menyukai keindahan dunia fantasi. Sampai sekarang.
Hanya saja...
Membuat sendiri, menuliskannya sendiri, menceritakan pada si kecil dan mempublish nya disini adalah sebuah tantangan tersendiri.
Baik saya suka dongeng, senang cerita2 aneh gaya pixar. Hanya saja...
Ya begitu itu deh.
Dulu, saat saya masih menjadi trainer di perusahaan, saya memang senang membuat cerita2 motivasi dengan bentuk dongeng. Tapi itu cerita dongeng untuk orang dewasa.  Dongeng yang masih masuk di akal. Gak aneh aneh banget. Sedangkan bercerita pada si kecil...

Baiklah, intinya adalah bulan ini tantangan besar buat saya.

Tugas pertama sebagai korlan membuat review materi akhirnya dapat dikerjakan dengan tuntas juga dan disimpan pula di blog iip.

Tugas tantangannya lah yang mulai perlu tekanan lebih kuat.
Selama ini saya biasanya mendongeng berdasarkan buku. Saya baca dlu buku nya, kemudian menunjukan gambarnya sambil mendongeng pada si kecil. Walau memang biasanya jadi melebar juga ceritanya out of the books.
Nah kali ini tantangan membuat dongeng nya sih sebetulnya masih bisa ditekankan pada diri. Saya biasanya mengambil ilham dari buku cerita yg ada di rumah. Atau dari film kartun yang ditonton.
Nah masalahnya adalah pada bagian menuliskan cerita. Dongeng2 yang syaa buat biasanya menjadi melebar dna terlalu jauh. Jadi panjaaang...
Menuliskannya adalah tantangan besar. Karena seringnya saya sendiri lupa apa tadi cerita yang saya dongengkan dengan si kecil. Hahaha...
Saking bebasnya berimajinasi ya begitu. Sampai lupa jalan pulang.
Hingga akhirnya pada tengah tantangan Fawwaz membuat buku cerita dari kumpulan gambar2 yang dia warnai di komputer. Gambar2 tsb menjadi bahan inspirasi kami mendongeng. Kali ini saya bisa meminta bantuan Fawwaz untuk membuat jalan cerita bersama.
Memang betul apa yang dikatakan bu Septi dlaam review tantangan kali ini.
Semua bisa dilakukan jika saja kita MAU.
Saya mau dan harus mau. Hingga saya menjadi bisa dna harus bisa.
Alhamdulillah, dengan susah payah saya tetap bisa melakukan tantangan selma 15 hari berturut turut. Memaksakan diri mebuliskan apa yang telah saya ceritakan.
Mengingat ingat kembali apa cerita yang kami bahas bersama di hari itu.

Pelajaran yang saya ambil kali ini adalah jangan terlalu lama menunda untuk menuliskan apa yang ingin kita tulis. Karena makin lama jarak dari keinginan menulis dan menhlis itu sendiri, maka akan makin banyak kepingan kepingan berharga yang berceceran tidak ternagkut dalam tulisan.

Posting Komentar

0 Komentar