M3njadi fasil kelas Remedial itu luar biasa....

Di matrikulasi batch 5 ini banyak sekali cerita yang ingin kubagi pada kawan kawan semua. Sebuah cerita indah tentang bahagianya menjadi fasilitator matrik. Tentang bahagianya berbagi, tentang nikmatnya belajar bersama di kelas dengan teman dari bebagai daerah di nusantara.
baiklah, akan kumulai cerita dari titik awal aku memutuskan mengapa aku mendaftar menjadi fasil kelas matrikulasi. Aku, sampai saat ini bahkan masih aktif dan tercatat sebagai fasil kelas bunda sayang. Awalnya pun, aku tidak terlalu tertarik mendafta kembali menjadi fasil kelas matrik. tentu hal tersebut akan memecah konsentrasi, dan aku khawatir tidak dapat menjalankan tanggung jawabku dengan baik. Akan tetapi, sesuatu terjadi tanpa dugaan. Pengurus di kota sedang dalam masa transisi, pengurus baru belum berani mendaftar, sedangkan pendaftaran fasil matrik sudah menjelang deadline. Sementara, peminat kelas matrikulasi dari kota begitu membludak. Perlu seseorang untuk mendaftar sebagai fasil. Akhirnya dengan modal bismillah saya mendaftarkan diri juga sebagai fasil matrikulasi. Alhamdulillah setelah itu, dua ornag pengurus baru pun berani mendaftarkan diri menemani menajdi fasil.
Setelah melihat keadaan agak aman, saya mendaftarkan diri sebagai fasil matrikulasi offline. Karena ingin betul betul dapat mendalami materi di kelas dan belajar menyampaikannya secara nyata. Secara offline dan bertatap muka. Tapi rupanya Allah berkehendaak lain. kelas offline di banyumas tidak memenuhi syarat dan saya tetap harus menjadi fasil online. Dan yang mengejutkan adalah, saya mendapat kelas remedial 4. Kelas paling buntut.
Kelas remedial....
Sebelumnya saya benyak mendengar rumor rumor yang mengerikan tentang kelas remedial. menakutakan... Mulai dari kelasnya yang sepi, peserta nya yang sibuk sibuk dan kebanyak orang orang penting. Pokoknya hal hal menakutkan deh buat fasil. Horor lah...
Terus terang rumor rumor tersebut membuat sedikit kendor di awal. Cobaan yang akan sangat berat....

Tapi memfasilitasi, menjadi fasilitator adalah salah satu passion buat saya pribadi. Saya senang berbagi, senang melayani, dan juga senang saat orang lain makin sukses dan maju. Menjadi fasil memberi saya kesempatan untuk melakukan itu semua. Dan lagi menjadi fasil tidaklah harus menjadi yang paling pandai dan paling paham. Toh tugas kita hanya memfasilitasi. Justru malah kita dapat kesempatan untuk sama sama belajar dan menggali kembali ilmu ilmu disana.

Hal tersebut mendorong saya untuk jadi makin bersemangat menghadapi tantangan. Okelah ini saatnya meningkatkan diri dengan tantangan yang lebih berat. Begitu yg saya pikir.

Akhirnya waktu untuk masuk kelas pun tiba. Perkenalan, kemudian pemilihan korlas, korming dsb.

Ada kekakuan disana memang. Alur komunikasi yang lambat, kaku dan canggung. Pekan perkenalan sampai pekan pertama hal seperti in masih berlangsung. Hal ini sangat wajar. Mengingat di kelas berasal dari berbagai macam kota yang berbeda. Rata rata belum saling mengenal satu sama lain. Belum lagi mungkin, ada ketakutan atau sedikit keraguan di benak peserta kuliah mengingat kegagalan mereka di kelas matrik sebelumnya.
Saat diskusi pekan pertama hampir tidka ada pertanyaan dalam sesi diskusi.

Yang saya lakukan adalah dengan terus menerus membuka diri bagi pesrrta kuliah. Berharap peserta kuliah pun mau membuka diri dan sama sama menciptkan suasana yang sedikit lebih hangat.

Alhamdulillah, pekan pertama gayung mulai bersambut. Korming pekan pertama, mba Ais mau mulai menbuka diri. Dan dia pun begitu bersemangat memotivasi kawan kawan di kelas. Tak mau ketinggalan, sang korlas pun melakukan hal yang serupa. Dia begitu bersemangat. Mereka berdua bahu membahu membangun suasana di kelas. Sedikit demi sedikit, kekakuan itu memang mulai mencair. Kawan kawan mulai menggeliat semangatnya.

Saya mencoba menambah semangat kawan kawan dengan memeberikan badge badge tambahana bagi teman yg menyelesaikan tantangan di hari pertama. Terkadang menjapri beberapa orang, dan mengobrol tentang tantangan2 yg dihadapi. Hal yang sama dilakukan korming dan korlas saat membantu teman2 yg kesulitan mengerjakan tantangan.

Satu hal yang saya sadari. Kelas remedial ini ternyata dipenuhi oleh orang orang hebat. Orang orang yang belajarnya tidak mau hanya sekedar. Mereka orang orang yang saat mendapatkan materi, mereka butuh pemahaman mendalam tentang materi tersebut. Betul2 menyeluruh agar mereka paham betul tentang inti dari semua yg dipelajarinya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri buat saya. Saya perlu betul betul mendalami tentang materi materi di matrikulasi. Tentu saja hal ini menjadikan saya tidak mudah puas dengan ilmu yag dipelajari.
Beruntungnya, banyak orang orang yang kompeten di kelas yang bersedia membagi ilmu yang mereka miliki.
Memang di kelas ini banyak juga ahli hali dari ragam profesi. Ada dokter, ada dosen, ada psikolog, guru, dan ragam profesi serta keahlian lain. Hal ini tentu saja membantu kami mendapatkan referensi lebih tentang materi2 matrikulasi.

Makin lama, keakraban, kehangatan, dan kekeluargaan di kelas makin meningkat.  Karena di kelas kebanyakan adlaah ibu ibu yang bekerja di ranah publik, membuat kelas akan makin hangat dna ramai saat waktu menjelang malam. Serta akhir pekan. Itulah mengapa saya meniadakan jam malam dan juga gfos. Karena justru di malam hari dan akhir pekan diskusi menjadi lebih intens dan peserta diskusi makin banyak.

Apakah keakraban, kekluargaan dan kehangatan kelas berpengaruh akan prestasi?

Saya jawab ya.

Terbukti, beberapa teman yang awalnya tertinggal jauh, terlambat mengerjakan tugas tugas di peken pekan sebelumnya, mau mengejar ketertinggalan di saat saat akhir. Dan yang menjadi alasan mengapa dia mau mengejar adalah karena ketertarikannya pada kehangatan kelas. Karena korlas, korming, serta teman teman lain yang terus menyemangatinya. Karena motivasi dan dorongan dari teman teman di kelas yg membuatnya makin terpacu.

Dan alhamdulillah, kecuali 4 orang yang menyatakan cuti karena alasan alasan krusial, semua dinyatakan lulus di kelas remedial 4.
Saya ingat bagaimana detik detik terakir menjelang deadline akhir pengumpulan tugas.
Semua bekerja sama mendorong teman teman yang masih kurang setoran. Hampir semua cara yang halal dilakukan agar teman teman dapat lulus semua.
Alhamdulillah...

Ternyata, kelas apapun, kelas manapun. Bagaimana pun juga keadaannya. Semua sama...

Belajar itu perlu dengan sepenuh hati. Perlu kesungguhan, dan perlu dedikasi.
Begitupun memfasilitasi.

Saat kita berbicara dengan hati, maka akan masuk kedalam hati.
Saat kita menemani dengan kahadiran yg betul betul hadir, maka teman teman yg difasilitasi pun Akan dengan senang hati menerima kita. Apapun adanya kita.

Saya menjadi fasilitator karena memang hal ini menkadi panggilan hati. Panggilan jiwa, yang kemudian menjadi misi.
Tapi selain itu, menjadi fasil membuat saya bisa mendapatkan kesempatan untuk terus menggali dan menggali ilmu ilmu yang saya fasilitasi di eklas. Karena ilmu ilmu ini terus makin luas dan makin dlaam. Makin banyak hal yang belum saya pahami. Disinilah kesempatan saya untuk dapat terus menggalinya

Posting Komentar

0 Komentar