Kehausan ini...

Kejadian memalukan saat coaching berbulan bulan yang lalu terus menerus menghantui saya selama ini. Itu adalah sebuah kejadian yang diluar kendali. Seperti sebuah ledakan. Entah ledakan dari apa. Yang pasti itu sesuatu yang terjadi diluar kendali diri. Dan kejadian itu memicu banyak ledakan ledakan lainnya. Yang membiat emosi saya tidak stabil, meledak ledak dan tidka karuan.
Hampir bisa dibilang kacau kehidupan saya di waktu waktu setelahnya.
Walaupun memang di kejafian nyata hal tersebut masih bisa dikendalikan, alhamdulillah. Saya masih bisa mengendalikan diri saat bertemu anak anak dna suami. Mereka bahkan sepertinya tidak terkena imbas apapun.
Hanya saja di dunia ol saya termat sangat berbeda. Ledakan besar lainnya adalah saat bulan November tahun lalu. Saat jambore yang berantakan tak karuan, disusul dengan kacaunya kepengurusan  IIP Banyumas Raya. Hal itu tentu saja cukup mengagetkan saya secara pribadi. Ternyata apa yang saya lakukan bampir menghancurkan sesuatu yang sy bangun susah selama ini.
Teman teman, sahabat satu persatu menghilang.  Bahkan ornag yang selama ini saya anggap sebagai saudara pun mencampakkan diri saya sendiri. Memblokir semua jalur komunikasi antara kami.
Hal itu memang membuat saya cukup tersentak dan menyesali semua ketidak stabilan emosi yang saya hadapi.

Saya sednag membangun sesuatu yang baru, bukan artinya saya boleh menghancurkan segala sesuatu yang telah dibangun lama.

Susah payah saya coba mengembalikan puing puing yang tersisa. Saya mencoba membisikan afirmasi afirmasi positif terus menerus pada diri sendiri. Tak kan ada yang bisa memperbaiki diri saya, kwcuali diri saya sendiri. Toh bahkan sosok couch yang sy harusnya agungkan pun tak dapat memperbaiki diri saya saat itu.

Pelan pelan, saya kembali lagi pada sang murrobbi. Pengakuan dosa, dan mulai lagi mempasrahkan diri pada Sang Empunya hati.
Sambil pelan pelan saya mulai mencari tau apa sebetulnya yang sedang terjadi pada diri.

Bukan suatu kebetulan ketika sebuah tawaran menulis datang pada saya. Tema nya sungguh snagat menarik, yakni tentang inner child. Awalnya saya bingung menulis tentang apa karena begitu banyaknya masalah yang ingin saya tulis. Tapi kemudian saya yakin bukan pula suatu kebetulan ketika akhirnya saya mencoba menuliskan tentang kerinduan pada ayah. Sosok ayah yang bahkan sampai saat ini pun saya tak pernah dapatkan. Ah...sosok yang betul betul ingin saya peluk. Sesuatu yang tak akan pernah mungkin terjadi di dunia ini.

Forum Femininitas, dan percakapan percakapan di dalamnya membuat saya banyak tertekan. Tertekan karena banyak hal yang menyentuh dalam diri. Termasuk masalah kasih sayang ayah. Ketika di berbagai grup membicarakan contanya, sayangany, dan kerinduannya pda sosok ayah, aku hanya bisa cemburu.

Saya bukanlah ornag yang mudah mengungkapkan perasaan. Dan bukan pula ornag yang dapat menjelaskan isi hati, bahkan agar bisa mendapatkan bantuan, healing dari seseorang. Entahlah.  Saya terlalu menutup diri untuk hal hal seperti itu.

Tapi kemarin, alhamdulillah saya diberi sedikit kesempatan utk berbagi dengan teh Rita. Ornag yg betul betul saya percaya. Pervakapan itu sedikit memberi benang merah antara masa lalu, dan masa kini. Serta disana sedikit saya diberi kesempatan untuk menjadi sedikit lebih normal. Menerima apa yang saya slrasakan sebagai suatu yang normal. Manisiawi. Bukan karena saya yang aneh.

Dan ke.udian kesempatan kesempatan untuk melihat diri sendiri itu datang lagi. Kali ini lewat buku self healing yang baru saya beli dari mba Uut.
Di buku itu dijelaskan lagi tentang rasa yang saya miliki. Mungkinkah...

Mungkinkah rasa ini bukan rasa seperti itu. Bukan cinta karena nafsu dan segala. Bukan seperti cintaku pada suamiku atau pada anak anakku..
Ini masalah cinta dan kehausan ku akan kasih sayang orang tua. Yang tak pernah aku dapatkan seumur hidupku.

Yang pasti saya butuh pertolongan.
Ini yang saya tau. Saya butuh pertolongan untuk menyelesaikan masalah ini.

Ini masalah dari masa laluku yang sampai saat ini belum bisa diselesaikan.
Ketika segala masalah kekerasan fisik, kekerasan verbal, perlakuan tak adil, dan semua hal hal.lainnya bisa aku atasi. Hanya masalah inilah yang belum terselesaikan.
Karena yang satu ini maslaah kekosongan hati. Terlalu lama hati ini kosong tampa cinta.

Bahkan sampai saat ini pun kadang ada saatnya saya merasa jika suami tidak mencintai dna mengasihi saya seperti selayaknya. Dia melakukan semua karena kewajiban, bukan karena cinta.
Beruntung suami adalah orang yang sabar, hingga pesan pesan nya meluluhkan hati lagi dna lagi.

Posting Komentar

0 Komentar