Femininitas Bunda 1

Feminitas Bunda (1)
Ust. Adriano Rusfi

Laki-laki tanpa kadar feminitas yang cukup, akan gagal menjalankan fungsi ke-lelakian-nya dalam hidup.

Banyak hal dalam kehidupan ini yang mengandung unsur-unsur feminim.

Cek! QS Asy-Syams
Ujung ayatnya banyak pake "ha" >> "perempuan = feminim".

Ternyata dalam bahasa Arab, jiwa dan hati juga ujungnya "ha", jiwa itu "perempuan".

Beda Imam dengan Amir
Artinya sama "pemimpin", tapi maknanya beda...
*Bahasa Arab itu masya Allah luar biasa ya
Imam maknanya ada unsur feminim, modalnya cinta, kasih sayang, ketulusan, empati, tulus, ikhlas, nurani, intuisi.
Amir maknanya maskulin, tegas, strategis.

Ust. Aad bahkan iseng-iseng ikut tes, ternyata kadar feminitas beliau 50%

Diharapkan selanjutnya ibu-ibu yang meneruskan dan menggantikan ust. Adriano untuk menyebarkan tentang feminitas ini.
Bukan sekedar forum tapi juga kaderisasi.
Insya Allah mau ada ToT se-Indonesia.
Forum ini digagasnya di Hotel wilton, Dago Atas, Bandung.
Daerah yang juga sudah melaksanakan forum ini: Banda Aceh dan Bukit Tinggi.

Alam itu "perempuan".
Penuh dengan simbol-simbol, tersirat, malu-malu.
Sayangnya hampir semua sekolah alam mendidik anak di alam, belum mendidik alam dari alam.
Beda loh "di" dengan "dari".

Bahasa alam itu cwe banget.
Iya jadi nggak, nggak jadi iya.
Sampe sekarang ust. Aad juga masih berusaha memahami bahasa istrinya.

Susah hidup di BUMI...
Kalo kita gak bisa bahasa perempuan.
Karena Bumi itu perempuan.
*pantesan ya suka disebut "mother Earth", why not "father Earth"?

Laki-laki itu 75% maskulin, 25% feminim.
Perempuan itu 75% feminim, 25% maskulin.

Kenapa harus belajar tentang feminitas?
Karena banyak fenomena LGBT

Apa sebabnya?
Salah satunya: rumah yang tidak jelas mengajarkan tentang gender.
Anak jadi sulit mempelajarinya dari ayah dan bunda.
Ketika peran gender abu-abu >> anak bingung mengidentifikasi dirinya >> feminin/maskulin.
Karena misalnya ayah jadi feminin, bunda jadi maskulin. Ketuker

Laki-laki sudah jadi perempuan, perempuan jadi laki-laki.
Jungkir balik gini.

"Fitrah ayah dan fitrah bunda"
Ayah itu fitrahnya sang raja tega.
Bunda itu fitrahnya mengobati ketegaan sang ayah.
Nah, kalo di rumahnya malah jungkir balik peran, gimana...
Ayah gak tega, bunda tega, gimana?
Harus dikembalikan fitrahnya, kembalikan pada kodratnya, gak bisa tukeran gitu.
Kecuali kita mau kiamat dipercepat.

Itu termasuk tanda-tanda kecil kiamat loh...
Tanda-tanda kecil kiamat itu ada hubungannya dengan sikap manusia.
Jadi kalo mau kiamat dipercepat lakukan aja hal-hal yang melawan fitrah, astagfirullah

LGBT hadir salah satunya karena kebingungan dalam mengidentifikasi peran gender.

Maka dalam Islam juga diperjelas, tentang panggilan kepada anak:
Panggil anak perempuan dengan lembut.
Panggil anak laki-laki dengan tegas.

Bagaimana cara mengembalikannya?
Harus ditipiskan yang bukan fitrah tsb.
Karena percayalah...
Fitrah itu gak mungkin hilang.
Mungkin terkubur, tapi gak akan hilang.

LGBT itu gerakan internasional yg dibiayai langsung oleh PBB
Meng-LGBT itu gampang caranya..., tinggal disodomi.
Nyaris 100% yang disodomi menjadi LGBT.
Karena ada bagian tertentu di dubur yang kalo sempat tersentuh gak akan dilupakan.
Sekali disodomi akan ketagihan...
Astaghfirullah...
Jadi ini sebuag gerakan yang ditularkan.

Kabarnya Indonesia akan menjadi negara muslim pertama yang melegalkan LGBT di dunia.
Astaghfirullah...

Mahasiswa untuk menjadi pakar sains dan teknologi syarat pertamanya bukan otak cerdas, tapi tanyakan pada diri sendiri: "Masih bisa meneteskan air mata gak?"

Otak dibentuk oleh ayah.
Hati dibentuk oleh bunda.
Jangan sampai hati kita lemah.
Hati yang nanti akan menggerakkan otak.

Kalo mahasiswa mati hatinya, mati feminitasnya, meskipun otaknya sangat encer, gak akan jadi saintis dan teknolog yang baik...
Bangunlah empati, kepedulian, rasa malu.
Masuk ITB memang butuh otak, tapi untuk lulus menjadi sarjana baik butuh hati.

Problematika kita yang lain: gagalnya komunikasi suami-istri.
Ada cerita menarik dari pengalaman ust. Salim A. Fillah dengan istrinya saat di awal pernikahan.
"Mas, mas gak laper, Mas?"
"Nggak." (Lempeng-lempeng aja, sambil melajukan motornya.)
"Beneran mas, gak laper?"
"Iya. Gak laper koq." Terus menjalankan motornya.
Sesampainya di rumah, "Kenapa kamu pucat?"
"Laper, Mas..."
"Loh koq gak bilang?"
"Tadi mas bilang gak laper..."
"Yaaah tapi kalo kamu laper, nanti kita berhenti aja di restoran."


Karena bahasa komunikasi antara perempuan dg laki-laki betul-betul berbeda akhirnya terjadi kesalahpahaman yg luar biasa.
Yg dibutuhkan adalah pemahaman.
Ciri komunikasi: simbol & tanda.
Yang menyampaikan pesan dengan penerima pesan harus saling memahami.
Seperti komunikasi dengan kode pake asap gitu.
Kenapa asap bisa untuk komunikasi?
Karena bisa saling dipahami

Kisah lain dari Masjid Salman
"Lamaran yang ditolak..."
Ada aktivis Salman yang tertarik dengan 2 akhwat asrama Salman.
Konsultasi sama ust. Aad.
Ikhwan tersebut ragu karena salah satunya level keagamaannya lebih tinggi daripada dia, sempet berpikir yaudah lamar yang satunya lagi aja.
Kita harus ingat yang tahu orang itu sekufu adalah Allah.
Saran ust. Aad lamar yang pertama dulu! Yang dia anggap levelnya lebih tinggi.
Eh (beneran) ditolak.
Perempuan itu kalo dilamar sekali mungkin akan nolak, alasannya: biar gak dianggap murahan dan mau lihat keseriusan sang laki-laki.
Kalo laki-laki tolak ya artinya emang bener tolak, bagi perempuan tolak artinya bisa iya loh.
Udah lamar lagi aja, kata ust. Aad.
Akhirnya ikhwan mencoba untuk melamar lagi.
Dapet kabar, akhwat tsb kecelakaan lalu dibawa ke Borromeus.
Ternyata sampai di Borromeus, ikhwan-ikhwan Salman udah pada ngumpul *banyak ternyata peminatnya.
Setelah kasus ini dia ngelamar lagi, Alhamdulillah diterima...
Sekarang udah punya 3 anak.

Tapi itulah ya pelajarannya...
Bagi laki-laki: iya artinya iya, nggak artinya nggak.
Bagi perempuan: iya artinya bisa jadi iya atau nggak, nggak artinya bisa nggak atau iya.

Perempuan itu sangat kontekstual.
Bilang nggak, tapi coba lihat mata dan bahasa tubuhnya, mungkin ada kata "iya" yang tersirat.
Kalo sekali melamar terus mundur, belum kelihatan keseriusannya.
Laki-laki harus kuat melihat tanda-tanda itu.

Pepatah orang Minang:
"Alam takambang jadi guru."
Banyak pelajaran yang dapat kita pelajari dari pohon, langit, gunung, angin, air, ...
Syaratnya harus ada unsur feminitas.
Karena bahasa alam adalah bahasa simbol.
Sesungguhnya dalam alam ada tanda-tanda, pada orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah.
Hatinya jernih, bening...
Gunakan pikiran dan hati.
Belajarlah dari bahasa alam.


Penemuan ilmiah sebagian besar terjadi di alam.

Wahai bunda dan ayah...
Semoga hati kita gak mati...
Semoga feminitas kita gak tumpul...
Untuk membaca tanda-tanda alam yang Allah ciptakan.

Dalam Al-Qur'an, menurut ust. Aad:
"Reading universe with dzikr and heart."

Ayat yang pertama turun, "Iqra" itu tidak ada objeknya.
Nanti di akhirat, Allah gak nanya "kenapa gak baca?", tapi "afala ta'qilun?"

Allah gak pernah tinggal diam, cuek, pada kita.
Syaratnya: pandai-pandailah membaca tanda-tanda dari-Nya
Asah rasa dan kehalusan hatimu...

Semua yang Allah ajarkan pada manusia, lewat alam.
Misalnya:
Kisah Habil dan Qabil.
Allah mengajarkan cara mengubur manusia melalui tingkah laku burung.
Akan banyak "AHA! Moment" kalo kita pandai membaca alam.
Ini membutuhkan feminitas.

Banyak teknologi lahir dari belajar dari alam:
Velpro (perekat di pakaian/sepatu/topi) inspirasinya dari rumput-rumput kecil yang suka menempel.
Feminitasnya hidup karena ada "aha moment" saat melihat fenomena tersebut untuk menghasilkan produk.
Kalo kita yg mengalami, sering malah, tapi kita malah sebel sama rumput *ya nggak?, dia malah bertanya-tanya dan diambil beberapa helai dicek dengan mikroskop >> ada pengait halus >> inspirasi produk.

Alam itu gak akan habis-habisnya untuk dieksplor bagi mereka yang hatinya halus.

Albert Einstein:
"Sains yang tertinggi itu adalah sains yang menggunakan intuisi."
Intuisi itu feminitas.

Perempuan sering ngomong tanpa argumen. Laki-laki sering sebel dengan hal itu.
Mungkin nyebelin karena gak ada logikanya, tapi jangan pernah dianggap enteng omongan perempuan.

Problem lain:
Indonesia ini negeri yang cukup sering terkena bencana.
Bencana ini bukan maksud Allah untuk mencelakakan manusia.
Allah tidak pernah menginginkan bencana untuk membinasakan.
Kalo kita mampu membaca isyarat-isyarat bencana.
Semua peristiwa itu melalui proses.
Gempa pun prosesnya ratusan tahun loh, terjadi di dalam bumi, pergeseran lempengan sedikit demi sedikit.
Gunung meletus juga, semua ada prosesnya.
Tapi sayangnya kita gak bisa membaca indikasi/tanda bencana.
Sesungguhnya Allah tidak pelit memberikan tanda-tanda.

QS Al-Zalzalah
Ketika bumi mengeluarkan isi perutnya...
Manusia bertanya...
"Ada apa gerangan?"
Pada hari itu bumi akan "berdialog" pada manusia...
Koq bisa bumi "ngobrol" dengan manusia?
Karena Allah telah mewahyukan pada bumi, cara berdialog pada manusia.
Tapi manusia sekarang gak ngeh, padahal bumi rajin bercerita...
Tentang keadaannya, yang semakin sakit, karena tindakan manusia

Bumi ini feminim, lembut, sensitif, perempuan, jangan dikasari...

Peristiwa Tsunami
Ada beberapa yang selamat, karena mereka membaca tanda-tanda.
Para binatang diberi kemampuan oleh Allah untuk lebih peka.
Contohnya: gajah-gajah yang kabur ketika menjelang tsunami.

Hampir semua peran bunda adalah feminitas:
Sang harmoni dan sinergi
Moralitas dan nurani
Pengorbanan
Cinta dan ketulusan

Apa yang membedakan mendidik dengan mengajar?
Mengajar: transfer ilmu dan keterampilan
Mendidik: menularkan karakter

Siapa yang melakukan itu?
Yang mengajar itu guru di sekolah.
Yang mendidik itu orangtua di rumah.

Semakin tinggi ketulusan dan cinta untuk menularkan nilai-nilai kebaikan >> modal dasar untuk mendidik.

Pendidikan perlu dijalani dengan nilai-nilai feminitas.

Pertanyaan orangtua Indonesia: "Anak saya rangking berapa?"
Membuat orang barat terheran-heran.
Itu merupakan pertanyaan maskulin.
Padahal kalo di negara-negara barat yang dibangun sekarang adalah tentang sinergi, kolaborasi, kerja sama.
Sekarang zaman harmoni dan kolaborasi, bukan lagi kompetisi.
Harmoni & kolaborasi >> feminitas.

Semua manusia rangking satu.
Gak ada yang rangking 2.
Allah gak pernah menciptakan manusia rangking 2.

Orang buta, sesungguhnya tidak buta, tapi orang uang penglihatannya dipindahkan ke tempat lain.
Penglihatannya bukan lewat mata, tapi dengan organ yang lain, bisa bulu romanya, atau lidahnya, atau telinganya.
Contohnya:
Orang-orang tunanetra tetap bisa "nonton" bola.
Musisi yang jago banget main musik, padahal dia gak bisa mendengar, tapi kemampuan telinganya pindah ke kaki, jadi dia selalu melepas sepatu saat mau bermain musik, mendengar detak nada lewat kaki.

Gak ada manusia yang cacat.
Cacat, abnormalitas adalah bahasa yang maskulin, yang terlalu logika.

Kecerdasan emosi lebih penting daripada kecerdasan intelektual.
Kecerdasan yang paling tinggi adalah kecerdasan spiritual.

Anak yang tumbuh di lingkungan yang menyimpang peran feminitas dan gendernya, misal anak yang dibesarkan dengan 2 "ayah" karena ibunya sangat maskulin, maka anak tersebut tidak akan seimbang peran di dalam dirinya.

Feminitas bicara tentang hati, tentang rasa.
Jangan sampai punya rasa, tapi tidak digunakan.
Rasa harus dihaluskan kembali, caranya kita harus mau kembali ke akar budaya kita, apapun itu: Minang, Jawa, Sunda. Sesungguhnya rasa itu sudah diajarkan secara turun temurun oleh nenek moyang kita.

Persoalannya sekarang:
"Kenapa feminitas kita cenderung tergerus?"
Pendidikan kita terlalu berorientasi pada intelektualitas, kita sering berbicara tentang nalar, problem solving, decision making, dst.
Kalo hanya fokus pada intelektualitas saja maka akan lahir manusia cerdas, tapi tidak manusia kreatif.
Jarang pendidikan kita membahas tentang kreativitas (80% hati, 20% otak).
Gak ada IQ genius dalam dunia psikologi, adanya IQ very superior. Genius adanya dalam skala kreativitas. Untuk menjadi genius, dibutuhkan hati dan otak.

Forum feminitas ini lahir dari perasaan juga, bukan hanya analisis otak saja.

Ide Ust. Aad:
"Coorporate Family Responsibility"
Sudah ditawarkan ke beberapa perusahaan, salah satunya Shafira dan perusahaan para aktivis Salman.
Jadi perusahaan juga memperhatikan tanggung jawab keluarga.
Peradaban masa depan dipengaruhi oleh bagaimana ayah bunda membersamai anak-anaknya.
Di Finlandia, pegawai negeri hanya kerja 3 hari/minggu loh karena pemerintahnya sadar akan pentingnya arti keluarga.
Biaa gak di Indonesia juga gitu?
Gagasan tsb lahir dari kepedulian, empati, prihatin, bukan hanya logika.

"Kenapa feminitas kita melemah?"
Karena kerja di kantor membuat kita mengikis unsur feminitas tersebut.
Semakin lama kita bekerja, semakin rontok feminitas kita.

Kenapa tuntunan kita gak cuma kitabullah? Tapi juga sunnah...
Karena...
Sunnah sering disebut juga al-Hikmah (wisdom).
Kitabullah itu sistem, sunnah itu wisdom/kebijaksanaan.
Kitabullah >> sholat fardhu 5x sehari.
Sunnah >> saat safar sholat boleh dijamak.
Kitabullah >> wudhu.
Sunnah >> jika gak ada air boleh tayamum.
Kitabullah >> sholat itu berdiri
Sunnah >> kalo gak bisa berdiri, duduk, kalo gak bisa duduk, berbaring.

Maka ust. Aad punya ide:
"Sisdem = sistem dan wisdom."
Perpaduan maskulinitas dan feminitas.
Sistem itu maskulinitas.
Wisdom itu feminitas.

Pengabdian itu levelnya lebih tinggi daripada profesionalitas.
Kekuatan perempuan ada di pengabdian dan dedikasi.
Kekuatan laki-laki ada di profesionalitas.

Amatir bukan berarti lebih rendah dari profesional.
Amatir itu keren.
Banggalah kalo kamu amatir.
Itu sisi feminitas.

Jadi feminitas kita tergerus, karena
1. Sistem pendidikan
2. Sistem pekerjaan
3. Kehidupan yang semakin keras

Kehidupan yang semakin keras jangan sampai membuat kita juga jadi keras.
Kadang-kadang kekerasan itu bisa dihadapi dengan kelembutan.

Fenomena:
Anak menangis dibilang jangan nangis sama bundanya.
Siapa bilang tangisan itu gak menyelesaikan masalah?
Menangis itu bagian dari solusi, salah saru jalan keluar terbaik dalam hidup.
*Habis menangis suka merasa lebih lega kan?

Kata siapa keras harus dihadapi dengan keras lagi?
Dunia seolah-olah menuntut kita menjadi tegar dan keras. Tidak!

Juatru kekerasan perlu diselesaikan dengan kelemahlembutan.
Kalo keras dengan keras nanti patah jadinya...

Air mata juga bisa menyelesaikan masalah...
Buktinya?
Cerita ust. Aad saat salah satu anaknya membuat masalah berulang kalu.
Kemudian entah kenapa karena udah merasa hopeless, air mata ust. Aad mengalir...
Ketika anak ust. Aad melihat hal itu, langsung ia minta maaf, cium kaki bapaknya, dan ikut menangis...

Pelajaran yang dapat dipelajari:
Ust. Aad menggunakan sisi feminitasnya untuk menyelesaikan masalah.
Karena udah pake cara hukuman dan nalar gak berhasil-berhasil...
Maka digunakanlah cara feminim, tangisan. Tapi jangan sering-sering juga, nanti gak mempan lagi

Feminitas bisa menurun juga karena bunda menjalani 2 peran: ayah dan bunda sekaligus, peran ganda.
Karena ayah yang sesungguhnya sibuk cari nafkah.
Sehingga peran sesungguhnya seorang bunda tertutup oleh peran ayah yang harus bunda jalankan juga.

Ada kasus beberapa tahun yang lalu tentang seorang ibu yang membunuh 3 anak.
Penyebabnya: di "era jahiliyah sekarang", dia merasa gak sanggup mendidik anak-anaknya menjadi sholeh sendirian, kalo ayahnya gak ikut.
Hal itu mendorong ust. Aad menulis tulisan:
"Dicari laki-laki lukmanul hakim, laki-laki yang mau mendidik anak-anaknya."
Di mana "ayah-ayah yang sesungguhnya" berada saat ini?

Siapapun yang ingin memahami alam lewat sains dan teknologi maka dia harus memiliki sisi feminitas alam.
Untuk mengelola alam dengan baik.
Bergurulah dari alam.

Sekolah alam kalo lemah feminitasnya...
Maka hanya akan bisa belajar di alam, bukan belajar dari alam.
Belajar di antara pohon, seharusnya belajar dari pohon.

Sebenernya belajar dari alam itu artinya belajar dari Allah.
Allah langsung menta'lim kita.
Allah itu Rabb, murabbi.
Ingin belajar dari Allah?
Perkuatlah sisi feminitas kita.

Saat ini problematika kita di umat Islam adalah gagal membangun umat yang satu/ummatun wahidah, khairu ummah/umat terbaik.

"Hendaklah kalian membentuk umat terbaik."
Umat itu dibentuk, diupayakan, dan diikhtiarkan.
Makanya istilahnya kuntum khairu ummah, bukan antum khairu ummah.

Kenapa kita gagal saat ini?
Karena kita terlalu maskulin.
Kita mampu bikin organisasi, yayasan, gerakan, perusahaan, perkumpulan, jamaah, tapi gak mampu bikin umat.

Gak tumbuh umat...kenapa?
Ummah itu artinya ibu.
Panggilan terhadap ibu:
Ya ummi atau
Ya ummah (panggilan kemuliaan).
Panggilah terhadap ayah:
Ya abi atau
Ya abah (panggilan kemuliaan).

Ummahku adalah ibu.
Yang bisa membangun ummah adalah orang-orang yang memiliki kualitas feminim yang kuat.
Ummah & imam >> akar katanya sama.
Siapa yang bisa membangun umat yang satu? Imam.
Kita banyak menghasilkan amir, leader, tapi gagal menghasilkan imam.
Imam itu laki-laki tapi nilai-nilai yang ditegakkan adalah feminim.
Jadi yang dibutuhkan adalah perasaan cinta, nurani, keikhlasan, ketulusan, empati, kasih sayang, kepedulian.

Didiklah anak laki-lakimu menjadi imam.
Ciri imam (menurut Ki Hajar Dewantoro) >>>
Ing ngarso sung tulodo: ketika menjadi pemimpin atau seorang guru harus dapat memberikan suri tauladan untuk semua orang yang ada disekitarnya.
Ing madyo mbangun karso: seorang guru di tengah-tengah kesibukannya diharapkan dapat membangkitkan semangat terhadap peserta didiknya.
Tut wuri handayani: seorang guru diharapkan dapat memberikan suatu dorongan moral dan semangat kepada peserta didik ketika guru tersebut berada di belakang.

Kita sekarang lagi membutuhkan dan menantikan imam!
Tugas bunda: mendidik imam-imam.
Agar anak laki-laki mendapat suplai feminitas dari bunda.

Kalo tugas mensuplai feminitas itu tidak dijalankan dengan benar, imam tidak akan lahir.

Imamah tidak diwariskan, imamah dibentuk.
Seorang muslim meyakini bahwa imam tidak diwariskan.

Suami itu perannya menjadi imam, tidak disebut amir.
Imam untuk istri dan anak-anaknya.
Kalo pemimpin perang baru disebut amir.

Contoh kisah Umar r.a. yang tiba-tiba berteriak di Madinah "Naik..naik...ke atas bukit." karena mendapat firasat sesuatu terjadi pada pasukannya yang berada di Syam. Sehingga pasukannya selamat dari pengepungan musuh. Masya Allah! Padahal jaraknya sangat jauh.
Umat adalah seorang amir yang sisi imamahnya juga kuat.

Sahabat Nabi adalah orang-orang yang sering menangis.
Rasulullah juga sering meneteskan air mata.
Abu Bakar, Usman, Ali, bahkan termasuk Umar yang macho.
Di wajah Umar bahkan ada bekas jalur air mata sangking sering menangis.
Menangis ini adalah sisi feminitas.

Hati-hati dengan firasat mukmin, ia melihat dengan cahaya Allah.
Allah langsung menuntunnya.
Allah yang menuntun matanya, telingannya, tangannya, dan seluruh tubuhnya. (HR. Muslim)

Tapi kita sekarang malah sering menganggap firasat itu gak keren, yang keren itu logika, decision making, problem solving.

Kekuatan feminitas harus dibangun!

Abdurrahman bin Auf ditanya
"Untuk apa kamu bekerja?"
Jawabnya:
"Aku mencari nafkah untuk bisa mendapatkan surga."
Mendengar hal tsb Umar langsung menangis, betapa mudahnya ia menangis...

Jadi di forum ini, kita akan belajar menaklukkan hati.
Bagaimana cara menaklukkan hati?
Karena makhluk yang paling liar adalah hati manusia.
Maka kita harus menjinakkan hati, menghaluskan perasaan.

Sekali lagi, ini forum untuk mengingatkan kita bersama bahwa nilai-nilai feminitas itu perlu dan kini nilai-nilai itu semakin tergerus.
Perlu untuk dibangkitkan kembali agar bisa diteruskan ke generasi selanjutnya.
Jadi di forum ini kita akan membahas bagaimana menghidupkan feminitas pada diri kita, kalo udah hidup dalam diri kita akan lebih mudah menular ke anak-anak.
Targetnya bukan mendidik anak, tapi mendidik diri sendiri.

-Sesi QnA-
Pesan untuk pasangan yang LDM:
Jangan jadi alasan bagi para suami karena LDM, jauh, jadi gak sempet mendidik anak.
Banyak sarana komunikasi yang bisa kita gunakan untuk tetap berinteraksi dengan anak-anak, manfaatkan teknologi!
Di mana pun seorang suami berada, peran maskulin harus tetap di-handle-nya.
Jangan menganggap persoalan suami di kantor berat lalu peran ayah di rumah diambil alih oleh istri.
Lelaki diciptakan berkepala besar, yakinlah ia sanggup menyelesaikan banyak masalah, tidak hanya di kantor tapi juga di rumah.
Semakin banyak masalah yang ditanganinya semakin cerdas ia.
Bahkan terkadang solusi di rumah bisa menjadi ide untuk solusi di kantor perusahaan.

***
Ada 10 sesi dalam forum ini, pertemuan ini adalah sesi pertama.
Sebulan sekali offline.
Perlu juga ada kuliah online-nya.
Mungkin akan ada workshop dan project tertentu nanti akan dibicarakan lagi.
Offline ini sangat perlu tidak bisa menggantikan online.
Kalo online tidak pernah untuk mendalami.Feminitas Bunda (1)
Ust. Adriano Rusfi

Laki-laki tanpa kadar feminitas yang cukup, akan gagal menjalankan fungsi ke-lelakian-nya dalam hidup.

Banyak hal dalam kehidupan ini yang mengandung unsur-unsur feminim.

Cek! QS Asy-Syams
Ujung ayatnya banyak pake "ha" >> "perempuan = feminim".

Ternyata dalam bahasa Arab, jiwa dan hati juga ujungnya "ha", jiwa itu "perempuan".

Beda Imam dengan Amir
Artinya sama "pemimpin", tapi maknanya beda...
*Bahasa Arab itu masya Allah luar biasa ya
Imam maknanya ada unsur feminim, modalnya cinta, kasih sayang, ketulusan, empati, tulus, ikhlas, nurani, intuisi.
Amir maknanya maskulin, tegas, strategis.

Ust. Aad bahkan iseng-iseng ikut tes, ternyata kadar feminitas beliau 50%

Diharapkan selanjutnya ibu-ibu yang meneruskan dan menggantikan ust. Adriano untuk menyebarkan tentang feminitas ini.
Bukan sekedar forum tapi juga kaderisasi.
Insya Allah mau ada ToT se-Indonesia.
Forum ini digagasnya di Hotel wirton, Dago Atas, Bandung.
Daerah yang juga sudah melaksanakan forum ini: Banda Aceh dan Bukit Tinggi.

Alam itu "perempuan".
Penuh dengan simbol-simbol, tersirat, malu-malu.
Sayangnya hampir semua sekolah alam mendidik anak di alam, belum mendidik alam dari alam.
Beda loh "di" dengan "dari".

Bahasa alam itu cwe banget.
Iya jadi nggak, nggak jadi iya.
Sampe sekarang ust. Aad juga masih berusaha memahami bahasa istrinya.

Susah hidup di BUMI...
Kalo kita gak bisa bahasa perempuan.
Karena Bumi itu perempuan.
*pantesan ya suka disebut "mother Earth", why not "father Earth"?

Laki-laki itu 75% maskulin, 25% feminim.
Perempuan itu 75% feminim, 25% maskulin.

Kenapa harus belajar tentang feminitas?
Karena banyak fenomena LGBT

Apa sebabnya?
Salah satunya: rumah yang tidak jelas mengajarkan tentang gender.
Anak jadi sulit mempelajarinya dari ayah dan bunda.
Ketika peran gender abu-abu >> anak bingung mengidentifikasi dirinya >> feminin/maskulin.
Karena misalnya ayah jadi feminin, bunda jadi maskulin. Ketuker

Laki-laki sudah jadi perempuan, perempuan jadi laki-laki.
Jungkir balik gini.

"Fitrah ayah dan fitrah bunda"
Ayah itu fitrahnya sang raja tega.
Bunda itu fitrahnya mengobati ketegaan sang ayah.
Nah, kalo di rumahnya malah jungkir balik peran, gimana...
Ayah gak tega, bunda tega, gimana?
Harus dikembalikan fitrahnya, kembalikan pada kodratnya, gak bisa tukeran gitu.
Kecuali kita mau kiamat dipercepat.

Itu termasuk tanda-tanda kecil kiamat loh...
Tanda-tanda kecil kiamat itu ada hubungannya dengan sikap manusia.
Jadi kalo mau kiamat dipercepat lakukan aja hal-hal yang melawan fitrah, astagfirullah

LGBT hadir salah satunya karena kebingungan dalam mengidentifikasi peran gender.

Maka dalam Islam juga diperjelas, tentang panggilan kepada anak:
Panggil anak perempuan dengan lembut.
Panggil anak laki-laki dengan tegas.

Bagaimana cara mengembalikannya?
Harus ditipiskan yang bukan fitrah tsb.
Karena percayalah...
Fitrah itu gak mungkin hilang.
Mungkin terkubur, tapi gak akan hilang.

LGBT itu gerakan internasional yg dibiayai langsung oleh PBB
Meng-LGBT itu gampang caranya..., tinggal disodomi.
Nyaris 100% yang disodomi menjadi LGBT.
Karena ada bagian tertentu di dubur yang kalo sempat tersentuh gak akan dilupakan.
Sekali disodomi akan ketagihan...
Astaghfirullah...
Jadi ini sebuag gerakan yang ditularkan.

Kabarnya Indonesia akan menjadi negara muslim pertama yang melegalkan LGBT di dunia.
Astaghfirullah...

Mahasiswa untuk menjadi pakar sains dan teknologi syarat pertamanya bukan otak cerdas, tapi tanyakan pada diri sendiri: "Masih bisa meneteskan air mata gak?"

Otak dibentuk oleh ayah.
Hati dibentuk oleh bunda.
Jangan sampai hati kita lemah.
Hati yang nanti akan menggerakkan otak.

Kalo mahasiswa mati hatinya, mati feminitasnya, meskipun otaknya sangat encer, gak akan jadi saintis dan teknolog yang baik...
Bangunlah empati, kepedulian, rasa malu.
Masuk ITB memang butuh otak, tapi untuk lulus menjadi sarjana baik butuh hati.

Problematika kita yang lain: gagalnya komunikasi suami-istri.
Ada cerita menarik dari pengalaman ust. Salim A. Fillah dengan istrinya saat di awal pernikahan.
"Mas, mas gak laper, Mas?"
"Nggak." (Lempeng-lempeng aja, sambil melajukan motornya.)
"Beneran mas, gak laper?"
"Iya. Gak laper koq." Terus menjalankan motornya.
Sesampainya di rumah, "Kenapa kamu pucat?"
"Laper, Mas..."
"Loh koq gak bilang?"
"Tadi mas bilang gak laper..."
"Yaaah tapi kalo kamu laper, nanti kita berhenti aja di restoran."


Karena bahasa komunikasi antara perempuan dg laki-laki betul-betul berbeda akhirnya terjadi kesalahpahaman yg luar biasa.
Yg dibutuhkan adalah pemahaman.
Ciri komunikasi: simbol & tanda.
Yang menyampaikan pesan dengan penerima pesan harus saling memahami.
Seperti komunikasi dengan kode pake asap gitu.
Kenapa asap bisa untuk komunikasi?
Karena bisa saling dipahami

Kisah lain dari Masjid Salman
"Lamaran yang ditolak..."
Ada aktivis Salman yang tertarik dengan 2 akhwat asrama Salman.
Konsultasi sama ust. Aad.
Ikhwan tersebut ragu karena salah satunya level keagamaannya lebih tinggi daripada dia, sempet berpikir yaudah lamar yang satunya lagi aja.
Kita harus ingat yang tahu orang itu sekufu adalah Allah.
Saran ust. Aad lamar yang pertama dulu! Yang dia anggap levelnya lebih tinggi.
Eh (beneran) ditolak.
Perempuan itu kalo dilamar sekali mungkin akan nolak, alasannya: biar gak dianggap murahan dan mau lihat keseriusan sang laki-laki.
Kalo laki-laki tolak ya artinya emang bener tolak, bagi perempuan tolak artinya bisa iya loh.
Udah lamar lagi aja, kata ust. Aad.
Akhirnya ikhwan mencoba untuk melamar lagi.
Dapet kabar, akhwat tsb kecelakaan lalu dibawa ke Borromeus.
Ternyata sampai di Borromeus, ikhwan-ikhwan Salman udah pada ngumpul *banyak ternyata peminatnya.
Setelah kasus ini dia ngelamar lagi, Alhamdulillah diterima...
Sekarang udah punya 3 anak.

Tapi itulah ya pelajarannya...
Bagi laki-laki: iya artinya iya, nggak artinya nggak.
Bagi perempuan: iya artinya bisa jadi iya atau nggak, nggak artinya bisa nggak atau iya.

Perempuan itu sangat kontekstual.
Bilang nggak, tapi coba lihat mata dan bahasa tubuhnya, mungkin ada kata "iya" yang tersirat.
Kalo sekali melamar terus mundur, belum kelihatan keseriusannya.
Laki-laki harus kuat melihat tanda-tanda itu.

Pepatah orang Minang:
"Alam takambang jadi guru."
Banyak pelajaran yang dapat kita pelajari dari pohon, langit, gunung, angin, air, ...
Syaratnya harus ada unsur feminitas.
Karena bahasa alam adalah bahasa simbol.
Sesungguhnya dalam alam ada tanda-tanda, pada orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah.
Hatinya jernih, bening...
Gunakan pikiran dan hati.
Belajarlah dari bahasa alam.


Penemuan ilmiah sebagian besar terjadi di alam.

Wahai bunda dan ayah...
Semoga hati kita gak mati...
Semoga feminitas kita gak tumpul...
Untuk membaca tanda-tanda alam yang Allah ciptakan.

Dalam Al-Qur'an, menurut ust. Aad:
"Reading universe with dzikr and heart."

Ayat yang pertama turun, "Iqra" itu tidak ada objeknya.
Nanti di akhirat, Allah gak nanya "kenapa gak baca?", tapi "afala ta'qilun?"

Allah gak pernah tinggal diam, cuek, pada kita.
Syaratnya: pandai-pandailah membaca tanda-tanda dari-Nya
Asah rasa dan kehalusan hatimu...

Semua yang Allah ajarkan pada manusia, lewat alam.
Misalnya:
Kisah Habil dan Qabil.
Allah mengajarkan cara mengubur manusia melalui tingkah laku burung.
Akan banyak "AHA! Moment" kalo kita pandai membaca alam.
Ini membutuhkan feminitas.

Banyak teknologi lahir dari belajar dari alam:
Velpro (perekat di pakaian/sepatu/topi) inspirasinya dari rumput-rumput kecil yang suka menempel.
Feminitasnya hidup karena ada "aha moment" saat melihat fenomena tersebut untuk menghasilkan produk.
Kalo kita yg mengalami, sering malah, tapi kita malah sebel sama rumput *ya nggak?, dia malah bertanya-tanya dan diambil beberapa helai dicek dengan mikroskop >> ada pengait halus >> inspirasi produk.

Alam itu gak akan habis-habisnya untuk dieksplor bagi mereka yang hatinya halus.

Albert Einstein:
"Sains yang tertinggi itu adalah sains yang menggunakan intuisi."
Intuisi itu feminitas.

Perempuan sering ngomong tanpa argumen. Laki-laki sering sebel dengan hal itu.
Mungkin nyebelin karena gak ada logikanya, tapi jangan pernah dianggap enteng omongan perempuan.

Problem lain:
Indonesia ini negeri yang cukup sering terkena bencana.
Bencana ini bukan maksud Allah untuk mencelakakan manusia.
Allah tidak pernah menginginkan bencana untuk membinasakan.
Kalo kita mampu membaca isyarat-isyarat bencana.
Semua peristiwa itu melalui proses.
Gempa pun prosesnya ratusan tahun loh, terjadi di dalam bumi, pergeseran lempengan sedikit demi sedikit.
Gunung meletus juga, semua ada prosesnya.
Tapi sayangnya kita gak bisa membaca indikasi/tanda bencana.
Sesungguhnya Allah tidak pelit memberikan tanda-tanda.

QS Al-Zalzalah
Ketika bumi mengeluarkan isi perutnya...
Manusia bertanya...
"Ada apa gerangan?"
Pada hari itu bumi akan "berdialog" pada manusia...
Koq bisa bumi "ngobrol" dengan manusia?
Karena Allah telah mewahyukan pada bumi, cara berdialog pada manusia.
Tapi manusia sekarang gak ngeh, padahal bumi rajin bercerita...
Tentang keadaannya, yang semakin sakit, karena tindakan manusia

Bumi ini feminim, lembut, sensitif, perempuan, jangan dikasari...

Peristiwa Tsunami
Ada beberapa yang selamat, karena mereka membaca tanda-tanda.
Para binatang diberi kemampuan oleh Allah untuk lebih peka.
Contohnya: gajah-gajah yang kabur ketika menjelang tsunami.

Hampir semua peran bunda adalah feminitas:
Sang harmoni dan sinergi
Moralitas dan nurani
Pengorbanan
Cinta dan ketulusan

Apa yang membedakan mendidik dengan mengajar?
Mengajar: transfer ilmu dan keterampilan
Mendidik: menularkan karakter

Siapa yang melakukan itu?
Yang mengajar itu guru di sekolah.
Yang mendidik itu orangtua di rumah.

Semakin tinggi ketulusan dan cinta untuk menularkan nilai-nilai kebaikan >> modal dasar untuk mendidik.

Pendidikan perlu dijalani dengan nilai-nilai feminitas.

Pertanyaan orangtua Indonesia: "Anak saya rangking berapa?"
Membuat orang barat terheran-heran.
Itu merupakan pertanyaan maskulin.
Padahal kalo di negara-negara barat yang dibangun sekarang adalah tentang sinergi, kolaborasi, kerja sama.
Sekarang zaman harmoni dan kolaborasi, bukan lagi kompetisi.
Harmoni & kolaborasi >> feminitas.

Semua manusia rangking satu.
Gak ada yang rangking 2.
Allah gak pernah menciptakan manusia rangking 2.

Orang buta, sesungguhnya tidak buta, tapi orang uang penglihatannya dipindahkan ke tempat lain.
Penglihatannya bukan lewat mata, tapi dengan organ yang lain, bisa bulu romanya, atau lidahnya, atau telinganya.
Contohnya:
Orang-orang tunanetra tetap bisa "nonton" bola.
Musisi yang jago banget main musik, padahal dia gak bisa mendengar, tapi kemampuan telinganya pindah ke kaki, jadi dia selalu melepas sepatu saat mau bermain musik, mendengar detak nada lewat kaki.

Gak ada manusia yang cacat.
Cacat, abnormalitas adalah bahasa yang maskulin, yang terlalu logika.

Kecerdasan emosi lebih penting daripada kecerdasan intelektual.
Kecerdasan yang paling tinggi adalah kecerdasan spiritual.

Anak yang tumbuh di lingkungan yang menyimpang peran feminitas dan gendernya, misal anak yang dibesarkan dengan 2 "ayah" karena ibunya sangat maskulin, maka anak tersebut tidak akan seimbang peran di dalam dirinya.

Feminitas bicara tentang hati, tentang rasa.
Jangan sampai punya rasa, tapi tidak digunakan.
Rasa harus dihaluskan kembali, caranya kita harus mau kembali ke akar budaya kita, apapun itu: Minang, Jawa, Sunda. Sesungguhnya rasa itu sudah diajarkan secara turun temurun oleh nenek moyang kita.

Persoalannya sekarang:
"Kenapa feminitas kita cenderung tergerus?"
Pendidikan kita terlalu berorientasi pada intelektualitas, kita sering berbicara tentang nalar, problem solving, decision making, dst.
Kalo hanya fokus pada intelektualitas saja maka akan lahir manusia cerdas, tapi tidak manusia kreatif.
Jarang pendidikan kita membahas tentang kreativitas (80% hati, 20% otak).
Gak ada IQ genius dalam dunia psikologi, adanya IQ very superior. Genius adanya dalam skala kreativitas. Untuk menjadi genius, dibutuhkan hati dan otak.

Forum feminitas ini lahir dari perasaan juga, bukan hanya analisis otak saja.

Ide Ust. Aad:
"Coorporate Family Responsibility"
Sudah ditawarkan ke beberapa perusahaan, salah satunya Shafira dan perusahaan para aktivis Salman.
Jadi perusahaan juga memperhatikan tanggung jawab keluarga.
Peradaban masa depan dipengaruhi oleh bagaimana ayah bunda membersamai anak-anaknya.
Di Finlandia, pegawai negeri hanya kerja 3 hari/minggu loh karena pemerintahnya sadar akan pentingnya arti keluarga.
Biaa gak di Indonesia juga gitu?
Gagasan tsb lahir dari kepedulian, empati, prihatin, bukan hanya logika.

"Kenapa feminitas kita melemah?"
Karena kerja di kantor membuat kita mengikis unsur feminitas tersebut.
Semakin lama kita bekerja, semakin rontok feminitas kita.

Kenapa tuntunan kita gak cuma kitabullah? Tapi juga sunnah...
Karena...
Sunnah sering disebut juga al-Hikmah (wisdom).
Kitabullah itu sistem, sunnah itu wisdom/kebijaksanaan.
Kitabullah >> sholat fardhu 5x sehari.
Sunnah >> saat safar sholat boleh dijamak.
Kitabullah >> wudhu.
Sunnah >> jika gak ada air boleh tayamum.
Kitabullah >> sholat itu berdiri
Sunnah >> kalo gak bisa berdiri, duduk, kalo gak bisa duduk, berbaring.

Maka ust. Aad punya ide:
"Sisdem = sistem dan wisdom."
Perpaduan maskulinitas dan feminitas.
Sistem itu maskulinitas.
Wisdom itu feminitas.

Pengabdian itu levelnya lebih tinggi daripada profesionalitas.
Kekuatan perempuan ada di pengabdian dan dedikasi.
Kekuatan laki-laki ada di profesionalitas.

Amatir bukan berarti lebih rendah dari profesional.
Amatir itu keren.
Banggalah kalo kamu amatir.
Itu sisi feminitas.

Jadi feminitas kita tergerus, karena
1. Sistem pendidikan
2. Sistem pekerjaan
3. Kehidupan yang semakin keras

Kehidupan yang semakin keras jangan sampai membuat kita juga jadi keras.
Kadang-kadang kekerasan itu bisa dihadapi dengan kelembutan.

Fenomena:
Anak menangis dibilang jangan nangis sama bundanya.
Siapa bilang tangisan itu gak menyelesaikan masalah?
Menangis itu bagian dari solusi, salah saru jalan keluar terbaik dalam hidup.
*Habis menangis suka merasa lebih lega kan?

Kata siapa keras harus dihadapi dengan keras lagi?
Dunia seolah-olah menuntut kita menjadi tegar dan keras. Tidak!

Juatru kekerasan perlu diselesaikan dengan kelemahlembutan.
Kalo keras dengan keras nanti patah jadinya...

Air mata juga bisa menyelesaikan masalah...
Buktinya?
Cerita ust. Aad saat salah satu anaknya membuat masalah berulang kalu.
Kemudian entah kenapa karena udah merasa hopeless, air mata ust. Aad mengalir...
Ketika anak ust. Aad melihat hal itu, langsung ia minta maaf, cium kaki bapaknya, dan ikut menangis...

Pelajaran yang dapat dipelajari:
Ust. Aad menggunakan sisi feminitasnya untuk menyelesaikan masalah.
Karena udah pake cara hukuman dan nalar gak berhasil-berhasil...
Maka digunakanlah cara feminim, tangisan. Tapi jangan sering-sering juga, nanti gak mempan lagi

Feminitas bisa menurun juga karena bunda menjalani 2 peran: ayah dan bunda sekaligus, peran ganda.
Karena ayah yang sesungguhnya sibuk cari nafkah.
Sehingga peran sesungguhnya seorang bunda tertutup oleh peran ayah yang harus bunda jalankan juga.

Ada kasus beberapa tahun yang lalu tentang seorang ibu yang membunuh 3 anak.
Penyebabnya: di "era jahiliyah sekarang", dia merasa gak sanggup mendidik anak-anaknya menjadi sholeh sendirian, kalo ayahnya gak ikut.
Hal itu mendorong ust. Aad menulis tulisan:
"Dicari laki-laki lukmanul hakim, laki-laki yang mau mendidik anak-anaknya."
Di mana "ayah-ayah yang sesungguhnya" berada saat ini?

Siapapun yang ingin memahami alam lewat sains dan teknologi maka dia harus memiliki sisi feminitas alam.
Untuk mengelola alam dengan baik.
Bergurulah dari alam.

Sekolah alam kalo lemah feminitasnya...
Maka hanya akan bisa belajar di alam, bukan belajar dari alam.
Belajar di antara pohon, seharusnya belajar dari pohon.

Sebenernya belajar dari alam itu artinya belajar dari Allah.
Allah langsung menta'lim kita.
Allah itu Rabb, murabbi.
Ingin belajar dari Allah?
Perkuatlah sisi feminitas kita.

Saat ini problematika kita di umat Islam adalah gagal membangun umat yang satu/ummatun wahidah, khairu ummah/umat terbaik.

"Hendaklah kalian membentuk umat terbaik."
Umat itu dibentuk, diupayakan, dan diikhtiarkan.
Makanya istilahnya kuntum khairu ummah, bukan antum khairu ummah.

Kenapa kita gagal saat ini?
Karena kita terlalu maskulin.
Kita mampu bikin organisasi, yayasan, gerakan, perusahaan, perkumpulan, jamaah, tapi gak mampu bikin umat.

Gak tumbuh umat...kenapa?
Ummah itu artinya ibu.
Panggilan terhadap ibu:
Ya ummi atau
Ya ummah (panggilan kemuliaan).
Panggilah terhadap ayah:
Ya abi atau
Ya abah (panggilan kemuliaan).

Ummahku adalah ibu.
Yang bisa membangun ummah adalah orang-orang yang memiliki kualitas feminim yang kuat.
Ummah & imam >> akar katanya sama.
Siapa yang bisa membangun umat yang satu? Imam.
Kita banyak menghasilkan amir, leader, tapi gagal menghasilkan imam.
Imam itu laki-laki tapi nilai-nilai yang ditegakkan adalah feminim.
Jadi yang dibutuhkan adalah perasaan cinta, nurani, keikhlasan, ketulusan, empati, kasih sayang, kepedulian.

Didiklah anak laki-lakimu menjadi imam.
Ciri imam (menurut Ki Hajar Dewantoro) >>>
Ing ngarso sung tulodo: ketika menjadi pemimpin atau seorang guru harus dapat memberikan suri tauladan untuk semua orang yang ada disekitarnya.
Ing madyo mbangun karso: seorang guru di tengah-tengah kesibukannya diharapkan dapat membangkitkan semangat terhadap peserta didiknya.
Tut wuri handayani: seorang guru diharapkan dapat memberikan suatu dorongan moral dan semangat kepada peserta didik ketika guru tersebut berada di belakang.

Kita sekarang lagi membutuhkan dan menantikan imam!
Tugas bunda: mendidik imam-imam.
Agar anak laki-laki mendapat suplai feminitas dari bunda.

Kalo tugas mensuplai feminitas itu tidak dijalankan dengan benar, imam tidak akan lahir.

Imamah tidak diwariskan, imamah dibentuk.
Seorang muslim meyakini bahwa imam tidak diwariskan.

Suami itu perannya menjadi imam, tidak disebut amir.
Imam untuk istri dan anak-anaknya.
Kalo pemimpin perang baru disebut amir.

Contoh kisah Umar r.a. yang tiba-tiba berteriak di Madinah "Naik..naik...ke atas bukit." karena mendapat firasat sesuatu terjadi pada pasukannya yang berada di Syam. Sehingga pasukannya selamat dari pengepungan musuh. Masya Allah! Padahal jaraknya sangat jauh.
Umat adalah seorang amir yang sisi imamahnya juga kuat.

Sahabat Nabi adalah orang-orang yang sering menangis.
Rasulullah juga sering meneteskan air mata.
Abu Bakar, Usman, Ali, bahkan termasuk Umar yang macho.
Di wajah Umar bahkan ada bekas jalur air mata sangking sering menangis.
Menangis ini adalah sisi feminitas.

Hati-hati dengan firasat mukmin, ia melihat dengan cahaya Allah.
Allah langsung menuntunnya.
Allah yang menuntun matanya, telingannya, tangannya, dan seluruh tubuhnya. (HR. Muslim)

Tapi kita sekarang malah sering menganggap firasat itu gak keren, yang keren itu logika, decision making, problem solving.

Kekuatan feminitas harus dibangun!

Abdurrahman bin Auf ditanya
"Untuk apa kamu bekerja?"
Jawabnya:
"Aku mencari nafkah untuk bisa mendapatkan surga."
Mendengar hal tsb Umar langsung menangis, betapa mudahnya ia menangis...

Jadi di forum ini, kita akan belajar menaklukkan hati.
Bagaimana cara menaklukkan hati?
Karena makhluk yang paling liar adalah hati manusia.
Maka kita harus menjinakkan hati, menghaluskan perasaan.

Sekali lagi, ini forum untuk mengingatkan kita bersama bahwa nilai-nilai feminitas itu perlu dan kini nilai-nilai itu semakin tergerus.
Perlu untuk dibangkitkan kembali agar bisa diteruskan ke generasi selanjutnya.
Jadi di forum ini kita akan membahas bagaimana menghidupkan feminitas pada diri kita, kalo udah hidup dalam diri kita akan lebih mudah menular ke anak-anak.
Targetnya bukan mendidik anak, tapi mendidik diri sendiri.

-Sesi QnA-
Pesan untuk pasangan yang LDM:
Jangan jadi alasan bagi para suami karena LDM, jauh, jadi gak sempet mendidik anak.
Banyak sarana komunikasi yang bisa kita gunakan untuk tetap berinteraksi dengan anak-anak, manfaatkan teknologi!
Di mana pun seorang suami berada, peran maskulin harus tetap di-handle-nya.
Jangan menganggap persoalan suami di kantor berat lalu peran ayah di rumah diambil alih oleh istri.
Lelaki diciptakan berkepala besar, yakinlah ia sanggup menyelesaikan banyak masalah, tidak hanya di kantor tapi juga di rumah.
Semakin banyak masalah yang ditanganinya semakin cerdas ia.
Bahkan terkadang solusi di rumah bisa menjadi ide untuk solusi di kantor perusahaan.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Masyaa'Allah mbak bagus banget, tercerahkan yg selama ini kurenungkan dan kegalauan "ibu tega". Padahal baru separo baca, baterai tipis. Ijin safe di folder pribadi. Salam hangat

    BalasHapus

Silahkan memberi komentar

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)