Museum Batik Pekalongan



Hal pertama yang kita ingat saat mengingat Pekalongan, tentu saja batik. Hal itu pula yang menjadi concern kami saat pertama kali menginjakan kaki di kota ini. Suasana dan corak batik memang terlihat hampir di setiap sudut kota. Dimulai dari gerbang kota dengan corak batik. Bahkan saya melihat ada gedung sekolah yang di cat dengan corak batik. 

Maka hari pertama di Pekalongan, tempat pertama yang menjadi tujuan main adalah museum Batik. Museum ini terletak di Jl. Jetayu No.3, Panjang Wetan, Kec. Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah 51141. Di depan lapangan 0 Kilometer. Dari hotel, kami cukup naik gojek untuk sampai ke sana. Turun dari gojek, cukup dikejutkan dengan rombongan anak TK dan anak SD yang sedang dalam kunjungan wisata. Suasana museum menjadi ramai dan hiruk pikuk. Kami berusaha menyelinap diantara nya. 



Ruang pertama adalah ruang pamer corak batik buatan para seniman lokal. Batik dengan corak yang baru dan diluar kebiasaan. Beberapa memang terlihat indah dan menarik mata. Disebelah batik yang dipamerkan juga dituliskan profil pembuat corak tersebut. Bahkan ada beberapa merupakan hasil anak muda usia awal 20-an. Melihat corak-corak ini jadi teringat lukisan mandala yang sekali dua kali saya buat. Ah, seru sepertinya jika bisa belajar tentang batik dan belajar membuat corak-corak batik kontemporer. 








Ruang berikutnya memperlihatkan contoh corak batik dari masa ke masa. Di situ terlihat bagaimana batik pesisir khususnya Pekalongan ternyata banyak juga diilhami oleh budaya China. Kemudian juga ditampilkan batik-batik dari wilayah lain di Indonesia. Hampir seluruh daerah di Nusantara memiliki budaya batik dengan ciri khas sendiri. 

Misalnya saja untuk batik-batik daerah pesisir memiliki warna batik yang relatif lebih cerah dan berwarna. Ada warna merah, pink, hijau biru dan ungu di sana. Sedangkan batik dari daerah Jogja dan Solo lebih banyak berwarna cokelat dan hitam. Masing-masing daerah pun memiliki corak yang khas dan unik. 







Ruangan lain memamerkan peralatan dan perlengkapan membuat batik. Mulai dari jenis-jenis kain yang dipakai membatik, canting dengan berbagai ukuran, malam dan pewarna batik. Baik itu pewarna buatan maupun pewarna alami. Pewarna alami yang bisa digunakan ternyata beraneka ragam. 







Sambil menunggu rombongan anak TK yang masih memenuhi hampir seluruh ruang pamer, saya ajak Fawaaz ke perpustakaan museum. Di sana kami membaca buku buku tentang batik. Bagaimana perjalanan batik dari masa penjajahan sampai modern. Perpustakaan nya memang mungil tapi cukup dilengkapi dengan buku buku tentang batik. Penjaganya adalah seorang mbak muda yang ramah dan menyenangkan. Ruangan nya juga adem dan menyenangkan.




Selanjutnya Fawwaz diberikan kesempatan untuk membuat batik. Fawwaz diberikan sehelai kain putih yang kemudian di bimbing untuk membuat batik cap beragam bentuk. Lalu diakhir pun diberi kesempatan menuliskan namanya dengan canting. Dan keren nya, hasil tersebut bisa kami bawa pulang. 








Setelah puas bermain batik, kami beristirahat di taman 0 kilometer. Sekedar membeli jajanan sebelum kembali ke hotel. 


Posting Komentar

0 Komentar